SATUAN LINGUAL {ka} DALAM BAHASA SUMBAWA DIALEK JEREWEH

Abstract
Artikel ini bertujuan menjelaskan status satuan lingual {ka-} dalam bahasa Sumbawa Dialek Jereweh. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan introspeksi (karena penulis penutur dan menguasai bahasa Sumbawa) dengan menghadirkan keseluruhan konteks pemakaian satuan {ka-}, sedangkan data dianalisis menggunakan metode padan intralingual. Hasil analisis data menunjukkan empat status satuan {ka-} dalam bahasa Sumbawa. Pertama, berstatus sebagai morfem terikat (afiks), misalnya pada kangering ‘kedinginan’, kandatang ‘kedatangan’, kanepat ‘kesiangan’. Kedua, berstatus sebagai penunjuk penanda aspek bermakna ‘telah’, biasanya mendahului verba yang mengisi fungsi predikat dalam konstruksi sintaksis, misalnya dalam kontruksi ka datang ‘telah datang’, ka lalo ‘telah pergi’, ka mate ‘telah meninggal’, dan sebagainya. Ketiga, berstatus sebagai penunjuk ‘ini’, misalnya pada ka nya ‘ini dia’, kabeka ka ‘kenapa ini’, apa ka ‘apa ini’, dan sebagainya. Keempat, bukan sebagai satuan apapun karena merupakan bagian (suku kata) dari unsur morfem dasar, misalnya kamomang ‘terapung’, kameler ‘terbawa arus air’, kamantul ‘tersandung’, dan sebagainya, karena masing-masing tidak ditemukan bentuk *momang, *meler, dan *mantul dalam bahasa Sumbawa Dialek Jereweh.