AKULTURASI BUDAYA JAWA DAN ISLAM MELALUI DAKWAH SUNAN KALIJAGA

Abstract
Kondisi kehidupan masyarakat di Nusantara khususnya yang berada di daerah Jawa sangat erat kaitannya dengan akulturasi budaya lokal mereka terhadap ajaran agama Islam. Keduanya itu seolah telah melebur menjadi satu kebudayaan tersendiri yang memiliki ciri khasnya masing-masing. Akulturasi budaya tersebut tidak terlepas dari adanya peran dakwah para Walisongo, khususnya Sunan Kalijaga dalam menyebarkan ajaran agama Islam di Pulau Jawa. Dengan memanfaatkan budaya lokal, Sunan Kalijaga mampu mengemas dakwah Islam sehingga tidak bersifat memaksa masyarakat. Masyarakat setempat pun menyambut baik dakwah tersebut sehingga Islam semakin tersebar di pulau Jawa. Sunan Kalijaga berkeyakinan bahwa jika masyarakat sudah memahami Islam, maka dengan sendirinya ‎kebiasaan lama secara bertahap akan memudar dan digantikan dengan yang lebih baik. Oleh karena itu, tak heran jika ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam ‎mengenalkan Islam, yaitu dengan memadukan antara tradisi budaya Jawa dan ajaran agama Islam sehingga terdapat kesesuaian di antara keduanya. Pada akhirnya syiar Islam pun menjadi mudah diterima oleh masyarakat karena tetap memperhatikan unsur nilai-nilai lokal yang digunakan dalam masyarakat. The living conditions of people in the Nusantara, especially in the Java area are related to the acculturation of their local culture to the Islam. Both of them seem to have merged into a separate culture that has its own characteristics. The acculturation of this culture is inseparable from the role of the Walisongo da’wah, especially Sunan Kalijaga in spreading Islam in Java. By utilizing local culture,he was able to package Islamic da’wah so that it did not force the community. The local community also welcomed the preaching so that Islam was increasingly spreading in the Java Island.Sunan Kalijaga believes that if peapole already understand Islam, then automatically these old habits will gradually fade and be replaced with better ones.therefore, it is not surprising that Sunan Kaliaga’s teaching seem syncretic in introducing Islam by combining Javanese cultural traditions and Islamic teachings so that there is compatibility between both of them. In the end, the syiar of Islam became easily accepted by the community because it still paid attention to the elements of local values that were used in society.