Abstract
Bahata (refuse bala) is one of the local wisdoms that is still trusted and implemented by the people of Lipu Village, this event or ritual is believed to be a healing and prevention for the community from disease outbreaks that are occurring and can result in an infinite number of deaths. The research is located in Lipu Village, Kadatua District, South Buton Regency, Southeast Sulawesi Province. By using a qualitative method with a descriptive approach, this article aims to reveal the correlation between language events or rituals and the prevention of Covid-19 established by the government. The data obtained using technical interviews and literature studies that have a close relationship with local wisdom in the community. The results of this study indicate that the local wisdom of Bahata implemented in Lipu Village is one of the supports for the steps taken by the government in efforts to prevent Covid-19, because for the people of Lipu Village, the methods recommended by the government have not been effective in preventing the community from the Covid-19 disease outbreak. so it is necessary to do other ways, namely language events or rituals that can participate in helping to break the chain and prevent the Covid-19 disease outbreak in Lipu Village, the people of Lipu Village tend to be more afraid of violating taboos in language events or rituals than violating appeals or recommendations. which was conveyed by the government in breaking the chain of Covid-19, this was due to the strong trust of the people of Lipu Village in bahata events or rituals. Bahata (tolak bala) adalah salah satu kearifan lokal yang masih dipercaya dan dilaksanakan oleh masyarakat Desa Lipu, acara atau ritual bahata ini diyakini dapat menjadi penyembuh dan pencegah masyarakat dari wabah penyakit yang sedang terjadi serta dapat mengakibatkan kematian dalam jumlah yang tidak terhingga. Penelitian berlokasi di Desa Lipu, Kecamatan Kadatua, Kabupaten Buton Selatan, Propinsi Sulawesi Tenggara. Dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif, artikel ini bertujuan untuk mengngkap korelasi antara acara atu ritual bahata dengan pencegahan Covid-19 yang ditetapkan oleh pemerintah. Data yang diperoleh menggunakan teknis wawancara, dan studi kepustakaan yang memiliki hubungan erat dengan kearifan lokal di masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kearifan lokal Bahata yang dilaksanakan di Desa Lipu sebagai salah satu penunjang atas langkah yang diambil pemerintah dalam upaya pencegahan Covid-19, karena bagi masyarakat Desa Lipu cara yang dianjurkan pemerintah belum efektif untuk menghindarkan masyarakat dari wabah penyakit Covid-19, sehingga perlu dilakukan cara lain yaitu acara atau ritual bahata yang dapat ikut serta membantu memutus mata rantai dan mencegah wabah penyakit Covid-19 di Desa Lipu, masyarakat Desa Lipu cenderung lebih takut melanggar pantangan yang ada di dalam acara atau ritual bahata dibanding melanggar himbauan atau anjuran yang disampaikan pemerintah dalam memutus amata rantai Covid-19, hal ini disebabkan oleh kuatnya kepercayaan masyarakat Desa Lipu terhadap acara atau ritual bahata.