Membangun Desa Melalui Budaya Literasi (Village Development Through Literacy Culture)

Abstract
Nowadays the development of technology gave us a new civilization. Technology is closely related to the development of science, which its progress can be achieved by a rich reading culture. Reading duration of Indonesian people only 30- 59 minute per a day (less than one hour), meanwhile developed countries have 6-8 hours per a day. Most of Indonesians people more interested on their gadgets than books, they can spend 5,5 hours per a day just to play their gadget. It is really ironic when technology is getting more advanced but our literacy culture is getting lower. Literacy culture can be improved through the mini library enrichment. Garut Regency has similar program to improve its literacy culture. Mini library enrichment which is supporting by PkM program of Politeknik STIA LAN Bandung is expected to more campaigning and improving of village’s literacy culture. ABSTRAK Saat ini perkembangan teknologi telah menghasilkan peradaban baru bagi manusia. Dalam hal ini teknologi berkaitan erat dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dapat berkembang pesat salah satunya melalui budaya membaca. Durasi waktu masyarakat Indonesia untuk membaca rata-rata hanya 30-59 menit per hari (kurang satu jam), sementara di negara maju rata-rata mencapai 6-8 jam per hari. Sebagian besar orang Indonesia mampu menghabiskan waktu 5,5 jam sehari untuk bermain gawai atau gadget. Hal ini sungguh ironis manakala teknologi semakin maju tetapi budaya literasi semakin rendah. Oleh karena itu budaya literasi perlu ditingkatkan kembali, yang salah satu caranya melalui pengadaan sarana literasi berupa taman bacaan atau perpustakaan. Kabupaten Garut sudah mengembangkan konsep taman bacaan dalam upaya meningkatkan budaya literasi di kalangan masyarakat. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang dilakukan oleh Politeknik STIA LAN Bandung diharapkan dapat mengkampanyekan dan meningkatkan budaya literasi kepada warga desa.