Refine Search

New Search

Results in Journal Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa dan Sastra: 58

(searched for: journal_id:(427083))
Page of 2
Articles per Page
by
Show export options
  Select all
Penyka Penyka
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 2; https://doi.org/10.25139/ayumi.v2i1.7

Abstract:
Puisi lahir bukan dari kekosongan. Ia ada karena pengarang yang terkait erat dengan lingkungan dan karyanya yang disebut struktur genetik. Penelitian puisi Jinrui no Izumi (人類の泉) karya Takamura Kōtarō ini menggunakan teori teori strukturalisme genetik menurut Kinayati Djojosuroto. Sumber data diperoleh dari kumpulan puisi Takamura Kōtarō dalam buku yang berjudul 高村光太郎詩集 (Takamura Kōtarō Shishuu) karya伊藤信吉(Itou Shinkira) (1950). Analisis penelitian strukturalisme genetik puisi dilakukan dengan mengkalsifikasikan data berdasarkan struktur fisik, batin, kemudian dikaitkan dengan genetiknya. Dari gabungan struktur tersebut, dapat disimpulkan struktur genetik dalam puisi tersebut. Kata Kunci: Struktur Genetik, Puisi Modern, Jinrui no Izumi, Takamura Kōtarō
Cicilia Tantri Suryawati
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 2; https://doi.org/10.25139/ayumi.v2i1.254

Abstract:
Dalam cha no yu terdapat istilah WaKeiSeiJaku yakni ajaran yang dicetuskan oleh Sen no Rikyū yang merupakan nilai-nilai kejiwaan yang terdapat dalam Cha no Yu. Ajaran-ajaran tersebut sebagian besar terdapat pada sajak-sajak dalam kumpulan sajak Rikyū Hyakushu. Dalam melakukan prosesi Cha no Yu, keempat ajaran tersebut harus diterapkan secara bersamaan. Akan tetapi tidak sedikit pembelajar asing yang kurang mengerti tentang apa dan bagaimana jiwa dan perasaan yang harus dibawa / dimiliki ketika melakukan prosesi Cha no Yu. Oleh Karena itu peneliti memutuskan untuk menganalisis sajak Rikyū Hyakushu untuk dicerminkan ke dalam jiwa cha no yu. Berikut rumusan masalah yang terdapat pada penelitian ini:1. Bagaimanakah cerminan jiwa “和 (wa)” dalam Rikyū Hyakushu ?2. Bagaimanakah cerminan jiwa “敬 (kei)” dalam Rikyū Hyakushu ?3. Bagaimanakah cerminan jiwa “清 (sei)” dalam Rikyū Hyakushu ?4. Bagaimanakah cerminan jiwa “寂 (jaku)” dalam Rikyū Hyakushu ? Untuk menganalisis data, peneliti menggunakan teori tentang puisi, strukturalisme, sejarah Cha no Yu (Sadō), Ocha no kokoro (Jiwa Cha no Yu), Biografi Sen no Rikyū, dan Rikyū Hyakushu. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif karena data-data yang digunakan merupakan sajak-sajak yang terdapat dalam Rikyū Hyakushu. Dalam penelitian kali ini, peneliti mendapatkan data dari buku yang berjudul “Rikyū Dōka ni Manabu (Ura Senke Gakuen Kōkai Kōza PEL Siri-zu)” karangan Abe Sosei, dengan penerbit Tankōsha, tahun 2000. Adapun hal yang ditemukan peneliti dalam penelitian ini adalah jiwa “wa” merupakan keselarasan dimana antara satu dan yang lainnya saling berkaitan, dan jiwa “wa” merupakan sesuatu yang fleksibel tetapi mengandung suatu keharmonisan. Sedangkan jiwa “kei” terwujud dengan menghargai atau menghormati niat dan tindakan sesama serta cara memperlakukan benda. “sei” tercermin dari cara membersihkan alat-alat, penggunaan alat-alat yang serba bersih pada saat jamuan minum teh, serta melakukan cha no yu dengan hati yang bersih, tidak dengan perasaan marah, ataupun dengki. Dan jiwa “jaku”, tidak hanya sekedar suasana yang tenang, namun juga perasaan batin yang tenang agar dapat membentuk suatu keanggunan ketika melakukan cha no yu.Kata kunci : Rikyū Hyakushu, Ocha no Kokoro
Okie Dita Apriyanto
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 2; https://doi.org/10.25139/ayumi.v2i1.253

Abstract:
日本語母語話者は他の言語話者よりあいづちを打つと言われている。しかし、インドネシア語を母語とする日本語学習者はあいづちが少ないため、日本語母語話者に話の内容が分かっていないなどと誤解されることが多い。本稿では、「説明の会話」の録音を両言語で実施し、文字化したものを分析資料とし、得られた資料をあいづちの形式と機能の二つの観点から分析し、日本語とインドネシア語のあいづちを対照した。特に、本校では、会話データに見られる【感情】の機能を果たすあいづちを詳しく分析した。【感情】を表すあいづちの形式という観点からは、両言語でいくつかの類似点が見られた。日本語とインドネシア語では「コメント」の形式のあいづちが感情を表すときに使用されるということが分かり、両言語でも、「わあ」という形式のあいづちが「驚き」という【感情】を表すために使われているということができる。「感心」という【感情】を表すための「ほお」という形式のあいづちの使用は両言語の会話において見られ、「へえ」という形式は「意外な情報」への【内容理解】と「関心」という【感情】を表すために使用され、他のあいづち形式との使用も両言語の会話データで見られた。 キーワード:あいづち、会話、感情、機能、対照研究
Fadma Windhasari
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 2; https://doi.org/10.25139/ayumi.v2i1.248

Abstract:
Tindak tutur direktif adalah tuturan yang memiliki tujuan agar petutur melakukan keinginan penutur sehingga diperlukan kesantunan agar terhindar dari kesan memaksakan kehendak. Tujuan dari tulisan ini adalah mendeskripsikan teori kesantunan Leech pada tindak tutur direktif dalam email yang mencakup jenis tindak tutur direktif, analisis cara-tujuan, analisis heuristik dan skala kesantunan. Penelitian dengan pendekatan kualitatif ini, menggnakan metode dokumentasi untuk mengumpulkan data yang berasal dari email Bahasa Jepang pada tahun 2014-2015 dalam folder pelanggan dan pengadaan bahan pada sebuah perusahaan di kawasan PIER Pasuruan. Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah metode agih dan metode padan pragmatis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ke lima jenis tindak tutur direktif (memerintah, memohon, meminta, mengharap dan membiarkan) ditemukan dalam email bisnis Bahasa Jepang. Ditemukan pula tujuan tindak tutur direktif tak langsung lebih dari satu tujuan yaitu tuturan yang memiliki tujuan utama dan tujuan mematuhi prinsip kerjasama; tujuan utama, tujuan mematuhi prinsip kerjasama dan tujuan mematuhi prinsip kesantunan; tujuan utama, tujuan mematuhi prinsip kerjasama, tujuan mematuhi prinsip kesantunan dan tujuan menyindir. Analisis heuristik pada tindak tutur direktif menghasilkan ciri konteks dan prinsip kerjasama tertentu pada masing-masing jenis tindak tutur. Menurut skala untung-rugi, skala ketidaklangsungan dan skala kemanasukaan diperoleh hasil 1:langsung:rendah; 1:langsung: sedang; 1:tidak langsung:rendah; 1:tidak langsung:sedang; 1:tidak langsung:tinggi; 2:langsung:sedang; 2:tidak langsung:tinggi; 1dan2:langsung:tinggi; 1dan2:tidak langsung sedang; 1dan2:tidak langsung:tinggi. 1 jika keuntungan ada pada penutur, 2 jika keuntungan ada pada petutur, 1dan2 jika penutur dan petutur untung. Kata Kunci: prinsip kerjasama, prinsip kesantunan, analisis cara-tujuan, analisis heuristik, skala kesantunan.
Rahadiyan Duwi
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 2; https://doi.org/10.25139/ayumi.v2i1.251

Abstract:
Pada Bahasa Jepang penanda kohesi gramatikal lebih cenderung dominan daripada kohesi leksikal dalam menentukan makna suatu kalimat. Sebaliknya, dalam bahasa Indonesia, untuk menandai bahwa suatu kejadian atau peristiwa itu akan terjadi, sedang terjadi, atau telah selesai, dimungkinkan lebih cenderung menggunakan penanda kohesi leksikal seperti adverbia atau keterangan waktu. Penulis ingin menelusuri lebih lanjut tentang perbandingan fungsi kala dan aspek kalimat bahasa Jepang kemudian membandingkannya dengan terjemahannya dalam kalimat bahasa Indonesia. Melalui metode penelitian deskriptif-kualitatif, perbandingan kala dan aspek antara kalimat bahasa Jepang dan bahasa Indonesia serta fungsi dan jenis aspek bahasa Jepang yang ditemukan dalam cerpen “Dewa Agni” dapat ditemukan. Hasil yang ditemukan adalah (1) dalam Bahasa Jepang, kegiatan yang akan dilakukan, sedang dilakukan atau telah terjadi dinyatakan secara jelas lewat kategori gramatikal aspeknya, sebaliknya, dalam bahasa Indonesia dinyatakan secara jelas dalam kalimatnya. (2) terkait jenis dan fungsi aspek yang muncul dalam cerpen “Dewa Agni” adalah sebagai berikut:(a) Kelompok katsuyougobi; masu/ru-kei, menyatakan peristiwa yang akan terjadi pada masa mendatang dan mashita/ta-kei, menyatakan perbuatan yang telah selesai dilakukan. (b) Kelompok te-kei; te iru, menyatakan keadaan atau situasi saat ini, te imashita, menyatakan peristiwa yang sudah terjadi, namun masih memandang proses kejadian hingga mencapai ketercapaian, te kuru, menyatakan proses hilang dan munculnya sesuatu, te shimasu, menyatakan ketuntasan perbuatan, menyatakan perbuatan yang tak disengaja dan diharapkan akhirnya terjadi. (c) Kelompok renyoukei; renyoukei+dasu, menyatakan dimulainya suatu perbuatan, renyoukei+ageru, menyatakan perbuatan yang dilakukan untuk orang lain, renyoukei+hajimeru, menyatakan dimulainya suatu perbuatan. Kata kunci: kala, aspek, kohesi leksikal dan kohesi gramatikal
Nani Sunarni
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 9, pp 18-33; https://doi.org/10.25139/ayumi.v9i1.4603

Abstract:
This research is within the scope of syntactic studies, focused on the study of comparative sentences marked with -you which express similarities by showing examples or reiji (例示) and which express similarities through comparisons or parables with something or hikyou (比況). The data used are comparative sentences sourced from Manabou Nihongo Shochuukyuu's book (Igari Miho et al., 2006) and self-made sentences (sakurei). The method of this study is a qualitative descriptive method. The sentence pattern mentioned first consists of has five patterns, namely V youni V,N no youni V, N no youni A,V/N no youna N, N no you (da). And the second mentioned sentence pattern has two patterns, namely N no youna Nand N no youni V (A). The V youni V pattern expresses the similarity meaning of the activity. The pattern N no youni Vexpresses the meaning of similarity related to the activity of a person or object that is a concrete example. The pattern N no youni Aexpresses the meaning of the similarity of a condition or nature contained in a person or an object. The pattern V/N no youna N expresses the meaning of stating the similarity related to the activity or resemblance to an object being exemplified. The pattern N no you (da) means to express the similarity between an object and the object being exemplified. Then, the pattern N no youna Nstates the meaning of resemblance to the comparison between objects and objects. Meanwhile, the pattern N no youni V(A)expresses the meaning of similarity through comparisons expressed by verbs or adjectives with nouns. This study can be used as teaching material for understanding comparative sentences in Japanese.Keywords: comparison sentences; hikyou; reiji; -you
Dinda Paramitha, Diana Puspitasari, Muammar Kadafi
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 9, pp 1-17; https://doi.org/10.25139/ayumi.v9i1.4521

Abstract:
The sexual orientation of homosexuals who are different from heterogeneous groups triggers identity problems in themselves and in social relations. The process that homosexual individuals go through in facing obstacles to gain legitimacy in society affects the development of their identity. This research aims to describe the process of forming sexual identity so that sexual identity can identify sexual roles. This research is a literature study with descriptive qualitative research with data sources from Masato Maeda's Transit Girls film released in 2015 using Vivienne Cass's model of homosexual identity development.As a result, it is show that Sayuri and Yui can reach six stages of homosexual identity development where they feel comfortable and have fully accepted being a lesbian. Through this research it is hoped that it can become a new knowledge about the process of forming a homosexual individual. Where hetero society is still the biggest influence on the process of developing the individual's identity. Regarding the success of becoming someone with a new identity or going back to the old identity as if it depended on it, that identity will also affect their social.Keywords: homosexual identity development; sexual changes; transit girls; Vivienne Cass. 
Isnin Ainie, Rizka Nadia Ingrida
Published: 26 September 2021
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 8, pp 156-174; https://doi.org/10.25139/ayumi.v8i2.4068

Abstract:
Pada umumnya, jenis leksikon yang paling banyak dikuasai anak adalah leksikon jenis meishi atau nomina. Dalam hal ini anak yang tergolong pada tahap praoperasional, yakni usia kisaran 2-7 tahun, memiliki kemampuan untuk menambah pembendaharaan kosakata dengan sangat signifikan. Mereka menggunakan beberapa strategi dalam penguasaan makna baru. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh tentang strategi penguasaan makna leksikon meishi oleh Yotsuba, tokoh dalam komik berjudul Yotsubato! yang berusia lima tahun, Adapun leksikon meishi yang dimaksud adalah meishi kategori gutaitekina mono (kata benda konkret). Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif dan teori yang digunakan adalah teori strategi penguasaan makna oleh Gollinkof (dalam Dardjowidjojo, 2008:262-263). Hasil dari penelitian terhadap 10 volume komik Yotsubato! terdapat 30 data meishi kategori gutaiteki na mono, dengan enam strategi yang digunakan Yotsuba dalam menguasai makna, yaitu strategi nama baru-kategori tak bernama (11 data), strategi referensi (10 data), strategi peluasan (4 data), strategi konvensionalitas (2 data), strategi cakupan objek (2 data), dan strategi cakupan kategorial (1 data). Dengan demikian, diketahui bahwa strategi nama baru-kategori tak bernama merupakan strategi utama bagi Yotsuba dalam menguasai leksikon meishi kategori kata benda konkret (gutaiteki na mono).
Mutia Damayanti, Nabiella Salsabil, Rakhma Nur Azzahrani, Titus Rossale
Published: 26 September 2021
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 8, pp 140-155; https://doi.org/10.25139/ayumi.v8i2.3888

Abstract:
Artikel ini menganalisis tentang penggunaan modalitas te mo ii dan te mo kamawanai dalam percakapan bahasa Jepang. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan modalitas kinshi-kyoka yakni te mo ii dan te mo kamawanai beserta perbandingan fungsi kedua modalitas tersebut. Peneliti memperoleh data berupa wacana dialog pada drama Jepang, dan kanal YouTube bertema pendidikan bahasa Jepang. Dalam menganalisis, peneliti menggunakan metode deskriptif untuk mendeskripsikan fungsi modalitas kinshi-kyoka berpermarkah te mo ii dan te mo kamawanai. Selanjutnya, untuk mengetahui perbedaan dan persamaan modalitas te mo ii dan temo kamawanai, peneliti menggunakan teknik substitusi. Berdasarkan hasil analisis data, modalitas te mo ii dan te mo kamawanai mempunyai perbedaan yang terletak pada padanan maknanya, tetapi mempunyai penggunaan yang sama yaitu untuk meminta atau memberi izin. Dalam penggunaannya, modalitas te mo ii dan te mo kamawanai dapat saling bersubstitusi dalam konteks perizinan.
Theresa Sunjaya, Desy Irmayanti
Published: 26 September 2021
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 8, pp 108-126; https://doi.org/10.25139/ayumi.v8i2.4100

Abstract:
Penelitian ini membahas klasifikasi jenis kelas utama tanda tanda nonverbal pada video iklan Jepang PayPay. Tanda nonverbal merupakan tanda yang berupa gambar atau isyarat. Pada video iklan, tanda-tanda nonverbal didesain dengan tujuan untuk menyiratkan promosi produk yang ditunjukkan. Tanda-tanda nonverbal yang terdapat pada iklan telah dianalisis jenis-jenis kelas utama tandanya melalui sudut pandang semiotika Peirce. Hasil dari penelitian adalah iklan PayPay mempunyai kelas-kelas utama tanda yang banyak menurut fondasi filsafat Firstness. Pada iklan PayPay, terdapat lima jenis kelas utama tanda yang direalisasikan oleh 38 tanda. Persentase kelas utama tanda pada tanda-tanda tersebut lebih mengarah pada Qualisign.
Daniel Susilo, Teguh Dwi Putranto, Erica Monica Abao Garcia
Published: 26 September 2021
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 8, pp 91-107; https://doi.org/10.25139/ayumi.v8i2.3867

Abstract:
The use of digital media to promote local culture has become a new breakthrough in exposing local culture to international countries. In addition to being able to be immediately recognized in other nations, digital media promotion is also less expensive and quicker to implement. This study aims to determine the perspective of Digital Media Studies in Japan Performing Arts. The method used in this research is Krippendorff content analysis on Instagram @performance.jpa by using Japanese dance indicators which include Kabuki, Kasa Odori, Bon Odori, Noh Mai, Onikenbai, Nanazumai, Wadaiko, Arauma, Nihon Buyo. The conclusion of this study shows that Japan Performing Arts introduces Japanese culture through the collaboration of western culture by promoting the Nihon Buyo dance.
Aditya Himawan, Novi Andari
Published: 26 September 2021
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 8, pp 127-139; https://doi.org/10.25139/ayumi.v8i2.4088

Abstract:
Kanyouku adalah frasa yang hanya memiliki makna idiom saja, dan makna tersebut tidak dapat diketahui meskipun makna setiap kata yang membentuk frasa tersebut dapat dipahami. Fokus penelitian ini tentang penggolongan kanyouku penggunaan kata kuchi di dalam website kotobank.jp ke dalam klasifikasi makna kanyouku. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data digunakan taking note method. Data yang ditemukan sebanyak 35 data yang merupakan data empiris. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa berdasarkan 5 klasifikasi makna kanyouku, pada kankaku, kanjou wo arawasu kanyouku (感覚・感情を表す慣用句) ditemukan 4 data. Karada, seikaku, taido wo arawasu kanyouku (体・性格・態度を表す慣用句) ditemukan 16 data. Joutai, teido, kachi wo arawasu kanyouku (状態・程度・価値を表す慣用句) tidak ditemukan data yang terkait dengan klasifikasi kanyouku ini. Koui, dousa, koudou wo arawasu kanyouku (好意・動作・行動を表す慣用句) ditemukan 15 data. Shakai, bunka, seikatsu wo arawasu kanyouku 社会・文化・生活を表す慣用句) tidak ditemukan data yang terkait dengan klasifikasi kanyouku ini. Makna kanyouku yang terdapat dalam sumber data menyatakan hal terkait dengan kehidupan sosial bermasyarakat yang di dalamnya terdapat individu dengan berbagai karakter, emosi, aktivitas atau gerakan yang dilakukan oleh anggota masyarakat baik secara individu maupun kelompok kecil di dalamnya. Secara tidak langsung, penggunaan idiom digunakan dalam percakapan sebagai bentuk sindiran yang tidak langsung.
Ulfah Sutiyarti, Haris Supratno, Tengsoe Tjahjono, Yulia Hapsari
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 8, pp 1-19; https://doi.org/10.25139/ayumi.v8i1.3915

Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hasrat kepribadian tokoh utama yang terdapat dalam J-Dorama Bokura wa Kiseki de Dekite iru karya sutradara Hoshino Kazunari dan Kono Keita (2018). Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah skizoanalisis Deleuze dan Guattari. Penelitian ini menggunakan metode analisis teks berupa deskripsi adegan dalam film dan kutipan dialog antartokoh. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik metode analisis teks dengan mengambil bentuk kutipan percakapan dalam drama. Data diperoleh dari data percakapan pelaku utama dari drama Jepang dengan judul Bokura wa Kiseki de Dekite iru yang mengidentifikasikan hasrat kepribadian berdasarkan kajian skizoanalisis Deleuze dan Guattari. Kutipan percakapan pada drama yang diambil adalah kutipan yang mengandung unsur-unsur hasrat kepribadian berdasarkan kajian teori Deleuze dan Guattari. Langkah selanjutnya adalah menganalisis kutipan percakapan dari drama tersebut untuk mendeskripsikan hasrat kepribadian apa saja yang ditemukan dalam drama Bokura wa Kiseki de Dekite iru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tokoh utama dalam drama ini menunjukkan hasrat kepribadaian sesuai dengan yang dideskripsikan oleh Deleuze dan Guattari yaitu, 1) hasrat manusia sebagai manusia kreatif dan bereksperimen, 2) hasrat manusia yang bergerak menolak untuk mematuhi dan tunduk pada kode-kode sosial, 3) hasrat manusia menciptakan koneksi baru, membuka pengalaman, permulaan baru, dan memungkinkan berpikir secara berbeda. Kata kunci: hasrat kepribadian; J-Dorama; skizoanalisis Deleuze dan Guattari
Dwi Anggoro Hadiutomo
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 8, pp 49-72; https://doi.org/10.25139/ayumi.v8i1.3918

Abstract:
Penelitian terkait bahasa tidak hanya dapat dilakukan dengan mengambil objek bahasa di masa kini saja. Penelitian dengan objek bahasa di masa lalu juga sangat menarik untuk dilakukan, dan hingga saat ini masih sangat jarang dilakukan di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian mengenai kajian penggunaan bahasa Jepang di masa lalu dengan menjadikan dua karya sastra, yakni Seinen yang merupakan karya Mori Ogai dari zaman Meiji dan Rashoumon yang merupakan karya Akutagawa Ryunosuke dari zaman Taisho sebagai sumber data. Kedua sastrawan tersebut merupakan sastrawan terkemuka pada masanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana pola ungkapan dake dan nomi digunakan pada masa lalu. Hasilnya akan sangat berguna untuk mengidentifikasi perkembangannya hingga pemakaiannya saat ini. Penelitian dengan teori linguistik bandingan historis yang dipadukan dengan teori tata bahasa terkini tentang pola ungkapan dake dan nomi seperti ini dapat dilakukan terhadap karya yang dihasilkan oleh masyarakat pengguna bahasa pada masa lalu dalam kurun waktu tertentu. Metode penelitian yang diterapkan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik bagi unsur langsung untuk melihat dengan detail struktur penggunaan kedua pola ungkapan. Analisis penggunaan kedua pola ungkapan dalam kalimat-kalimat di kedua karya sastra tersebut dapat ditemukan dan dipahami bagaimana keduanya digunakan dalam struktur kalimat di masa tersebut. Sebagai hasilnya, kedua karya sastra tersebut lebih banyak menggunakan pola ungkapan dake dan nomi dalam gaya penulisan tidak formal. Kata kunci: dake; karya sastra; nomi; Rashoumon; Seinen
Rahadiyan Duwi Nugroho, Zid Zid Akhmad Fatoni
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 8, pp 33-48; https://doi.org/10.25139/ayumi.v8i1.3917

Abstract:
Penelitian ini membahas tentang tema dan amanat dalam lagu Anata (あなた) yang dipopulerkan oleh L`Arc~en~Ciel (Laruku). Dalam menentukan tema, peneliti menggunakan teori Nurgiyantoro dan Shipley. Selanjutnya, dalam menentukan amanat, peneliti menggunakan teori Nurgiyantoro dan Sudjiman. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi tema dan amanat dalam lirik lagu Anata (あなた) tersebut. Manfaat penelitian ini yakni, diharapkan memberi wawasan pembaca tentang tema dan amanat yang muncul dalam lirik lagu Anata dan menjadi referensi penelitian selanjutnya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan data berupa lirik dalam 7 bait lagu Anata. Hasil penelitian ini yakni, tema lagu Anata (あなた) adalah perjuangan dan cinta yang tergolong dalam tema tingkatan sosial menurut Shipley, karena pada hakikatnya manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan dan mengharapkan kehadiran orang lain seperti para penggemar (fans) atau keluarga serta pasangan hidup untuk tetap bertahan dan mengembangkan diri. Lalu, amanat dalam lagu ini adalah hendaknya seseorang senantiasa tidak putus asa melainkan terus berjuang mengatasi masalah hingga selesai. Kata kunci: amanat; L`Arc~en~Ciel; lagu Anata; lirik; tema
Yohanes Arif Kuncoro, Listyaningsih Ningsih
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 8, pp 73-90; https://doi.org/10.25139/ayumi.v8i1.3919

Abstract:
Filsafat eksistensialisme absurditas memandang hidup manusia tidak bermakna, sia-sia, namun bukan berarti manusia harus pasrah, melainkan harus melawan untuk mendapatkan eksistensi. Mereka yang melawan disebut manusia pemberontak. Novel Nejimaki Dori Kuronikuru karya Haruki Murakami menceritakan hal serupa tentang itu. Tokoh Toru Okada berusaha memberontak terhadap absurditas yang dialaminya dan menjadi manusia pemberontak. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan faktor-faktor pemicu pemberontakan Toru Okada dalam novel Nejimaki Dori Kuronikuru dan mendeskripsikan bentuk-bentuk inkarnasi manusia pemberontak pada diri tokoh tersebut. Manfaat penelitian ini berupa sumbangsih bagi apresiasi dunia kesusastraan Jepang dan dapat menjadi acuan dalam kajian filsafat eksistensialisme absurditas dalam karya sastra. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan filsafat eksistensialisme absurditas Albert Camus. Sumber data berupa novel berjudul Nejimaki Dori Kuronikuru jilid 1-3 karya Haruki Murakami yang dirilis pada rentang waktu 1994-1995. Data penelitian berupa narasi atau tindak tutur dalam novel yang berkaitan dengan teori filsafat eksistensialisme absurditas Albert Camus. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik analisis deskriptif. Simpulan penelitian ini yakni, faktor-faktor yang memicu Toru Okada berupa akumulasi kondisi-kondisi absurd berupa kontradiksi dunia irasional dan naluri akan kejelasan, keterbatasan nalar manusia dengan temuan bahwa kontradiksi dunia irasional dan naluri akan kejelasan menjadi penyebab paling dominan dengan menyumbangkan data terbanyak. Selain itu, Toru Okada dapat dikatakan menyandang predikat sebagai inkarnasi manusia pemberontak. Hal tersebut dikarenakan ia telah memberontak secara metafisik maupun historis. Saran penelitian selanjutnya, novel ini dapat diteliti dengan teori psikologi abnormal, karena terdapat banyak tokoh seperti Kanou bersaudara, Kasahara Mei dan Kumiko Okada yang memiliki kelainan kepribadian. Kata kunci: absurditas; eksistensialisme; inkarnasi; manusia pemberontak
Ni Wayan Meidariani
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 8, pp 20-32; https://doi.org/10.25139/ayumi.v8i1.3916

Abstract:
Tulisan ini membahas tentang makna verba miru dalam bahasa Jepang yang dituliskan dengan kanji 観る、診る、看る dan 視る. Keempat kanji tersebut dibaca miru dan memiliki makna yang berbeda berdasarkan konteks penggunaan dalam kalimat. Berdasarkan fenomena inilah tulisan ini mengkaji makna verba miru dengan kanji 観る、診る、看る dan視るyang tergolong dalam homofon dengan menggunakan teori Natural Semantic Metalanguage (NSM) yang dikembangkan oleh Anna Wierzbicka (1996). Analisis NSM oleh Wierzbicka dilakukan dengan teknik parafrase untuk menemukan makna dasar verba miru sehingga diketahui perbedaannya. Data berupa korpus yaitu kalimat bahasa Jepang yang menggunakan verba miru di dalamnya yang diperoleh dari sumber berita online melalui pencarian google. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa verba miru ‘melihat’ dalam bahasa Jepang yang ditulis dalam 4 variasi kanji yang berbeda mengandung unsur makna 1) melihat dan merasakan, 2) melihat dan mengetahui, 3) melihat dan melakukan tindakan upaya penyembuhan. Melalui analisis ini dapat diketahui perbedaan verba miru dengan 4 variasi kanji yang berbeda berdasarkan pelaku dan efek yang ditimbulkan dari pengalaman subjek. Kata kunci: makna; semantik; verba miru
Anisa Galuh Mayang Paramita, M.Pd. Dra. Cicilia Tantri Suryawati
Published: 21 December 2020
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 7; https://doi.org/10.25139/ayumi.v7i2.3249

Abstract:
Penelitian ini membahas tentang representasi budaya omotenashi melalui komik Hanasaku Iroha karya P.A.Work. Hanasaku Iroha menceritakan tentang kehidupan sehari-hari tokoh-tokohnya ketika bekerja di ryokan. Komik dan anime Hanasaku Iroha merupakan karya sastra yang di dalamnya mengandung unsur-unsur budaya khususnya budaya omotenashi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk penampilan, perilaku, dan tutur kata dalam komik Hanasaku Iroha karya P.A.Work. Untuk menjawab permasalahan penelitian ini menggunakan teori omotenashi menurut Ichijou dan Muraki. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Hasil analisis diketahui bahwa terdapat tiga macam omotenashi pada bentuk penampilan, yaitu penampilan dari segi ryokan, tokoh, dan makanan. Terdapat enam macam omotenashi pada bentuk perilaku, yaitu ojigi, senyum, cara duduk, cara berjalan, cara membuka dan menutup pintu geser, tindakan profesional. Terdapat dua macam omotenashi pada bentuk tutur kata, yaitu aisatsu dan bahasa sopan.Kata kunci: Hanasaku Iroha; komik; omotenashi
M.Hum Dra. Titien Wahyu Andarwati, Devinta Anastasia Fransiska
Published: 21 December 2020
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 7; https://doi.org/10.25139/ayumi.v7i2.3251

Abstract:
Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia untuk saling berinteraksi. Bahasa dapat secara sengaja maupun tidak disengaja diubah menjadi sebuah permainan kata. Salah satu permainan kata dalam bahasa Jepang adalah dajare. Dajare dikenal sebagai banyolan yang hambar. Dalam kehidupan sehari-hari orang Jepang, jarang ditemukan percakapan dengan menggunakan dajare. Hal ini dikarenakan dajare dianggap sebagai lelucon orang tua. Namun, dalam animasi Shirokuma Cafe terdapat dajare hampir di setiap episode. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dajare dalam animasi Shirokuma Café karya Higa Aloha, khususnya Near-homophonic dajare. Penelitian ini menggunakan klasifikasi dajare yang dikemukakan oleh Takashi Otake. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Data yang ditemukan adalah 10 cuplikan percakapan yang di dalamnya terdapat 34 dajare. Setelah dianalisis diketahui dari 34 dajare, 30 dajare termasuk ke dalam Near-homophonic dajare yang pembentukannya dilakukan dengan mengubah segmen, yaitu mengubah vokal (V-Change), konsonan (C-Change), dan mora (M-Change). Kata kunci: dajare; Near-homophonic dajare ; Shirokuma Cafe
Yenny Aristia Nasution
Published: 21 December 2020
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 7; https://doi.org/10.25139/ayumi.v7i2.2697

Abstract:
Ijime adalah sebuah fenomena yang terbentuk akibat ditemukannya fenomena seseorang yang mem-bully dan seseorang yang menjadi korban dari ijime tersebut. Di Jepang, ijime menjadi salah satu masalah serius dalam dunia pendidikan sejak tahun 1970-an dan alasan utamanya dilatarbelakangi oleh kenaikan angka persentase bunuh diri anak usia sekolah. Hal ini dapat dilihat pada persentase jumlah kasus ijime yang terjadi pada setiap tahunnya dan juga berdasarkan dari bentuk ijime sekolah yang sering dilaporkan ke media massa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk bunuh diri yang diakibatkan oleh ijime pada anak SMP di Jepang, memaparkan alasan kasus bunuh diri akibat ijime yang banyak terjadi pada anak SMP di Jepang, dan memaparkan penyebab perilaku ijime yang mengakibatkan bunuh diri pada anak SMP di Jepang. Peneliti menggunakan teori strukturisasi yang dikemukakan oleh Anthony Giddens dalam menganalisis tindakan anak yang di-bully atau mendapat perlakuan ijime yang menyebabkan keinginan untuk melakukan tindakan bunuh diri. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan metode kajian pustaka. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa ijime lebih banyak terjadi pada anak-anak di kalangan SMP, karena masa SMP adalah suatu masa anak-anak mulai menginjak usia remaja dan para korban ijime lebih banyak melakukan tindakan bunuh diri dengan cara menggantung diri dan terjun dari atas atap apartemen. Jenis bunuh diri yang banyak terjadi pada kasus ini adalah bunuh diri anomik dan jenis bunuh diri yang paling sedikit terjadi pada kasus ini adalah bunuh diri egoistik dan bunuh diri anomik, dan para korbannya banyak meninggalkan surat (suicide note) sebelum melakukan bunuh diri. Kata kunci: anak SMP; bunuh diri; ijime; suicide note
Talin Salisah, Nani Sunarni
Published: 21 December 2020
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 7; https://doi.org/10.25139/ayumi.v7i2.3250

Abstract:
Salah satu kajian yang digunakan dalam menganalisis bahasa pada suatu daerah disebut etnolinguistik. Bahasa Jepang yang memiliki joseigo atau bahasa perempuan adalah salah satu objek penelitiannya. Artikel ini bertujuan untuk membuktikan ciri-ciri dari bahasa perempuan pada era perang yang diucapkan oleh tokoh bernama Hilda dan Evangeline dalam animasi Ginga Eiyuu Densetsu tersebut hadir dalam suatu percakapan. Metode yang digunakan adalah metode simak terhadap video berisi percakapan tokoh Hilda dan Evangeline. Hasil analisis menunjukkan bahwa Tokoh Hilda dan Evangeline dalam Ginga Eiyuu Densetsu menggambarkan zaman joseigo era perang di wilayah Jepang yang sopan serta elegan terhadap lawan bicaranya, khususnya kepada sosok laki-laki yang berada pada lingkaran terdekat. Kata kunci: ginga eiyuu densetsu; joseigo; perang
Urano Takao
Published: 21 December 2020
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 7; https://doi.org/10.25139/ayumi.v7i2.3248

Abstract:
Sejak awal tahun 2020, virus corona bentuk baru/covid-19 telah menyebar di seluruh dunia. Hal ini mengakibatkan ancaman besar terhadap masyarakat di seluruh dunia. Ancaman wabah covid-19 telah mengubah gaya hidup manusia seiring merebaknya penyakit menular ini, hingga begitu berdampak terhadap perekonomian dunia. Bersamaan dengan situasi covid-19 yang belum pernah dialami, muncul berbagai kata baru dan mengakar pada masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, dalam artikel ini, peneliti ingin mengeksplorasi arti dan konsep kata-kata baru tersebut sambil membandingkannya dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jepang serta mengkaji bagaimana kata-kata baru tersebut lahir dan tersebar. Situasi covid-19 merupakan fenomena yang terus berlanjut. Ada kemungkinan situasi akan terus berubah antara waktu penulisan artikel ini dengan situasi waktu ke depan. Oleh karena itu, peneliti berharap meskipun artikel ini masih dalam proses penelitian, semoga dapat berlanjut pada pendalaman penelitian berikutnya. Kata kunci: covid-19; kata baru bahasa Indonesia; kata baru bahasa Jepang; sosiolinguistik
Dwi Ariani, Listyaningsih Ningsih
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 7; https://doi.org/10.25139/ayumi.v7i1.2806

Abstract:
Penelitian ini membahas tentang Aktualisasi Diri Tokoh Rimuru dalam Manga Tensei Shitara Suraimu Datta Ken dengan Pendekatan Psikologi Humanistik. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dari Abraham Maslow mengenai psikologi humanistik. Maslow beranggapan bahwa setiap manusia dapat termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan dari yang terendah (bersifat dasar/fisiologis) hingga ke yang paling tinggi (aktualisasi diri). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif karena data dari penelitian ini merupakan kata-kata dan data tertulis dalam manga karya Fuse. Sumber data yang digunakan adalah sebuah manga berjudul Tensei Shitara Suraimu Datta Ken volume 1-12 karya Fuse. Manga ini digunakan karena tokoh Rimuru telah memenuhi empat kebutuhan dasar manusia untuk mengaktualisasi diri. Data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan teknik kepustakaan. Sedangkan teknik yang digunakan untuk menganalisis merupakan analisis deskriptif. Sebagai simpulan dalam penelitian ini, peneliti menemukan lima belas karakteristik yang diutarakan oleh Maslow tersebut ada pada tokoh Rimuru. Karakteristik orang yang mengaktualisasi diri atau self-actualization yang paling banyak ditemukan adalah “spontan, sederhana dan wajar”; “terpusat pada masalah”; “kemandirian dari kebudayaan dan lingkungan”; “hubungan antarpribadi”. Sedangkan hambatan yang paling banyak ditemukan berasal dari dalam diri sendiri, yaitu berupa keragu-raguan dan rasa takut.Kata kunci: Abraham Maslow; aktualisasi diri; psikologi humanistik
Yamane Toi
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 7; https://doi.org/10.25139/ayumi.v7i1.2808

Abstract:
Penelitian ini membahas kepopuleran dan penerimaan anime Jepang di Indonesia. Alasan mengapa penelitian ini perlu dilakukan karena adanya keinginan peneliti yang merupakan orang Jepang untuk mengetahui lebih jauh seberapa besar animo penonton anime Jepang di Indonesia, sehingga masalah yang dibahas dalam penelitian ini antara lain anime yang biasa ditonton orang Indonesia, media tontonan anime/komik Jepang, penilaian dan pemahaman orang Indonesia terhadap anime/komik Jepang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan sumber data adalah responden orang-orang Indonesia yang tinggal di Surabaya, sedangkan data diperoleh dari hasil kuesioner dan wawancara yang kemudian diolah dengan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini yakni, anime yang biasa ditonton antara lain, “Doraemon”, “DRAGON BALL”, dan “BORUTO, media yang sering digunakan dari internet, penilaian penggemar anime pada cerita/pesan, serta ketidakpahaman berasal dari bahasa dan alur cerita. Walau demikian, ketertarikan dan kepopuleran terhadap pesan cerita membuat halangan tersebut diabaikan penggemar anime.Kata kunci: anime; genre; media, versi
Karina Tanjung
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 7; https://doi.org/10.25139/ayumi.v7i1.2807

Abstract:
Dialek dalam bahasa Jepang disebut hougen dan merujuk ke dialek regional. Dialek bahasa Jepang ditemukan pada acara-acara televisi yang diunggah di channel youtube sehingga diakses pembelajar bahasa Jepang di dunia. Tulisan ini membandingkan pandangan dan pengetahuan mahasiswa asing terhadap dua dialek bahasa Jepang yaitu, dialek Kansai dan dialek Sendai. Pandangan Inoue tentang hougen ishiki dipakai sebagai landasan teori dalam tulisan ini. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa kuesioner dan angket. Angket dibagikan kepada responden yaitu mahasiswa asing pembelajar bahasa Jepang di Universitas Tohoku, Sendai, Miyagi, Jepang. Hasil penelitian menunjukkan seluruh mahasiswa asing mengetahui tentang kesadaran terhadap dialek. Mayoritas mahasiswa asing memiliki kesadaran pemakaian terhadap dialek Kansai dan tidak memiliki kesan khusus terhadap dialek Sendai.Kata kunci: dialek Kansai; dialek Sendai, hougen ishiki
Isnin Ainie, Garnis Pramudyta Leksana
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 7; https://doi.org/10.25139/ayumi.v7i1.2809

Abstract:
Pujian (homekotoba) merupakan ungkapan tanda senang, rasa hormat, dan rasa takjub penutur dengan menggunakan istilah-istilah atau penamaan tertentu yang menyenangkan hati mitra tutur. Berdasarkan objek yang dipuji, homekotoba dibagi menjadi dua jenis yakni homekotoba langsung dan homekotoba tak langsung. Homekotoba langsung merupakan pujian terhadap sesuatu yang berhubungan langsung dengan diri petutur. Objek dari homekotoba langsung antara lain penampilan petutur, kemampuan petutur, dan kepribadian petutur. Sedangkan homekotoba tak langsung merupakan pujian yang secara tidak langsung berhubungan dengan diri petutur. Objek dari homekotoba tak langsung antara lain benda yang dimiliki petutur, dan kerabat petutur. Selain sebagai pengungkap sebuah ekspresi hati seorang penutur, homekotoba memiliki ilokusi lain yang ingin diungkapkan oleh penutur. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan ilokusi pada homekotoba tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan sumber data animasi Kobayashi San Chi no Maid Dragon karya Cool Kyoujinsha. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa homekotoba memiliki ilokusi asertif, yakni untuk mengungkapkan suatu kebenaran dengan makna mengakui, membual, mengeluh dan memprediksi.Kata kunci: homekotoba; ilokusi; tindak tutur
Intan Suri
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 7; https://doi.org/10.25139/ayumi.v7i1.2805

Abstract:
Penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan bagaimana hegemoni budaya ditampilkan Haruki Murakami dalam novel Noruwei no Mori (1991). Dalam karya itu, hegemoni budaya ditampilkan melalui sudut pandang narator sebagai masyarakat Jepang ketika dihadapkan pada persoalan pengaruh budaya barat yang sedang berkembang di Jepang. Analisis ini menggunakan teori hegemoni budaya yang konseptual (Gramsci) dengan isu yang dihadapi masyarakat Jepang. Selain itu, analisis ini juga menggunakan pendekatan naratologi homodiegetik (Genette) untuk mengetahui bahwa narator juga berperan sebagai tokoh utama di dalam novel. Peneliti berargumentasi bahwa hegemoni budaya dalam karya Haruki Murakami itu adalah suara dari kegelisahannya terhadap perubahan yang terjadi di Jepang terutama di kalangan remaja.Kata Kunci: Haruki Murakami; hegemoni budaya; masyarakat Jepang
Ilma Istianah,
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 6; https://doi.org/10.25139/ayumi.v6i2.2156

Abstract:
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh huruf kanji yang merupakan hal yang paling sulit dipelajari oleh pembelajar bahasa Jepang, khususnya bagi mereka yang tidak menggunakan kanji dalam budaya literasinya. Dalam kanji terdapat beberapa kanji yang kun’yomi-nya sama namun bentuk hurufnya berbeda atau yang disebut dengan doukun’iji (同訓異字). Salah satu doukun’iji adalah kanji kaeru (変・代・換・替). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan doukun’iji pada kanji kaeru melalui pendekatan semantik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif untuk menjelaskan mengenai makna dan penggunaan doukun’iji pada kanji kaeru. Hasil penelitian ini adalah, (a) kaeru (変) bermakna mengubah suatu kondisi sehingga berbeda dengan kondisi sebelumnya, (b) kaeru (代) bermakna menggantikan posisi seseorang dengan melanjutkan tugas yang dimiliki orang sebelumnya atau menggantikan posisi dan peran seseorang, (c) kaeru (換) bermakna, (1) menggantikan sesuatu menjadi sesuatu lainnya yang dengan tingkatan yang sama atau sesuatu yang kualitasnya lebih baik (2) menukarkan sesuatu ke sesuatu yang lain, dan (d) kaeru (替) bermakna mengganti sesuatu yang lama menjadi sesuatu yang baru. Secara keseluruhan, keempat kanji kaeru dapat saling menggantikan kanji kaeru lainnya. Namun, secara garis besar orang Jepang paling banyak menggunakan kanji (変) untuk objek apa pun.Kata kunci: doukun’iji; kanji; semantik
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 6; https://doi.org/10.25139/ayumi.v6i2.2131

Abstract:
Fenomena verba bahasa Jepang terdapat verba yang memiliki kemiripan makna, misalnya verba melihat, yang dalam bahasa Jepang adalah miru dan mikakeru. Pemakaian verba yang tepat menyulitkan para pembelajar bahasa Jepang apabila tidak mengetahui makna dasar yang terkandung dalam verba-verba bahasa Jepang tersebut. Oleh karena itu dalam tulisan ini membahas tentang makna verba bahasa Jepang yang dianalisis menggunakan teori MSA dengan cara memparafrasekan untuk mengetahui makna dasar verba sehingga diketahui perbedaan pemakaian verba bahasa Jepang. Permasalahan yang akan dikaji adalah bagaimanakah makna verba-verba bahasa Jepang yang memiliki arti yang sama dalam bahasa Indonesia pada buku teks bahasa Jepang tahap pemula. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang menggunakan buku ajar Minna no Nihongo sebagai sumber data dalam penelitian ini. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa verba-verba dengan makna yang mirip pada buku teks bahasa Jepang Minna no Nihongo tergolong ke dalam ishi doshi. Berdasarkan struktur gramatikalnya, verba tersebut memerlukan argumen subjek berupa entitas bernyawa. Argumen objek juga diperlukan yang berupa entitas tidak bernyawa. Struktur Makna verba sangat bervariasi tetapi pada umumnya dipetakan menjadi X melakukan tindakan. Tindakan mengarah pada Y. Verba-verba tersebut bisa saling menggantikan dan ada juga verba yang tidak bisa saling menggantikan.
Febi Ariani Saragih, Diella Fortuna Riyadi
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 6; https://doi.org/10.25139/ayumi.v6i2.2155

Abstract:
Takhayul merupakan pernyataan yang bersifat lisan ditambah dengan gerak isyarat yang dianggap mempunyai makna gaib. Masyarakat Jepang dan Indonesia hingga saat ini masih ada yang percaya terhadap takhayul. Salah satunya takhayul yang mengunakan kata hewan. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui simbol hewan yang sama-sama digunakan pada takhayul masyarakat Jepang dan Indonesia, serta mengetahui alasan persamaan dan perbedaan simbol metafora dan budaya dalam takhayul tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori metafora milik Lakoff dan Johnson tentang hubungan antara metafora dan budaya serta teori budaya milik Jandt tentang penyebab adanya perbedaan budaya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, dengan sumber data takhayul yang ada dalam buku Shireba Osoroshii Nihonjin no Fuushuu artikel lain dari internet yang di dalamnya terdapat takhayul dari Indonesia. Dari hasil penelitian ini ditemukan tujuh simbol hewan yang ada di Jepang dan Indonesia yaitu kucing, burung gagak, anjing, ular, sapi, katak, dan ayam. Persamaan antara takhayul Jepang dan Indonesia adalah karena nilai-nilai yang paling mendasar dalam budaya akan koheren dengan struktur metafora dari konsep yang paling mendasar dalam budaya itu sendiri. Sedangkan perbedaan dikarenakan budaya yang dibedakan melalui cara berpikir kelompok tersebut secara keseluruhan, praktik, pola perilaku, persepsi, nilai dan asumsi dalam hidup mereka yang mengarahkan perilaku tersebut.
Urano Takao
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 6; https://doi.org/10.25139/ayumi.v6i2.2132

Abstract:
摂南大学は2008年にインドネシア・スラバヤのストモ博士大学と大学間協定(MOU)を締結した。これまでに34名の学生を半年あるいは一年間の留学プログラムで派遣している。ストモ博士大学には”Penulisan Karya Ilmiah”という授業があり、留学生たちは半年ごとに自身の関心に基づいたテーマを設定し、2000字程度の研究論文を仕上げることになっている。一般的に、半年あるいは一年間という限られた期間での留学の場合、語学学修が主となっている。スト モ博士大学の場合は、”Studi Lapangan”といわれるフィールドワークの実践授業を踏まえつつ、研究論文を仕上げることになる。そこで、本発表においては留学生たちがどういった問題関心に基づき、論文テーマを設定し、それについてどのような取り組みをしているのかを明らかにし、今後の留学プログラムの改善の方策を考えてみることとしたい。キーワード:BIPA; penulisan karya ilmiah; Setsunan; Unitomo
Novi Andari, Eva Amalijah
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 6; https://doi.org/10.25139/ayumi.v6i2.2157

Abstract:
Daya pikat karya sastra itu muncul karena rangkaian kata maupun dialog-dialog yang membangkitkan emosi. Penglihatan suatu karya sastra dari sudut pandang yang berbeda dan pendekatan yang berbeda akan menghasilkan tafsiran yang berbeda pula. Penyajian pikiran dan ucapan tokoh tersebut merupakan hasil reproduksi pengarang dalam suatu karya sastra. Dalam novel Kitchen, tidak semua bentuk kisahan dan ujaran ada. Penelitian untuk mengungkap adanya kisahan dan ujaran dalam novil Kitchen ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan metode kepustakaan yang mengkaji data berdasarkan bahan-bajan tertulis. Dalam novel Kitchen terdapat bentuk-bentuk kisahan oleh pencerita akuan; kisahan oleh pencerita diaan; situasi ujaran antartokoh; cakapan tokoh yang disajikan kata demi kata; pencerita akuan yang menyajikan pikirannya sendiri; reproduksi cakapan yang menggunakan tanda petik maupun yang tidak menggunakan tanda petik; serta ujaran tak langsung si pencerita yang menyampaikan isi ujaran tokoh kepada pembaca. Namun dalam novel ini tidak ditemukan ujaran tak langsung yang bebas. Kata kunci: Stilistika, Penyajian Ujaran, Novel
Mikha Kireina Imanuel
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 5; https://doi.org/10.25139/ayumi.v5i2.1645

Abstract:
Majalah Nipponia adalah majalah yang berisi informasi mengenai Jepang yang telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa di dunia. Terjemahan majalah ini dalam berbagai bahasa diharapkan mampu menyajikan isi informasi yang sama seperti pada edisi aslinya dalam bahasa Jepang. Namun, dalam penelitian ini ditemukan kejanggalan-kejanggalan berupa ketidakselarasan makna. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan kesalahan terjemahan dalam majalah Nipponia dan faktor yang mempengaruhi terjadinya kesalahan tersebut. Majalah Nipponia yang dijadikan objek penelitian adalah majalah edisi 36 pada artikel khusus, baik dalam bahasa Jepang, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Teknik pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan studi pustaka. Kata kunci: Kesalahan Terjemahan, Majalah, Nipponia
Angela Merici Ragil
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 5; https://doi.org/10.25139/ayumi.v5i2.1641

Abstract:
Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan masyarakat. Selain itu karya sastra menyuguhkan potret kehidupan dengan mengangkat persoalan sosial dalam masyarakat. Dalam sebuah karya sastra, ada unsur-unsur pembangun, baik yang berasal dari dalam karya sastra atau dari luar karya sastra, antara lain unsur intrinsik dan ekstrinsik. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti unsur instrinsik melalui tokoh suami, dan unsur ekstrinsik melalui pendekatan Psikologi Abnormal untuk mengungkap konflik tokoh suami. Ada pun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan latar belakang terjadinya berbagai bentuk penyimpangan seksual dalam kehidupan seksual tokoh suami dengan pendekatan Psikologi Abnormal. Sumber data yaitu, novel “Kagi (鍵)” karya Junichiro Tanizaki terbitan The Sakai Agency, tahun 1956, setebal 259 halaman.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, analisis yang digunakan analisis deskripsi, dan menggunakan teknik kepustakaan untuk memperoleh sumber data yang sistematis.Hasil analisis menunjukkan, bahwa dalam novel “Kagi (鍵)” faktor penyebab utama penyimpangan seksual tokoh suami adalah Faktor Komunikasi. Adapun bentuk penyimpangan tokoh suami yang paling banyak yang banyak ditemukan adalah voyeurism. Peneliti berharap penelitian ini dapat menambah wawasan baru kepada peminat karya sastra dan memunculkan niat kepada para peneliti untuk meneliti novel “Kagi (鍵)” dengan perspektif yang berbeda.Kata kunci: Penyimpangan Seksual novel “Kagi (鍵)”. Junichiro Tanizaki
Fadma Windhasari
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 5; https://doi.org/10.25139/ayumi.v5i2.1642

Abstract:
Jodoushi adalah kata kerja bantu dalam bahasa Jepang. Penelitian ini bertujuan agar pembelajar bahasa Jepang mampu merangkai kalimat dengan jodoushi youda secara baik dan dapat mendeskripsikan arti yang dikandungnya. Dengan metode analisis deskriptif kualitatif, data yang diperoleh dari kajian pustaka yaitu cerpen berjudul kibou no kuni no ekusodasu karya Murakami Ryuu dikelompokkan berdasarkan pembentukan dan arti. Hasilnya ditemukan bahwa berdasarkan pembentukan kalimat, jodoushi youda dikelompokkan dalam 4 bagian diantaranya (1) jodoushi you + kopula sebanyak 14 buah, (2) jodoushi you + na sebanyak 64 buah, (3) jodoushi you + ni sebanyak 40 buah dan (4) ka no + jodoushi youni sebanyak 2 buah. Selain pembagian di atas, ditemukan pula jodoushi youda yang berdiri sendiri tanpa partikel maupun kopula sebanyak 2 buah. Selanjutnya, menurut artinya, jodoushi youda dikelompokkan ke dalam 9 bagian, yaitu (1) kiasan sebanyak 19 buah, (2) pemberian contoh 20 buah, (3) pemberian contoh sebagai penjelasan kalimat sebanyak 12 buah, (4) menunjukkan isi suatu hal sebanyak 16 buah, (5) dugaan tidak pasti atau sebagai penghalus kalimat sebanyak 38 buah, (6) tujuan yang diinginkan pembicara sebanyak 4 buah, (7) kalimat perintah sebanyak 5 buah, (8) perubahan dari suatu titik sebanyak 5 buah (9) serta kegiatan atau kebiasaan yang sengaja dilakukan sebanyak 3 buah.Kata kunci: Jodoushi Youda
Reffi Dhinar Seftianti
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 5; https://doi.org/10.25139/ayumi.v5i2.1644

Abstract:
Penelitian ini membahas mengenai eksistensi tokoh Toru Watanabe dalam novel Noruwei no Mori. Eksistensi yang mengalami pasang surut dan juga bagaimana tokoh Toru menunjukkan eksistensinya dalam menghadapi kehidupannya dapat dianalisis dengan pendekatan psikologi eksistensial milik Rollo May. Eksistensi juga menjadi sebuah identitas diri dan jiwa manusia sehingga dapat dikaitkan dengan psikologi. Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif. Simpulan dari hasil analisis adalah eksistensi Toru mengalami kenaikan dan penurunan diakibatkan dua faktor yaitu meninggalnya Kizuki dan hubungan dekatnya dengan Naoko. Eksistensi Toru tampak dari usaha Toru untuk lepas dari bayang-bayang kematian Kizuki, sikap independen untuk tidak terbawa arus demo politik di kampusnya, keputusan Toru untuk menjaga dan menyayangi Naoko yang sedang mengalami gangguan kejiwaan dan bangkitnya Toru dari kesedihan berlarut akibat terlalu mencemaskan kondisi Naoko. Kata kunci: eksistensi, psikologi eksistensial
Mega Ardhita Nugraheni
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 5; https://doi.org/10.25139/ayumi.v5i2.1643

Abstract:
Penelitian ini membahas perbandingan inferioritas geisha dalam novel Sayuri karya Arthur Golden dan Kembang Jepun karya Remy Sylado dari segi feminis yang menggambarkan inferioritas seorang perempuan, dilihat dari latar belakang kehidupan tokoh, kekerasan yang dialami tokoh, serta cara tokoh memperjuangkan hak dan tujuan pribadinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan persamaan dan perbedaan inferioritas yang ditemukan pada kedua tokoh. Penelitian ini menggunakan teori sastra bandingan, dan kritik feminis sebagai alat pendedahnya. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik kepustakaan. Sumber data penelitian ini adalah novel Sayuri karya Arthur Golden dan novel Kembang Jepun karya Remy Sylado. Adapun hasil penelitian yang diperoleh adalah: (1) Latar belakang kehidupan Sayuri dan Keiko sebelum menjadi geisha bisa dikatakan sama-sama berasal dari keluarga kurang mampu. Alasan ekonomi tersebut membuat Sayuri dijual oleh ayahnya sedangkan Keiko dijual oleh kakaknya untuk dijadikan seorang geisha; (2) Perlakuan inferior yang dialami oleh Sayuri dan Keiko dilihat dari kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang sekitarnya yang berada di lingkup domestik maupun publik, meliputi kekerasan seksual dan nonseksual baik secara fisik maupun emosional; (3) Cara memperjuangkan hak dan tujuan pribadi yang dilakukan oleh Sayuri adalah berusaha menjadi geisha yang berhasil di Gion untuk menunjukkan dirinya bukan orang yang bisa diremehkan lagi.Kata kunci: Sastra Bandingan, Kritik Feminis
Lusiana Lusiana, Desy Irmayanti
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 6; https://doi.org/10.25139/ayumi.v6i1.1555

Abstract:
Penulis mengkaji tentang “Pelanggaran Prinsip Kerjasama dalam Komik Aho Girl Volume 5 Karya Hiroyuki”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk pelanggaran dan strategi kesantunan dalam komik Aho Girl. Permasalahan yang diangkat adalah (1) bagaimanakah bentuk pelanggaran prinsip kerjasama, (2) bagaimana strategi kesantunan on record (badly without redress)? Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah komik Aho Girl volume 5. Data tersebut dikumpulkan dengan metode simak dan teknik catat dan dijadikan sebuah dialog. Data dianalisis dengan menggunakan teori Grice untuk mengetahui bentuk pelanggaran prinsip kerjasama, teori Brown dan Levinson untuk mengetahui strategi kesantunan on record yakni badly without redress. Tiga puluh data pelanggaran maksim terbagi ke dalam 3 data pelanggaran maksim kuantitas, 5 data pelanggaran maksim kualitas, 17 data pelanggaran maksim hubungan, dan 5 data pelanggaran maksim cara, serta strategi kesantunan terdapat 22 data bentuk perintah, 7 data bentuk memohon, dan 1 data bentuk keinginan.Kata Kunci: Aho Girl, pelanggaran prinsip kerjasama, pragmatik, strategi kesantunan
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 6; https://doi.org/10.25139/ayumi.v6i1.1279

Abstract:
Peristiwa tutur yang terjadi antara mahasiswa Jepang dengan mahasiswa Indonesia menjadi hal menarik manakala penguasaan yang minimal atas bahasa kedua atau ketiga. Penggunaan bahasa Inggris, bahasa Jepang, dan bahasa Indonesia penutur dan lawan tutur tersebut menyebabkan seringnya terjadi alih kode dan campur kode. Oleh karena itu, penelitian ini akan meninjau lebih jauh mengenai penyebab dari muncul dan digunakannya alih kode dan campur kode tersebut dalam peristiwa tutur mahasiswa Jepang di Indonesia. Penelitian ini menggunakan teknik simak libat cakap, rekam, dan catat sebagai metode pengumpulan datanya. Sumber data adalah peristiwa tutur antara mahasiswa Jepang yang berinteraksi dan berkomunikasi dengan mahasiswa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ter 9 penyebab terjadinya alih kode dan campur kode tersebut, yaitu (1) faktor pembicara atau penutur, (2) faktor pendengar atau lawan tutur, (3) perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga, (4) untuk menegaskan sesuatu, (5) sebagai pengisi atau penghubung kalimat, (6) pengulangan yang digunakan untuk klarifikasi, (7) mengklarifikasi isi tuturan bagi interlocutor (lawan bicara), (8) kebutuhan leksikal karena tidak ditemukannya padanan kata yang tepat, (9) keefisienan suatu pembicaraan.Kata kunci: alih kode, campur kode, peristiwa tutur
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 6; https://doi.org/10.25139/ayumi.v6i1.1268

Abstract:
ABSTRAKKarya sastra merupakan ciptaan sebuah karya dengan media bahasa yang dapat menimbulkan rasa indah bagi orang yang melihat, mendengar atau merasakannya. Karya sastra itu bersifat dinamis berjalan sesuai dengan perkembangan masyarakat. Ilmu sastra yang mengkaji tentang kehidupan bermasyarakat yaitu sosiologi sastra. Ilmu ini didefinisikan sebagai pemahaman terhadap karya dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatan. Dalam sosiologi sastra terdapat berbagai teori, salah satunya adalah teori hegemoni. Hegemoni adalah bentuk mendominasi dalam bentuk kekuasaan suatu kelas sosial atas terhadap kelas sosial lainnya, melalui kepemimpinan intelektual dan moral yang dibantu dengan dominasi atau penindasan. Dalam penelitian ini terfokus dalam tiga permasalahan yaitu (1) bentuk hegemoni, (2) model hegemoni dalam novel “Saga no Gabai Baachan”. Dan tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan (1) macam-macam bentuk hegemoni, (2) model hegemoni dalam novel “Saga no Gabai Baachan”. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, sedangkan metode yang digunakan metode telaah pustaka dan analisis deskriptif dengan menggunakan sumber data novel terjemahan “Saga no Gabai Baachan” karya Yoshichi Shimada. Dalam sumber data mencerminkan teori Gramsci yang dikaji dari aspek sosialnya bahwa kepemimpinan terjadi kepada beberapa tokoh yang terlibat didalamnya.Kata Kunci : dominasi, ideologi, kepercayaan, kepemimpinan.
Imelda Ratnasari, Fadma Windhasari
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 6; https://doi.org/10.25139/ayumi.v6i1.1425

Abstract:
Penelitian ini berisi informasi mengenai aspek sosial dan nilai sosiologis yang terdapat pada karya sastra “Matsuri no Ban” karya Kenji Miyazawa, khususnya membahas bentuk penindasan dan konsep balas budi yang terjadi akibat rasa kasihan, bentuk penindasan yang dilakukan oleh tokoh dalam cerpen yaitu bullying verbal, bullying fisik, dan bullying hubungan. Sedangkan nilai-nilai atau kewajiban membalas budi yang merasuk dalam kehidupan masyarakat Jepang yang juga kental mewarnai isi dari cerpen. Untuk mengkaji rumusan masalah digunakan teori yang berkaitan dengan karya sastra, sosiologi sastra, aspek sosial, penindasan, nilai sosial, dan konsep balas budi dalam masyarakat Jepang yang terdiri dari on, gimu, dan giri. Selanjutnya, data penelitian dikaji dengan metode kualitatif. Hasil penelitian ini yakni penemuan aspek sosial berupa penindasan sekelompok tokoh kepada tokoh tokoh yang lain, aspek nilai berupa konsep balas budi yang dikenal dengan ongaeshi. Kata kunci: Sosiologi Sastra, Penindasan, Konsep Balas Budi, Karya Sastra Jepang
Senoo Minami
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 6; https://doi.org/10.25139/ayumi.v6i1.1267

Abstract:
2017年8月から2018年2月までストモ博士大学(Universitas Dr.Soetomo)で6ヶ月の留学プログラムとして在学していた。6ヶ月の生活で日本とインドネシアの文化の違いを多く知ることができた。その経験の中で最も違いを感じたのがインドネシアのmandiと日本の入浴の違いである。あまりにも違うこのmandiと入浴を一括りの言葉でまとめることは難しい。そこで、mandiと入浴の違いを様々な観点から分析する。 違いを調査するべく、由来、使用する道具、浴室、mandiと入浴の種類、用途の違いをそれぞれ書籍やインターネットを使用して調査し、違いを見つける。さらに、20名の教員・生徒にアンケートを実施し一日に何回mandiをするか。温水と冷水のどちらを使用するか。どのような目的で温水または冷水を使用するか。について回答を得た。その結果を元に回数、使用する水、目的の違いを分析する。 結果として、インドネシアのmandiと日本の入浴の違いは、何を使用するか。そしてmandiと入浴に対してどのような考えを持っているかということだと分析した。mandiでは桶とbak mandi というmandiをする為の水を溜めておく場所、そして石鹸を使用する。この時の水は冷水である。一方日本では、シャワーと浴槽を使用する。また浴槽には温水を溜めその中に入る。インドネシア人はmandiに対して身体を清潔に保つまたは清めるものとして使用する。しかし日本では入浴を身体を清潔に保つだけでなく、身体を温める為や、治療方法としても使用する。この2つの違いがmandiと入浴を大きく分ける違いではないだろうかと分析する。
Yulia Putri Paradida
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 5; https://doi.org/10.25139/ayumi.v5i1.837

Abstract:
Penelitian ini mengkaji jenis partikel bahasa Jepang yang sudah diperoleh dan yang sering digunakan oleh anak beserta faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa tersebut. Penelitian ini menggunakan teori psikolinguistik genetik kognitif yang berhubungan dengan Language Acquisition Device (LAD) dan juga performansi dan kompetensi anak dalam pemerolehan bahasa. Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan karena sumber data yang berupa data lisan berasal dari penutur atau informan. Penelitian ini menggunakan metode simak dan metode cakap dengan teknik sadap, teknik simak libat cakap, teknik rekam atau teknik catat, serta teknik pemancingan. Selanjutnya, data dianalisis dengan menggunakan metode padan dengan teknik pilah unsur penentu dan teknik hubung banding menyamakan. Hasil yang ditemukan, anak di TK Fuji Jakarta sudah memperoleh jenis partikel Kakujoshi, Setsuzokujoshi, Shuujoshi dan Fukujoshi. Jenis partikel yang paling sering digunakan oleh anak yaitu partikel yo (よ) dari kelompok Shuujoshi. Faktor-faktor yang mendukung dan mempengaruhi pemerolehan bahasa pada anak di TK Fuji Jakarta yaitu faktor biologis, faktor lingkungan sosial, faktor intelegensi dan faktor motivasi.Kata kunci : pemerolehan bahasa, psikolinguistik, partikel (joshi), faktor-faktor
Fatiyah Tiyah
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 5; https://doi.org/10.25139/ayumi.v5i1.825

Abstract:
現在、インドネシアでは日本企業の駐在している日本人の方々は通訳者として採用したインドネシア人の人材に対して不満を抱く。これは、勤務後に能力を磨くよりもやはり語学を学習している間に大学で学習させ、スキル向上させた方が良いであろう。では、言語能力の中にどの能力を中心にし、学習した方が良いかは議論になっている。本研究では4つの言語能力の関係性を解明する。また、能力を向上させる方法に関して研究する。研究方法としては、文献レビューまたは文献研究である。上記の言語能力において4つとも精密な関係性を用いる。その4つのうちに「読解力」が他の能力に大きな影響を与えることが考えられる。また、この「読解力」を向上させるためには、「文法」「語彙」の能力を増やす必要がある。そして、「読書」機会も増やすべきであろう。それによって「文法」や「語彙」以外にも「文化的知識」も増え、「読解力」も向上できるであろうと考えられる。
Nadya Inda Syartanti
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 5; https://doi.org/10.25139/ayumi.v5i1.838

Abstract:
Kalimat dibentuk oleh berbagai satuan kalimat (satuan gramatikal) dari satuan terkecil yaitu kata sampai satuan terbesar yaitu kalimat itu sendiri. Pada umumnya satuan gramatikal setelah kata adalah frasa, kemudian setelah frasa adalah klausa, baru terbentuk menjadi kalimat secara utuh. Selain itu, ada satuan gramatikal yang hanya terdapat dalam kalimat bahasa Jepang, yaitu bunsetsu. Posisi bunsetsu berada di antara kata dan frasa, sehingga urutan dalam kalimat bahasa Jepang menjadi kata-bunsetsu-frasa-klausa-kalimat. Bunsetsu dalam bahasa Jepang mengandung arti “ruas kalimat” (Tjandra, 2013: 7). Bila kalimat hana ga saku darou terdiri dari 4 kata, yaitu hana, ga, saku, dan darou, maka kalimat tersebut memiliki 2 bunsetsu yang terdiri dari hana ga dan saku darou (Tjandra, 2013: 7). Kalimat tersebut menunjukkan bahwa kata merupakan urutan terkecil daripada bunsetsu, atau dengan kata lain, bunsetsu merupakan satuan yang lebih besar dari kata yang dapat membentuk kalimat (Sudjianto & Dahidi, 2009: 137). Yang menjadi masalah adalah istilah bunsetsu sering dipadankan dengan frasa, namun bunsetsu bukanlah frasa. Oleh karena itu, tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan uraian deskriptif mengenai perbedaan antara bunsetsu dengan frasa. Dengan mengetahui perbedaaan tersebut, diharapkan dapat menjadi acuan atau referensi dalam kajian linguistik khususnya kajian sintaksis dalam bahasa Jepang. Kata kunci: bahasa Jepang, bunsetsu, frasa, kalimat
Cicilia Tantri Suryawati
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 5; https://doi.org/10.25139/ayumi.v5i1.826

Abstract:
Chanoyu atau biasa juga disebut dengan Sadou atau Chadou dalam bahasa Indonesia disebut Upacara minum Teh adalah kesenian tradisional Jepang yang sarat akan keindahan dan filosofinya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna jiwa Chanoyu yang tercermin dalam pepatah bijak Zen pada Kakejiku. Kaligrafi yang ditulis pada Kakejiku memiliki kandungan makna dari pepatah bijak yang digunakan sebagai sarana untuk memahami jiwa chanoyu (Ocha no kokoro) yang terdiri dari Wa Kei Sei Jaku yang berarti harmoni, respek, murni, dan tenang.Penelitian kualitatif ini menggunakan metode Deskriptif analisis. Data yang digunakan adalah pepatah yang mengandung kata “Matsu” (Pinus) yang terdapat pada buku “Ippuku Haiken: Zen no Kotoba, Ocha no Kokoro” karya Chisaka Shugaku yang diterbitkan oleh Tankosha pada tahun 1990, di Tokyo.Dari hasil penelitian didapatkan bahwa Jiwa Chanoyu “WA” tercermin pada pepatah厳谷栽松(Gankokusaishou) dan 閑坐聴松風 (Kanzashite Shoufuwo Kiku) mengenai keharmonisan antara manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan yang ditujukan untuk Sang Pencipta, juga harmoni dengan diri sendiri sebagai bentuk penemuan akan jati diri.Jiwa Chanoyu “KEI” terdapat pada pepatah 閑坐聴松風 (Kanzashite Shoufuwo Kiku),yang digambarkan dengan melakukan segala sesuatu dengan penuh kehati-hatian yang merupakan bentuk dari sebuah penghormatan. 松無古今色 (Matsu ni Kokon No Iro Nashi) yang menggambarkan suatu kedisiplinan dan ketekunan.Jiwa Chanoyu “SEI” terdapat pada pepatah 閑坐聴松風 (Kanzashite Shoufuwo Kiku), yaitu membuang semua pikiran-pikiran yang tidak baik sehingga menjadikan hati bersih sehingga pertemuan Chanoyu menjadi sebuah kenyamanan.Jiwa Chanoyu “JAKU” terdapat pada pepatah 松無古今色 (Matsu ni Kokon No Iro Nashi) menggambarkan suatu keteguhan dan ketekunan. 松樹千年翠 (Shouju Sennenno Midori) menggambarkan suatu ketenangan, konsentrasi yang tinggi dan tidak terganggu oleh suasana apapun. 閑坐聴松風 (Kanzashite Shoufuwo Kiku) menggambarkan suatu ketenangan dan suasana tentram yang dimunculkan melalui kata pinus dan angin. 松老雲自閑 (Matsu Oite Kumo Onozukara Shizuka) menggambarkan suatu yang tenang dan tak terusik.
Okie Dita Apriyanto
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 5; https://doi.org/10.25139/ayumi.v5i1.836

Abstract:
本研究はあるあいづちがどのような会話構造の中で現れるのかを明らかにし、その上で、どのような機能を果たすのか、その後の会話はどのように展開していくのかを明らかにすることを目的としている。そのため、分析に用いる概念として、話題と連鎖組織を入れることとする。まずデータとして、「説明する会話」を使用した。あいづちが現れる直前の発話の発話機能ごとのあいづちを分類し、その前後の発話の連鎖組織の分析を行った。本稿は特に【評価】の後のあいづちを注目し、そのあいづちがどのような会話の流れで現れるのかを見てきた。これにより、同じ【評価】に対して現れる「うん」でも、機能が異なることが分かり、さらに【評価】の後に現れる日本語の「そう」とインドネシア語の「heeh」の機能が同じ傾向にあるということが分かった。しかし、分析を行った際に、本研究のデータ中の【評価】の使用場面が全て同じではないことに気付いた。ある話題について会話参加者に知識の差が存在すれば、発話される【評価】も違ってくるのではないかと考えられる。
Pennyka May Jayanti
Published: 26 December 2017
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 4; https://doi.org/10.25139/ayumi.v4i1.545

Abstract:
AbstrakPuisi lahir bukan dari kekosongan. Ia ada karena pengarang yang terkait erat dengan lingkungan dan karyanya yang disebut struktur genetik. Penelitian puisi Jinrui no Izumi (人類の泉) karya Takamura Kōtarō ini menggunakan teori strukturalisme genetik menurut Kinayati Djojosuroto. Sumber data diperoleh dari kumpulan puisi Takamura Kōtarō dalam buku yang berjudul 高村光太郎詩集 (Takamura Kōtarō Shishuu) karya伊藤信吉(Itou Shinkira) (1950). Analisis penelitian strukturalisme genetik puisi dilakukan dengan mengklasifikasikan data berdasarkan struktur fisik, batin, kemudian dikaitkan dengan genetiknya. Dari gabungan struktur tersebut, dapat disimpulkan struktur genetik dalam puisi tersebut.Kata Kunci: Jinrui no Izumi, puisi modern, struktur genetik, Takamura Kōtarō
Azalia Asti Novianingrum
Published: 26 December 2017
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 4; https://doi.org/10.25139/ayumi.v4i1.547

Abstract:
AbstrakPenelitian ini membahas tentang perilaku sociopath Yashiro Gaku, tokoh dalam novel Boku Dake ga Inai Machi Another Record, dan mempertanyakan alasan serta tujuan dari setiap tindakan kriminalnya. Untuk itu, peneliti menggunakan teori kepribadian milik Karen Horney tentang kecenderungan neurotik dan penyesuaian diri individu neurotik pada anak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Sumber data berasal dari novel berjudul Boku Dake ga Inai Machi Another Record karya Hajime Ninomae yang diterbitkan di Tokyo oleh Kadokawa pada tahun 2016. Hasil analisis sekaligus simpulan dari penelitian ini adalah bahwa Yashiro Gaku mendapatkan stimulasi untuk membunuh pertama kali karena mendapatkan kekerasan dari kakaknya. Tujuan utamanya membunuh anak-anak pun untuk menghentikan rantai kekerasan orang tua kepada anak, supaya tidak melakukan hal yang sama di masa depan.Kata kunci: Boku Dake ga Inai Machi Another Record, Hajime Ninomae, neurotik, sociopath
Siti Wulandari
Published: 26 December 2017
Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa Dan Sastra, Volume 4; https://doi.org/10.25139/ayumi.v4i1.546

Abstract:
Abstrak Bushido adalah etika moral yang awalnya diterapkan kaum samurai sejak zaman Edo (1603-1868). Terdapat tiga sumber utama dalam aturan moral bushido antara lain ajaran Budha Zen, Shinto, dan Konfusianisme. Moral adalah ajaran tentang baik dan buruk dalam suatu masyarakat yang telah disepakati secara umum. Moral tidak hanya ditemukan dalam kehidupan nyata, namun juga dalam karya sastra. Salah satu jenisnya adalah haiku. Haiku adalah salah satu jenis puisi Jepang yang terdiri atas 17 suku kata yang dibentuk dari konsep 5-7-5. Masaoka Shiki merupakan salah satu penyair haiku yang terkenal di Jepang. Peneliti menggunakan haiku karya Masaoka Shiki karena pola pemikirannya yang mendapatkan pengaruh ajaran moral Bushido, sehingga sebagai putra seorang bushi, secara tidak langsung, ajaran moral yang diterimanya berpengaruh terhadap pola pemikiran sehari-hari, seperti kebesaran jiwa, kesabaran dan lainnya. Termasuk juga dalam penciptaan karyanya. Fokus permasalahan penelitian ini adalah moral Bushido dalam haiku karya Masaoka Shiki.Peneliti menggunakan teori Nitobe (2008: vii-viii) tentang tujuh nilai moral bushido yaitu, gi ‘kejujuran’, yu ‘keberanian’, jin ‘kebajikan’, rei ‘kesopansantunan’, makoto ‘ketulusan hati’, meiyo ‘kehormatan’ dan chugi ‘kesetiaan’. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Sumber data penelitian ini diambil dari buku yang berjudul Shiki Hyakku karya Toshinori Tsubouchi dan Akio Konishi. Teknik pengumpulan berupa teknik kepustakaan dan untuk menganalisis data digunakan analisis deskriptif. Simpulan penelitian ini adalah ditemukannya empat moral bushido di dalam puisi haiku, yakni moral bushido jin ‘kebajikan’, moral bushido rei ‘kesopansantunan’, moral bushido yu ‘keberanian’ dan moral bushido meiyo ‘kehormatan’.Kata Kunci: Bushido, haiku, Masaoka Shiki, moral
Page of 2
Articles per Page
by
Show export options
  Select all
Back to Top Top