Analisis Kerentanan Daerah Rawan Banjir Berbasis Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus : Kecamatan Sekarbela – Kota Mataram)

Abstract
Pada dasarnya Indonesia adalah negara yang memiliki 2 musim yakni musim hujan dan musim kemarau. Musim kemarau yang terjadi antara bulan Maret hingga Bulan Agustus sedangkan musim hujan yang terjadi September sampai bulan Februari. Akibatnya dengan jumlah bulan hujan yang relatif lebih banyak dari musim kemarau menjadikan beberapa wilayah di Indonesia banyak mengalami bencana banjir. Berdasarkan data BPBD Kota Mataram tahun 2011-2015 Kota Mataram memiliki daerah langganan banjir tiap tahunnya yaitu salah satunya Kecamatan Sekarbela. Dengan kondisi fisik wilayah perkotaan yang datar serta kondisi drainase yang saat ini tidak berfungsi optimal. sejumlah ruas jalan dan kawasan perumahan yang ada di Kecamatan Sekarbela tergenang dan terjadi banjir. Sebagai salah satu upaya dalam mengatasi banjir yaitu memetakan kerentanan daerah rawan banjir melalui pemetaan kawasan yang terindikasi rawan bencana banjir melalui Pemetaan Digital Berbasis Sistem Informasi Geografis. pemetaan daerah rawan banjir merupakan salah satu cara pengendalian secara non-struktural. Analisis Daerah Rawan Banjir pada penelitian ini menggunakan 3 varaibel penelitian yakni Kemiringan Lereng, Penggunaan Lahan, dan Infiltrasi Tanah dengan menggunakan 2 metode analisis yakni Analytic Hierarchy Process (AHP) Pairwise Comparison dan Overlay Intersection. Hasil analisa semua parameter dibandingkan dan diberi bobot menggunakan metode AHP matriks Pairwise Comparison. Diperoleh nilai bobot untuk Kemiringan Lereng adalah 0,89, Penggunaan Lahan 0,22 dan Infiltrasi Tanah 0,10. Seluruh hasil analisa digabung menggunakan metode Overlay Intersection pada ArcGIS10.3 untuk menghasilkan peta daerah rawan banjir. Diperoleh 95,11 % daerah di Kecamatan Sekarbela adalah Rentan Banjir, 4,89 daerah paling Sangat Rentan.