Abstract
Pada pemilu 2014 silam, sejumlah calon anggota dewan (caleg) mengadu nasib dalam proses politik di tingkat kecamatan di Kota Metro melalui jalur partai politik. Sesuai dengan aturan pemilu yang ada bahwa semua anggota diberikan waktu dan kesempatan untuk bersosialisasi dengan calon pemilih sesuai dengan cara dan pendekatan masing- masing selama tidak melanggar aturan pemilu yang ada. Berbagai bentuk komunikasi politik dan pendekatan dilakukan oleh semua kandidat untuk meraih suara. Diantara strategi yang digunakan oleh para kandidat diantaranya adalah dengan melakukan pendekatan politik identitas, kesukuan, etnis, keagamaan dan pendewasaan politik serta pendekatan pragmatis terutama dengan pemberian, janji, hadiah dan yang lainnya. Hasil olah data didapati bahwa mayoritas pemilih terlibat dengan politik pragmatis alias money politic dan kebanyakan dari mereka terpilih menjadi anggota dewan pada. Dan jika ditelisik sebab utama dari maraknya praktek money politik pada pemilu legislatif di kota Metro disebabkan oleh kecilnya jumlah DPT dan batas minimal suara untuk mendapatkan kursi pada setiap DAPIL sehingga seorang politikus bisa mengkalkulasikannya secara pragmatis.