Quantitative Analysis of Medication Management and Use in Bima Regional Public Hospital

Abstract
Banyaknya jumlah obat-obatan di rumah sakit seringkali meningkatkan risiko ketidaktepatan dalam manajemen persediaan farmasi, oleh karena itu, perlu dilakukan studi pengelolaan dan penggunaannya. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji efektivitas pengelolaan dan penggunaan obat di Bima, Nusa Tenggara Barat. Adapun metode penelitian ini bersifat observasional retrospektif. Analisa data dilakukan secara deskriptif. Evaluasi pengelolaan dilakukan pada tahap perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian, sedangkan evaluasi penggunaan dilakukan dengan menghitung DDD/100 patient-days untuk antibiotika yang paling banyak digunakan. Hasil penelitian pada evaluasi perencanaan, diperoleh tiga jenis obat pada matrik AV yaitu Ringer Lactat, Fentanil dan Tetagam; satu jenis obat vital pada Matrik BV, yaitu anti bisa ular; dan sembilan jenis obat pada matrik CV yaitu Aminophylline inj 24mg, Serum anti tetanus 1.500IU, Fenobarbital inj, Levosol inj, Magnesium sulfat inj 20%, Norepinefrin inj, Otsu D40, Otsu MgSO4 40, Pethidine 50mg/ml. Kesesuaian dana pengadaan obat 107,3% dan rerata ketepatan pengadaan 275%; terdapat 2 jenis obat rusak pada penyimpanan (0,476 %). Analisa DDD/100 patient-days untuk 12 injeksi antibiotika diperoleh total 45,44 DDD/100 patient-days. Kesimpulan: Hasil temuan pada penelitian ini memberikan gambaran informasi awal yang dapat digunakan untuk menyempurnakan praktek pengelolaan obat yang lebih efektif dan efisien di rumah sakit-rumah sakit khususnya di RSUD Bima di masa mendatang.The large number of medications circulating in hospitals may increase the risks of mismanagement of pharmaceutical inventory; hence studies on the management and use of medication are needed. This present study aims to analyse medication management and use in Bima Regional Public Hospital. This is a retrospective observational study, using descriptive data analysis. The analysis of medication management was conducted for the planning, procurement, storage and distribution stages; while the evaluation of medication use was done on antibiotic injections commonly prescribed using DDD/100 patient-days. The results showed that in the planning stage, three medications were in the AV category (i.e. Lactated Ringer’s Infusion, Fentanyl and Tetagam Inj.); one vital medication was in the BV category (i.e. anti-snake venom serum); and nine medications were in the CV category (i.e. Aminophylline Inj. 24mg, Anti-Tetanus Serum 1500 IU, Phenobarbital Inj., Levosol Inj., Magnesium Sulphate Inj. 20%, Norepinephrine Inj., OTSU D40 Infusion, OTSU MgSO4-40 Inj., Pethidine Inj. 50 mg/ml). The conformity of procurement funding was 107.3%, while the accuracy of procurement process (medication purchased/prescribed) was 275%; and there were two damaged products during storage (0.476 %). The evaluation of medication use for 12 antibiotic injections found a total 45.44 DDD/100 patient-days. The findings in this study provides a baseline data in optimising future practices of medication management and use in hospitals, especially in Bima Regional Public Hospital.