Abstract
Many attacks on Realist Paintings, with emergence of photographic techniques, and the emergence of non-objective art that has a Cold War background between America and Russia. Many artists and critics feel that Realism is no longer sufficient to represent a new spirit after World War II. Disillusionment with war and rationality also made Adorno reject the beautiful and pleasing art of Realism style. Artists who emerged victorious in the 1950s who rejected past creeds of art, such as 'art for the people' or 'art for social reform', instead they opted for personal expression and social alienation. Such trends occur in the world of philosophy, that the theory of correspondence truth based on conformity to reality, has been abandoned. The philosophers replaced it with the Philosophy of Language. But in every period, art style realism always reappears in new forms, such as Pop Art, Photo Realism, Superrealism and Hyperrealism. This article wants to illustrate how realism is rejected and in what way realism always reappears along with its causes and also in the final section will review development of Hyperrealism in Indonesia. Demikian banyak serangan terhadap Lukisan Realis, yaitu dengan munculnya teknik fotografi, dan kemunculan seni rupa non-objektif yang berlatar belakang Perang Dingin antara Amerika dan Rusia. Banyak seniman dan kritikus merasakan Realisme sudah tidak memadai lagi mewakili semangat baru setelah Perang Dunia II. Kekecewaan pada Perang dan juga Rasionalitas, membuat Adorno menolak seni yang indah-indah dan menyenangkan dari gaya Realisme. Seniman yang berjaya pada tahun 1950-an adalah seniman yang menolak kredo seni yang sudah lampau, seperti 'seni untuk rakyat' atau ‘seni untuk reformasi sosial’, sebagai gantinya mereka memilih pada ekspresi pribadi dan keterasingan sosial. Tren seperti itu terjadi dalam dunia filsafat, bahwa teori kebenaran korespondensi yang didasarkan kesesuaian atas realitas, sudah ditinggalkan. Para filsuf itu menggantikannya dengan Filsafat Bahasa. Namun dalam setiap periode, seni bergaya realisme selalu muncul kembali dalam bentuk-bentuknya yang baru, seperti Pop Art, Realisme Foto, Super realisme dan Hyperrealism. Artikel ini ingin menggambarkan bagaimana realisme ditolak dan dengan jalan apa realisme selalu muncul kembali beserta penyebabnya dan juga pada bagian akhir akan mengulas perkembangan Hyperrealism di Indonesia.