Abstract
The journey of the people of Rante Balla to the Rantai Damai is different from general community movements. Their movement begins with a rebellion DI/TII that results in their home being destroyed and burned. The persecution, oppression, and suffering they experienced did not weaken their faith but rather that this was the basis of the authors ' research to see the growth of their faith when experiencing the event. Therefore, the author uses historical research methods with data collection techniques using interviews with eyewitnesses or historical actors and also conducting the collection of past documents as linked to what the authors have written. Based on the results of the research that has been done by the authors, the conclusion of this writing is for 14 years in the period of conflict DI/TII year 1952-1966, the Toraja Church of Situru ' continue to experience the growth of suffering, suppression, and persecution that they experienced. The growth of quantity, spiritual quality, and organization of Situru ' congregations continues to increase over time. This can be seen through the increasing quantity of congregational citizens each year starting from the evacuation process to become an independent congregation in the Peace chain. Likewise, the growth of the spiritual qualities of the people of the Church of Situru ' continues to experience the growth that can be reviewed from the increased resilience of the faith of the congregation from the sufferings they experience.   Abstrak Perjalanan masyarakat Rante Balla menuju ke Rantai Damai berbeda dengan perpindahan masyarakat pada umumnya. Perpindahan mereka diawali dengan peristiwa pemberontakkan DI/TII yang mengakibatkan rumah mereka dirusak dan dibakar. Penganiayaan, penindasan dan penderitaan yang mereka alami justru tidak melemahkan iman mereka tetapi sebaliknya sehingga hal ini yang menjadi dasar penelitian penulis un-tuk melihat pertumbuhan iman mereka ketika mengalami peristiwa tersebut. Oleh karena itu, penulis menggunakan metode penelitian sejarah dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara kepada saksi mata atau pelaku sejarah dan juga melakukan pengumpulan dokumen-dokumen masa lampau sekaitan dengan apa yang ditulis oleh penulis. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, maka menjadi kesimpulan dari penulisan ini yaitu selama 14 tahun pada masa konflik DI/TII tahun 1952-1966 berlangsung, Gereja Toraja Jemaat Situru’ terus mengalami per-tumbuhan akibat penderitaan, penindasan dan penganiayaan yang mereka alami. Pertumbuhan kuantitas, kualitas rohani dan organisasi jemaat Situru’ terus meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini dapat dilihat melalui meningkatnya kuantitas warga jemaat setiap tahunnya yang dimulai dari proses pengungsian hingga menjadi jemaat mandiri di Rantai Damai. Begitupun juga dengan pertumbuhan kualitas rohani warga jemaat Situru’ terus mengalami pertumbuhan yang dapat ditinjau dari meningkatnya ketahanan iman warga jemaat akibat penderitaan yang mereka alami.