Pencegahan Penyebaran Virus African Swine Fever (ASF) di Desa Turaloa Kecamatan Wolomeze Kabupaten Ngada

Abstract
African Swine Fever (ASF) atau demam babi afrika merupakan penyakit viral hemoragik yang sangat menular menyerang ternak babi dan babi liar menyebabkan kerugian ekonomi bagi peternakan skala kecil dan besar. Penyebaran virus ASF yang sangat cepat mengakibatkan tingkat kematian babi yang sangat tinggi. Penularan virus ASF dapat terjadi melalui, produk hewan ilegal, lalu lintas ternak babi, kendaraan yang terkontaminasi ASF, dan pergerakan babi hutan. Mewabahnya penyakit African Swine Fever (ASF) sebagai penyakit yang dapat menyerang babi telah menyebar di banyak negara termasuk Indonesia. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan populasi babi terbesar di Indonesia yang terancam karena Pulau Timor berbatasan langsung dengan Timor Leste yang merupakan daerah yang terkena ASF. Merebaknya ASF menyebabkan kerugian besar bagi perekonomian dan ketakutan masyarakat akan konsumsi daging babi dan produk babi lainnya. Virus ASF terdektersi di wilayah Kabupaten Ngada pertama kali di kecamatan Riung pada akhir Januari tahun 2021, dan selanjutnya menyebar di hampir semua kecamatan di wilayah Kabupaten Ngada. Desa Turaloa merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Wolomeze yang terdampak virus ASF. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan informasi tentang ciri-ciri kualitas daging babi yang baik dan mengimbau masyarakat untuk mengendalikan dan mencegah penyebaran ASF. Meski masyarakat mengetahui tentang bahaya ASF, namun belum ada tindakan pencegahan yang mereka ketahui. Kegiatan ini merupakan sarana bagi peternak untuk mencegah ASF di peternakannya dan agar masyarakat mengetahui bahwa ASF bukanlah penyakit zoonosis. Namun, konsumsi daging babi dan produk babi lainnya yang terinfeksi ASF dapat menyebarkan ASF secara terus menerus.