Abstract
Progres peningkatan kesejahteraan sosial melalui pembangunan sering kali terganggu karena kejadian bencana gempa bumi. Gempa bumi menyebabkan kehancuran bangunan rumah masyarakat secara massif. Namun terdapat fenomena yang kontradiktif berkaitan dengan kehancuran rumah tradisional masyarakat di Kobe dengan rumah tradisional masyarakat di Lombok ketika mengalami guncangan gempa bumi. Oleh karena itu penelitian ini berusaha untuk menemukan jawaban tentang keadaan kerentanan struktur rumah tradisional dan rumah non tradisional masyarakat di Kobe dan di Lombok. Penelitian ini juga mengidentifikasi prinsip-prinsip dasar pengurangan risiko kehancuran akibat bencana gempa bumi. Penelitian dilakukan dengan membandingkan struktur yang umum dipergunakan pada rumah tradisional dan rumah non tradisional di kedua daerah tersebut.Hasil analisa menunjukkan bahwa rumah tradisional masyarakat Lombok dan rumah non tradisional masyarakat Kobe cenderung lebih tahan terhadap ancaman gempa bumi, karena posisi titik berat bangunan yang lebih rendah, sebagai akibat dari penggunaan bahan atap rumah yang lebih. Prinsip dasar untuk pengurangan risiko kehancuran bangunan rumah dari guncangan gempa bumi adalah dengan : penguatan bahan bangunan yang digunakan, penguatan sambungan-sambungan pada pilar balok penyangga, menempatkan titik berat bangunan rumah sedekat mungkin dengan tanah, dan meningkatkan elastisitas bangunan terhadap guncangan