Optimasi operasi irigasi pada kondisi darurat pasca bencana gempa di Daerah Irigasi Gumbasa, Sigi, Sulawesi Tengah

Abstract
KKejadian bencana gempa di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah telah merusak Daerah Irigasi Gumbasa. Rehabilitasi jaringan irigasi akan dilaksanakan secara bertahap dimulai pada tahap I dari bendung hingga ke ruas saluran di BGKn 8 (Sibalaya) yang terdampak likuifaksi. Operasi irigasi perlu dilakukan secara bertahap pada jaringan irigasi yang telah selesai direhabilitasi dan siap diairi sehingga masyarakat sekitar dapat segera bercocok tanam dan tidak kehilangan mata pencaharian. Namun demikian, luas layanan dan debit yang diperlukan jauh lebih rendah dibandingkan desain sehingga akan mengakibatkan beberapa kendala distribusi air. Penelitian ini untuk merumuskan pola operasi irigasi DI Gumbasa pada kondisi darurat dimana debit yang dialirkan jauh lebih kecil dibandingkan debit rencana. Penelitian dilakukan dalam bentuk pengumpulan data dan perumusan skenario operasi irigasi melalui analisis hidraulik. Skenario yang disimulasikan adalah operasi tanpa optimasi, optimasi dengan menggunakan pintu sorong eksisting, dan optimasi menggunakan skotbalok. Berdasarkan hasil permodelan, operasi irigasi tanpa optimasi tidak dapat di lakukan karena elevasi air tidak dapat naik dan mengalir ke saluran sekunder dikarenakan besarnya dimensi saluran primer. Optimasi penggunakan pintu sorong hanya dapat meninggikan elevasi air sebesar ±1 m dari dasar saluran. Selain itu jika optimasi dilakukan dengan penutupan pintu sorong secara total dapat mengakibatkan air melimpas keluar di beberapa lokasi. Pada skenario terakhir pemanfaatan skot balok untuk optimasi merupakan solusi yang terbaik. Skot balok dapat meninggikan air pada ketinggian yang dibutuhkan. Skot balok adalah bangunan yang cukup baik untuk pengatur muka air sementara dimana ketinggian muka air dapat diatur walaupun debit yang mengalir relatif kecil.