Abstract
Abstrak Penelitian bertujuan untuk menjelaskan fenomena hasil penilaian belajar Sosiologi jenjang sekolah menengah atas (SMA) di masa pandemi COVID-19. Evaluasi hasil belajar penting dilakukan karena di masa pandemi COVID-19, peserta didik di Jawa Timur justru dihadapkan dengan berbagai tes dalam menentukan kelulusan. Kebijakan tersebut sebenarnya bertentangan dengan keleluasaan yang disarankan oleh pemerintah, yaitu dengan menerapkan model nontes, seperi portofolio ataupun proyek. Jenis penelitian yang dilakukan adalah kualitatif deskriptif. Informan penelitian adalah guru-guru Sosiologi jenjang SMA yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sosiologi Kota Malang yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan data penelitian dianalisis menggunakan teknik analisis alir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru dan peserta didik mengalami tekanan dan hasil tes yang diperoleh oleh peserta didik tidak memuaskan. Fenomena tersebut menjadi ironi dalam dunia pendidikan karena sebenarnya guru dan sekolah tahu bahwa pembelajaran di masa pandemi COVID-19 tidak mungkin optimal seperti pembelajaran tatap muka. Abstract  The research aimed to explain the phenomenon of sociological learning assessment results of high school students during a COVID-19 pandemic. Evaluation of learning is important to do because in the midst of the existing situation, students in East Java are actually faced with various tests in determining graduation. This policy actually contradicts the flexibility that has been suggested by the government, namely by applying the non-test model. The type of research used descriptive qualitative. Research informants were high school Sociology teachers who are members of the Malang City Sociology MGMP who were selected through purposive sampling technique. Meanwhile, the research data were analyzed using flow analysis techniques. The results showed that teachers and students experience pressure and the test results are certainly not satisfactory. This phenomenon is an irony in the world of education because actually teachers and schools know that learning during a COVID-19 pandemic may not be optimal like face-to-face learning.