Abstract
Berbagai pendekatan teoritis kemiskinan seringkali memandang kemiskinan sebagai kondisi dengan berbagai indikator “ketiadaan” seperti tidak memiliki pendapatan dengan jumlah tertentu, tidak memiliki rumah dengan kriteria tertentu, tidak memiliki akses terhadap pendidikan dan kesehatan dan sebagainya. Dalam realitas, orang miskin seringkali berjuang melawan kemiskinan dengan mengoptimalkan segala yang mereka miliki dan selama ini hal tersebutlah yang membuat mereka bertahan dari serangan kemiskinan tersebut. Dalam paradigm keberfungsian sosial, orang miskin memiliki berbagai sumberdaya (assets) baik aset finansial, aset sosial, aset fisik serta aset keluarga. Dengan berbagai kepemilikan aset tersebut, mereka mencari berbagai strategi coping supaya kehidupan mereka berkelanjutan. Berbagai paradigma dalam memandang kemiskinan tersebut akan menjadi dasar dalam berbagai program pengentasan kemiskinan. Tulisan ini bermaksud membandingkan berbagai paradigma dalam memandang kemiskinan tersebut yaitu paradigma neoliberal, paradigma demokrasi sosial serta paradigm keberfungsian sosial.