TINDAK TUTUR PENGGUNAAN BAHASA HIPNOTIS: KAJIAN PRAGMATIK

Abstract
Bahasa tidak hanya digunakan oleh para linguis saja, tetapi dari disiplin ilmu yang berbedapun bahasa kerap digunakan untuk mengkomunikasikan berbagai hal; seperti halnya politisi, psikiater, dan lain-lain. Salah satu yang sedang marak diperbincangkan adalah penggunaan bahasa hipnotis, dalam hal ini bahasa sebagai medium utama yang memiliki pengaruh dengan anggapan bahwa ujaran mempunyai daya sugesti terhadap orang lain yang menjadi objek hipnotis. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan bahasa hipnotis dilihat dari sisi pragmatik dengan menggunakan maksim kerjasama Grice yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif dan teknik simak catat. Subjek yang diteliti yaitu percakapan antara orang yang menghipnotis “hypnostist” dengan sasaran hipnotis, adapun data yang diperoleh yaitu berupa ujaran dalam bentuk tulisan. Teknik Analisis data dilakukan dengan menggunakan prinsip kerjasama yang terdiri dari maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim relevansi dan maksim pelaksanaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tuturan hipnotis lebih sering menggunakan maksim kuantitas ketimbang maksim lainnya. Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta tuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya, hal ini berkaitan dengan hipnotis yang digunakan adalah dibawah sadar subjek sehingga ada kalimat imperative yaitu perintah, kemudian ada pola jika-maka. Subjek hipnotis: akan menuturkan kalimat yang dikiranya ada suatu kelogisan dalam kalimat. Pada dasarnya penggunaan bahasa hipnotis melaksanakan prinsip kerjasama Grice antara hypnostist dan subjek hipnotis. Katakunci: Pragmatik, hipnotis, maksim kerja sama grice