Abstract
Studi ini mengulas fenomena kebencian dari wacana ke struktur sosial dengan fokus pada wacana bela Islam 2016-2017. Kekuatan wacana bela Islam 2016-2017 tidak saja mendorong Basuki Tjahaja Purnama/Ahok ke penjara, tetapi juga mengeskalasikan kebencian melalui berbagai kekerasan yang meluas menggunakan simbol-simbol Islam. Agensi di sekitar wacana bela Islam memiliki peran penting, karena melibatkan figur/pemimpin yang menduduki kelas sosial elit dalam struktur keagamaan dan politik. Agensi wacana bela Islam meciptakan ketegangan, bersifat devaluatif, dan dimediasi oleh kebencian antar-kelompok. Untuk menghasilkan kajian yang mendalam, studi ini menggunakan metode kualitatif melalui critical discourse analysis (CDA) dengan berpijak pada perspektif teori dialektika agen dan struktur. Fenomena kebencian ditunjukkan dengan jelas melalui teks dan interaksi sosial di balik wacana bela Islam. Teks yang tersebar di media sosial mengandung kekerasan simbolik terhadap kelompok yang berbeda ideologi agama dan politik. Sementara dalam interaksi sosial, ditunjukkan oleh berbagai kekerasan langsung melalui aksi persekusi terhadap orang/kelompok yang dianggap menghina ulama/pimpinan mereka di sosial media. Fakta ini menunjukkan kebencian pada level yang akut membuncah menjadi kekerasan yang massif dan mewariskan mindset kebencial kolektif satu sama lain.