Relasi Sosial dan Resiliensi Komunitas Petani Korban Erupsi Gunung Berapi di Kawasan Relokasi

Abstract
Volcanic eruption victims to be relocated deal with two sequential shaking conditions, namely when a volcano erupts and when the community is relocated. This paper reviews the literatures on social relations and community resilience to the natural disasters, especially volcanoes, as well as how the relocation policy is implemented for farmer community victims. The ability of the community to rise from adversity due to natural disasters and to deal with challenges of a new life in the relocation area is determined by existing resources and their adaptive capacity. The more various the resources and the stronger the adaptive the community, the community will be more resilient. Social relations will further accelerate community resilience. Relocation is expected to improve the community’s life, but in fact in several places it raises new problems. Some considerations are needed for relocation such as location, natural and social environment, and social ties in the community. It is essential to design an efficient, effective policy to deal with natural disasters which includes sustainable livelihood and social systems. AbstrakKomunitas korban erupsi gunung berapi yang direlokasi dihadapkan pada dua kondisi goncangan yang berurutan, yakni pada saat terjadinya erupsi dan saat komunitas tersebut direlokasi. Tulisan ini mengulas sejumlah literatur yang terkait dengan relasi sosial, resiliensi komunitas terhadap bencana alam yang mereka hadapi, khususnya gunung berapi. Ulasan juga mencakup bagaimana kebijakan relokasi yang diterapkan bagi komunitas petani korban bencana alam. Kemampuan komunitas untuk bangkit dari keterpurukan akibat bencana alam dan untuk menghadapi tantangan kehidupan yang baru di kawasan relokasi ditentukan oleh kekuatan sumber daya dan kapasitas adaptif yang dimiliki oleh komunitas. Semakin bervariasi sumber daya dan semakin kuat kapasitas adaptif yang dimiliki oleh komunitas maka menentukan sejauh mana resiliensi komunitas itu berlangsung. Relasi sosial dalam bentuknya yang asosiatif semakin mempercepat terjadinya resiliensi komunitas. Relokasi yang diharapkan mampu memperbaiki kehidupan komunitas dengan menjauhkannya dari ancaman bencana yang akan datang, justru di beberapa tempat menimbulkan persoalan. Diperlukan pertimbangan dalam pelaksanaan relokasi seperti lokasi, lingkungan alam dan sosial, dan juga ikatan sosial dalam komunitas. Perlu dirumuskan kebijakan yang efektif dan efisien untuk penanggulangan dampak bencana alam yang meliputi sistem penghidupan dan sistem sosial secara berkelanjutan.