KUALITAS TIDUR YANG BURUK AKIBAT GANGGUAN MAKAN PADA PELAJAR SEKOLAH MENENGAH DI JAKARTA

Abstract
Pendahuluan: Gangguan makan dapat memengaruhi kualitas tidur, terutama remaja karena masa remaja merupakan masa terjadi perubahan fisik dan psikologi. Pelepasan hormon dan metabolisme glukosa terjadi saat tidur, sedangkan nafsu makan dipengaruhi oleh sistem neuroendokrin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan risiko gangguan makan terhadap kualitas tidur remaja karena remaja zaman sekarang kurang memedulikan waktu makan dan makanan yang dikonsumsi. Metode: Penelitian potong lintang dilakukan pada 275 siswa-siswi SMP dan SMA salah satu sekolah internasional di Jakarta Barat yang memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner demografi, kuesioner skrining, Eating disorder Examination Questionnaire (EDE-Q) dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) diisi secara mandiri. Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hubungan risiko gangguan makan dengan kualitas tidur responden.Hasil: Responden paling banyak adalah wanita sebanyak 173 orang (62,9%), sedangkan laki-laki sebanyak 102 orang (37,1%). Usia responden sebagian besar berusia 12-13 tahun sebanyak 125 orang (45,5%) dan kelas terbanyak yang menjadi responden adalah kelas 8 sebanyak 62 orang (22,6%). Responden dengan risiko gangguan makan sebanyak 156 orang (56,7%), sedangkan dengan kualitas tidur buruk sebanyak 240 orang (87,3%)%, dengan perincian 151 orang dengan risiko gangguan makan (96,8%) mempunyai kualitas tidur yang buruk, dan 5 orang (3,2%) mempunyai kualitas tidur yang baik. Hasil uji Chi square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara risiko gangguan makan dengan kualitas tidur (p=0,000). Simpulan: terdapat hubungan bermakna antara risiko gangguan makan terhadap kualitas tidur pada siswa-siswi SMP dan SMA di salah satu sekolah internasional di Jakarta Barat pada tahun 2019, sehingga perlu diberikan edukasi mengenai perilaku dan pola makan yang sehat kepada para remaja agar memiliki kualitas hidup yang lebih baik.