Tantangan Pastoral Care bagi Transgender

Abstract
The existence of transgender people in the community cannot be denied. Some of them also have achievements both nationally and internationally. Some transgender individuals have strong self-esteem that persist in the midst of a society where the majority ignore and even reject them. Others experience feelings of grief and even despair until suicide due to severe rejection especially from the family. The church as a family home that must love and protect each member of the congregation must not be favoritism. The church needs to reach out to transgender people through pastoral care. Counseling services also need to be opened for them so that mental recovery can occur. Keberadaan orang transgender dalam komunitas tidak dapat disangkal. Beberapa dari mereka juga memiliki prestasi baik secara nasional maupun internasional. Beberapa individu transgender memiliki harga diri yang kuat yang bertahan di tengah-tengah masyarakat di mana mayoritas mengabaikan dan bahkan menolak mereka. Yang lain mengalami perasaan sedih dan bahkan putus asa sampai bunuh diri karena penolakan yang parah terutama dari keluarga. Gereja sebagai rumah keluarga yang harus mencintai dan melindungi setiap anggota jemaat tidak boleh pilih kasih. Gereja perlu menjangkau orang-orang transgender melalui perawatan pastoral. Layanan konseling juga perlu dibuka untuk mereka sehingga pemulihan mental dapat terjadi.