Abstract
Lansekap merupakan kondisi bentang alam dengan karakteristik unsur dan elemen tertentu pada suatu wilayah. Lansekap pada suatu permukiman merupakan hasil interaksi antara manusia dengan alam dan budaya yang menjadi latar belakang ciri identitas suatu lansekap. Khususnya pada lansekap budaya dengan latar belakang sosial masyarakat yang berbeda-beda di tiap daerah di Indonesia. Peranan kondisi geografis dan budaya pada suatu kelompok masyarakat atau suku menarik dikaji kaitannya dalam hal lansekap budaya pada lingkungan permukiman. Kajian ini akan membahas karakteristik lansekap budaya permukiman Dusun Kajuara Kabupaten Bone dengan pendekatan metode kualitatif analsis deskriptif berdasarkan 13 komponen lansekap budaya. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa, letak geografis wilayah dan sosial budaya masyarakat di Dusun Kajuara yang sebagian besar sebagai petani berpengaruh terhadap karakter lansekap budaya permukiman yang masih didominasi oleh unsur dan elemen alami pada softscape dan hardscape lingkungan. Kata-kata kunci: komponenen lansekap, lansekap budaya, lansekap tradisional THE CHARACTERISTICS OF CULTURAL LANDSCAPE IN KAJUARA VILLAGE, BONE REGENCY SOUTH SULAWESILandscape is a condition with its landscape elements characteristic and specific elements of the region. Landscape on a settlement is the result of interaction between human and nature and culture which blends into the background characteristics of the identity of a landscape. Particularly in the cultural landscape with socially different backgrounds of each region in Indonesia. The role of geography and culture of a community or ethnic group is interesting to study in terms of the cultural landscape in the neighborhoods. This review will discuss the characteristics of the cultural landscape settlements of Dusun Kajuara Bone district with qualitative method approach which is based on 13 components of the cultural landscape. The results of the discussion showed that the geographical location and social and cultural area in the Kajuara Village, mostly as farmers, affected the landscape character of the settlement that is still dominated by natural factors and elements on softscape and hardscape settlements. Keywords: cultural landscape, landscape component, traditional landscape REFERENCESHasan, & Prabowo. (2002). Perubahan Bentuk dan Fungsi Arsitektur Tradisional Bugis di Kawasan Pesisir Kamal Muara, Jakarta Utara. International Symposium Building Research and the Sustainability of the Built Environment in the Tropics’ Universitas Tarumanegara. Koentjaraningrat. (1999). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Djambatan: Jakarta. Nurjannah & Anisa. (2003). Pola Permukiman Bugis di Kendari. NALARs Volume 9 Nomor 2 Juli 2010 Page, Robert. R, Cathy Gilbert, Susan A.Dolan. (1998). Guide of Culture Landscape Report. Hal: 53 Plachter, H. dan Rossler, M. (1995). Cultural Landscape: Reconnecting Culture and Nature. Dalam van Droste, B., Placher, H., dan Rossler, M. (Editors). Cultural Landscape of Universal Value. Suwarno, Nindyo. (2000). Tipologi Spasial Permukiman Transmigran Spontan di Desa Tolai Kecamatan Sausu Kabupaten Donggala. Media Teknik UGM