Abstract
Physalis angulata is a garden plant that has been widely used as a medicinal plant by the community. This plant contains secondary metabolites that can be used as medicine and nutrition enhancement. This study aims to identify the secondary metabolite compounds and their toxicity to the post-larva (PL) survival rate in tiger prawns. This study was conducted in several stages (1). P. angulata extraction using ethanol, (2) P. angulata GCMS test, (3) The identification of the secondary metabolites from P. angulata (4) LC50 test (Lethal Concentration 50) and (5) Data analysis. Based on the results of GCMS analysis, it was indicated that P. angulata contained the secondary metabolite compounds, including phenols, steroids, fatty acids, terpenoids, benzenes, and alkaloids. It is concluded that the compounds contained are presumed to be beneficial for prawn farming development in terms of disease prevention, growth acceleration, and egg quality improvement. Meanwhile, the toxicity test results by using tiger prawn larvae for 48 hours revealed that the safe concentration level used for prawn development by utilizing the cutleaf groundcherry extract was at 13.1 mg/l. Abstrak Physalis angulata merupakan tumbuhan pekarangan yang telah banyak dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat oleh masyarakat. Tumbuhan ini diduga memiliki metabolit sekunder yang dapat dimanfaatkan sebagai obat dan peningkatan nutrisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi senyawa metabolik sekunder dan toksisitasnya terhadap sintasan post larva (PL) udang windu. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan (1). Ekstraksi P. angulata dengan menggunakan etanol, (2) Uji GCMS P. angulata, (3) Identifikasi metabolit sekunder dari P. angulata (4) Uji LC50 (Lethal Concentration 50) dan (5) Analisis data. Berdasarkan hasil analisis GCMS menunjukkan bahwa P. angulata mengandung metabolit sekunder golongan senyawa antara lain fenol, steroid, asam lemak, terpenoid, benzene dan alkaloid. Senyawa- senyawa yang terkandung tersebut diduga dapat dijadikan sebagai pengembangan budidaya udang pada penanggulangan penyakit, percepatan pertumbuhan dan peningkatan kualitas telur. Sedangkan hasil uji toksisitas dengan menggunakan larva udang windu selama 48 jam menunjukkan bahwa konsentrasi aman yang dapat digunakan untuk pengembangan udang dengan memanfaatkan ekstrak ciplukan dengan konsentrasi 13,1 mg/l.