Abstract
Dibalik pertumbuhan yang pesat dan dinamis, Kota Semarang harus menghadapi isu dampakperubahan iklim seperti erosi, banjir, amblesan tanah, kenaikan muka air laut dan degradasi ekosistem.Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini berusaha melengkapi kelemahan penelitian terkait denganmengombinasikan data lapangan dari 100 rumah tangga di 14 kelurahan pesisir dengan data sekunderuntuk mengumpulkan data dampak biofisik dan sosio-ekonomi variabilitas iklim, keamanan bermukim,social-demografi, penghidupan, tingkat pendidikan dan pengetahuan manajemen bencana,kelembagaan, strategi penghidupan, dan teknologi adaptasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa 3 dari14 kelurahan pesisir memiliki tingkat kerentanan sangat tinggi yaitu Kelurahan Mangkang Wetan,Bandarharjo, dan Tanjung Mas. Kelurahan Mangkang Wetan lebih rentan dibanding kelurahan lainterutama terkait dengan social-demografi, penghidupan, kelembagaan, dan strategi penghidupan.Kelurahan Bandarharjo lebih rentan dibanding kelurahan lain terutama terkait dengan dampak biofisikdan sosio-ekonomi variabilitas iklim, social demografi dan indeks keamanan bermukim. KelurahanTanjung Mas lebih rentan khususnya terkait dampak biofisik dan sosio-ekonomi variabilitas iklim,strategi penghidupan, dan teknologi adaptasi. Berdasarkan hal tersebut, maka pendekatan inikemudian dapat digunakan untuk merumuskan strategi fasilitasi dengan meminimalisir factor yangberkontribusi terhadap kerentanan atau dengan memperkuat kemampuan masyarakat untukmenghadapi dampak perubahan iklim.Kata kunci: kerentanan iklim, penilaian kembali, Pesisir Kota Semarang, indeks kerentanan iklim