Gunung Kawi: Olahan Ketela Ungu Memberdayakan Masyarakat

Abstract
Purple sweet potato Gunung Kawi is only sold raw, the price is very cheap. This causes the farmers to suffer losses. On the other hand, quite a lot of Wonosari Gunung Kawi residents become female migrant worker, because there are not enough producers in the village to meet the residents' needs. Based on that, the processing of purple sweet potato Gunung Kawi is needed to be developed into an effort that can absorb labor. The purpose of this service is to produce a purple sweet potato product business for residents of Wonosari Gunung Kawi. The service method used is through three stages, fisrt preparation for coordination and outreach activities to partners. The second stage the implementation phase of the training carried out training on the processing of purple sweet potato Gunung Kawi into several products such as sticks, bakpia and brownies from purple sweet potato of Gunung Kawi. The third stage is the evaluation and assistance. The instruments used in this service were interview sheets and activity observations. The results of the service show that the community has been able to produce and package products that are ready for sale and according to health standards. Selama ini telo ungu gunung kawi hanya dijual secara mentah sehingga harga jual telo ungu sangat murah. Hal ini menyebabkan petani kebun telo mengalami kerugian khususnya pada musim tertentu. Dilain sisi, warga wonosari gunung kawi cukup banyak yang menjadi TKW karena penghasil di desa yang belum cukup untuk memenuhi kebutuhan warga. Berdasarkan hal tersebut diperlukan pengolahan SDA telo ungu yang dikembangkan menjadi suatu usaha yang dapat menyerap tenaga kerja. Tujuan pengabdian ini adalah menghasilkan usaha pengolahan telo ungu bagi warga Wonosari Gunung Kawi. Metode pengabdian yang digunakan adalah melalui tiga tahapan yakni persiapan dilakukan kegiatan koordinasi dan sosialisasi terhadap mitra, tahap kedua yakni tahap pelaksanaan pelatihan dilakukan pelatihan pengolaha telo ungu gunung kawi menjadi beberapa produk yakni stik, bakpia dan brownies telo ungu gunung kawi. Tahap ketiga adalah evaluasi daan pendampingan. Instrumen yang digunakan pada kegiatan pengabdian ini adalah lembar wawancara dan observasi kegiatan. Hasil pengabdian menunjukkan bahwa masyarakat telah mampu memproduksi dan mengemas stik, brownies dan bakpia menjadi produk yang siap untuk dijual dan sesuai standar kesehatan.