Abstract
Istilah radikalisme sudah menjadi istilah yang familer dilekatkan pada suatu kelompok dalam Islam. Indikator-indikator untuk menyebut kelompok dalam Islam radikalisme di antaranya adalah terorisme, anarkis, pemberontak dan ekstrim. Salah satu penyebab terjebaknya oknum kepada prilaku radikalisme yaitu pemahaman agama yang parsial dan cenderung kepada sifat fanatisme. Sifat inilah yang kemudian mengakibatkan rasa superioritas atas pemeluk agama lain. Gagal faham tentang konsep jihad dalam agama menjadikan seseorang mengambil jalan pintas yaitu dengan menebar teror kepada orang-orang yang justru tidak bersalah. konsekuensi logis dari interpretasi ini adalah penyandingan terorisme sebagai buah dari radikalisme. Hipotesa ini adalah sesuatu yang wajar, mengingat berbagai aktivitas teror di berbagai belahan dunia senantiasa mengatasnamakan jihad yang dilakukan umat Islam sebagai bentuk ketaatan kepada Tuhan. Hal ini menimbulkan berbagai gejolak yang tanpa disadari tidak hanya berimplikasi pada menurunnya stabilitas nasional, tapi bahkan menyulut respon negatif dari berbagai belahan dunia. Oleh karena itu diperlukan adanya pemahaman inklusif terhadap agama sehingga pemeluk agama menyadari bahwa pluralitas adalah sebuah keniscayaan. Melihat permasalahan tersebut, perlu ada penguatan dan penegasan kembali tentang originalitas ajaran Islam yang mengandung nilai-nilai humanis-pluralistik dan toleran. Maka, peran yang sangat strategis dalam hal ini adalah materi pendidikan agama Islam harus mampu merekonstruksi materi-materi yang yang relevan untuk menangkal tuduhan tersebut. Pada titik inilah fokus kajian dalam artikel ini yaitu berusaha menakar kembali materi-materi pendidikan agama Islam yang cenderung bernilai humanis-pluralis dan toleran untuk menangkal tuduhan radikalisme pada agama Islam.