Kemuliaan Jabatan Seorang Imam Menurut John Chrysostom

Abstract
Di abad ke-21 yang serba cepat, Gereja umumnya dilihat dari perspektif perusahaan. Model bisnis dengan fungsi sebagai manajer tampaknya lebih unggul daripada model alkitabiah dengan fungsi sakramental. Banyak gereja yang pindah jauh dari terminologi keimamatan, dan telah mengusulkan prinsip-prinsip lain yang tidak alkitabiah dalam menyeleksi calon imam. Gereja dalam merekrut calon imam harus mengutamakan fungsi sakramental yang juga diimbangi dengan fungsi manajemen. Penulis mensintesa ide dari buku Six Books on the Priesthood sebagai buku yang menjadi landasan teori dalam membahas kemuliaan jabatan seorang imam dalam menjalankan pelayanan pastoral bagi kaum awam. Tujuannya adalah memberikan alternatif kepada Gereja dalam merekrut calon iman. Hasilnya adalah Chrysostom menekankan kemuliaan jabatan keimamatan dan membutuhkan kualifikasi khusus, penumpangan tangan dan nafas suci, yang tidak diberikan oleh semua orang. Pertama, seorang imam memengang fungsi sakramental. Kedua, seorang imam adalah pelayanan seperti malaikat. Ketiga, seorang imam harus berkarakter seperti Kristus. Keempat, seorang imam atau gembala adalah pelayanan yang sangat sulit. Jabatan seorang imam adalah mulia sebab berhubungan dengan altar, tempat suci pengorbanan dan wewenang untuk mengikat dan melepaskan seperti teladan dari Sang Gembala Agung Yesus Kristus.