Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk membantah pernyataan kaum materialisme yang cenderung menolak keberadaan jiwa sebagai dimensi yang penting bagi manusia khususnya yang berkaitan dengan pendidikan. Adapun latar belakang masalahnya adalah aliran materialism menyatakan bahwa realitas fisiklah yang hakiki dan kelompok ini juga menolak adanya realitas immateri. Dalam kaitannya dengan pendidikan fisiklah yang berperan secara total dalam proses abstraksi. Dengan pendidikan dimaksudkan dapat menjadikan manusia semakin baik dan mampu meningkatkan ekonomi yang lebih baik pula. Disamping itu, Pendidikan kaum borjuis disebut sebagai proses produksi, yakni memproduksi pengetahuan, manusia yang bisa mereka gunakan dalam kehidupan kapitalisme. Tujuan pendidikan semacam ini akan mereduksi makna pendidikan sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki manusia. Potensi ruhaniah manusia akan terlupakan dan tidak penting untuk dikembang dengan maksimal. Oleh karenanya penulis menyanggah argumen diatas menggunakan pemikiran Ikhwan AL-Shafa yang menyatakan bahwa pendidikan pada dasarnya adalah proses aktualisasi potensi-potensi jiwa yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta. Jika keberhasilan pendidikan materialisme diukur dengan berhasilnya seseorang dalam peningkatan kualitas sosial dan meningkatkan kualitas hidupnya sedangkan keberhasilan pendidikan menurut Ikhwan Al-Shafa adalah apabila manusia mampu mencerminkan akhlak yang mulia dan semakin dekat dengan tuhannya. Metode yang penulis gunakan dalam penelitan ini adalah metode deskriptif dan analaisis dengan mengacu pada sumber-sumber primer Rasail Ikhwan Al-Shafa dan sekunder yang terkait dengan penelitian ini. Kesimpulan penelitaian ini adalah pendidikan tidak bisa dilepaskan dengan aspek immateri berupa jiwa yang mana segala potensi yang terdapat pada manusia bersumber pada potensi jiwa, selain itu jiwa juga menjadi penggerak raga dalam melaksanakan setiap aktifitasnya. Dengan demikian, jiwalah yang menjadi dasar dalam pendidikan manusia bukan berbasis pada materi.