Abstract
Dehidrasi yang ditandai dengan kekurangan cairan pada tubuh merupakan gejala awal seseorang mengalami stres akibat tekanan panas. Dehidrasi dapat menyebabkan penurunan performa kerja hingga menimbulkan dampak kesehatan yang serius seperti gangguan fungsi ginjal dan jantung, bahkan kematian. Kondisi dehidrasi dapat disebabkan oleh faktor pajanan tekanan panas dari lingkungan kerja serta faktor internal pekerja (usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, konsumsi cairan, beban kerja, dan shift kerja). PT. Argo Pantes Tbk merupakan perusahaan tekstil yang memiliki sistem operasi mesin 24 jam dalam proses produksi dengan pengaturan tekanan panas yang juga tinggi. Hasil studi pendahuluan menunjukkan 14 dari 23 pekerja mengalami dehidrasi dengan nilai indeks panas sebesar 103of atau 39,4oC. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor pajanan panas dalam indeks WBGTi dan faktor internal individu terhadap status hidrasi pekerja. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan uji statistik chi-square. Adapun status hidrasi diukur menggunakan berat jenis urin. Sample penelitian ini berjumlah 73 pekerja. Berdasarkan hasil penelitian, pekerja yang mengalami dehidrasi sebanyak 44 pekerja (60,3%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara shift kerja dengan kejadian dehidrasi (p value 0,004). Untuk mengantisipasi terjadinya dehidrasi di kalangan pekerja, perusahaan sebaiknya melakukan pemasangan kipas angin, blower, maupun jenis pendingin ruangan lainnya di tempat istirahat pekerja, mengaktivasi sistem ventilasi yang telah ada, memberikan proteksi penutup dari material besi antara sumber panas pada mesin dan pekerja di unit dyeing finishing, mengatur pola shift kerja, memberi pelatihan atau sosialisasi kepada pekerja untuk mendeteksi tanda tubuh saat mengalami dehidrasi.