Sciscitatio

Journal Information
EISSN: 27215180
Total articles ≅ 47

Latest articles in this journal

Valentinus Gregory, Haryati Bawole Sutanto, Guruh Prihatmo
Published: 31 January 2023
Journal: Sciscitatio
Sciscitatio, Volume 4, pp 50-56; https://doi.org/10.21460/sciscitatio.2023.41.115

Abstract:
Tahu merupakan produk pangan berbahan dasar kedelai yang diolah melalui proses pengendapan atau penggumpalan. Sebagian besar industri tahu belum memiliki sarana dalam pengolahan air limbah sehingga limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi biasanya langsung dialirkan ke badan air seperti parit dan sungai. Limbah cair yang dihasilkan industri tahu mengandung padatan tersuspensi yang akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan biologi. Perubahan ini berpotensi menghasilkan zat beracun yang dapat mencemari lingkungan. Salah satu solusi pengolahan yang dapat diterapkan untuk mengolah limbah cair industri tahu adalah penggunaan metode biofilter yang dikombinasikan dengan sistem constructed wetland yang menggunakan tanaman tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efektivitas kombinasi sistem biofilter dan constructed wetland yang menggunakan Kana Air (Thalia geniculata) dalam pengolahan limbah cair industri tahu. Penelitian dilakukan dengan metode ekperimental skala laboratorium. Biofilter yang digunakan dalam penelitian ini meliputi batu dan kerikil, sedangkan tanaman yang digunakan dalam constructed wetland adalah Kana Air (Thalia geniculata). Efektivitas kombinasi sistem biofilter dan constructed wetland untuk mengolah limbah cair tahu dilihat dari nilai BOD, COD, TSS, TDS, nitrat, dan fosfat sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan pengolahan limbah cair Tahu dengan kombinasi reaktor menghasilkan efisiensi penyisihan nilai BOD 41,31%, COD 46,95%, TSS 84,83%, TDS 10,85%, nitrat 86,13% dan fosfat 6,93%
Petra Tefa, Mellissa Erlyn Sedo Ledo, Merpiseldin Nitsae
Published: 31 January 2023
Journal: Sciscitatio
Sciscitatio, Volume 4, pp 32-38; https://doi.org/10.21460/sciscitatio.2023.41.112

Abstract:
Buah Dilak (Limonia acidissima) digemari oleh masyarakat Nusa Tenggara Timur karena rasanya yang manis dan aromanya yang harum. Kulit buah Dilak juga dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai wadah untuk mengambil air. Karakteristik buah Dilak yang manis dengan aroma yang harum berpotensi digunakan sebagai bahan dasar fermentasi minuman beralkohol seperti wine. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variasi konsentrasi inokulum Sacharomyces cerevisiae terhadap kualitas wine buah Dilak (L. acidissima). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental untuk mengukur konsentrasi alkohol menggunakan vinometer, pengukuran pH, dan uji organoleptik wine hasil fermentasi buah Dilak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi S. cerevisiae yang digunakan dalam fermentasi maka semakin tinggi kadar alkohol yang terbentuk pada wine buah Dilak. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa alkohol yang terdapat pada wine buah Dilak berkisar antara 13,3%-23,3 % dengan nilai pH berkisar antara 3 - 4. Hasil uji organoleptik panelis terhadap wine buah Dilak berdasarkan parameter warna, rasa, dan aroma menunjukkan persentase kesukaan tertinggi pada wine yang dihasilkan dari perlakuan P2 dengan konsentrasi S.cerevisiae 2%
Emirensiana Sanbein, Remigius Binsasi, Maria Matilde Klau, Willem Amu Blegur
Published: 31 January 2023
Journal: Sciscitatio
Sciscitatio, Volume 4, pp 23-31; https://doi.org/10.21460/sciscitatio.2023.41.111

Abstract:
Hutan mangrove memiliki fungsi ekologi sebagai pendukung habitat biota dan fungsi ekonomi sebagai pendukung kesejahteraan masyarakat. Distribusi dan kemelimpahan hutan mangrove Etuwain di Desa Lakekun, Kecamatan Kobalima, Kabupaten Malaka mempengaruhi aktivitas tambak yang diusahakan oleh masyarakat setempat di lokasi hutan mangrove tersebut. Kekurangpahaman masyarakat setempat dalam konversi mangrove menjadi tambak dengan cara yang ramah lingkungan berpotensi mengganggu kelestarian mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fungsi penting hutan mangrove Etuwain yang akan mendukung pengelolaan tambak ikan Etuwain dan menganalisis dampak kegiatan penghijauan yang dilakukan di lokasi. Metode survei-observasi diterapkan untuk menemukan dan menentuan titik lokasi tanpa mangrove akibat penebangan, dan metode partisipasi diterapkan dengan mengajak masyarakat untuk menanam anakan mangrove (propagule) khususnya di titik yang tidak memiliki pohon mangrove. Analisis SWOT diterapkan dalam penyusunan strategi pengembangan hutan mangrove Etuwain secara berkelanjutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hutan mangrove Etuwain mendukung fungsi sebagai habitat bagi dekapoda dan ikan. Akan tetapi, ada beberapa titik di lokasi hutan mangrove yang memerlukan penghijauan dengan wajib mempertimbangkan jenis mangrove yang ditanam dan fisiografi lokasi tambak ikan Etuwain. Upaya penghijauan mangrove, khususnya jenis Rhizophora stylosa, dilakukan dengan teknik penanaman yang menggabungkan sistem alat pemecah ombak (APO) dan hybrid engineering. Keterlibatan masyarakat lokal dan berbagai pihak diperlukan dalam menjaga kelestarian mangrove Etuwain. Pertambahan jenis dan jumlah mangrove serta perluasan hutan mangrove Etuwain akan memberikan manfaat ekonomis bagi masyarakat setempat secara berkelanjutan.
Anjelina Miyenfa, Djoko Rahardjo, Krismono
Published: 31 January 2023
Journal: Sciscitatio
Sciscitatio, Volume 4, pp 39-49; https://doi.org/10.21460/sciscitatio.2023.41.114

Abstract:
Kegiatan industri penyamakan kulit sekitar daerah aliran Sungai Opak berpotensi meningkatkan pencemaran Sungai Opak akibat belum efektifnya pengolahan limbah cair yang berakhir pada pembuangan ke badan air. Logam kromium dalam bentuk kromium heksavalen yang terdapat dalam limbah cair industri penyamakan kulit dapat terakumulasi dalam tanaman padi yang ditanam di area persawahan yang memanfaatkan air Sungai Opak sebagai sumber irigasi, termasuk persawahan di Kecamatan Pleret. Kromium heksavalen yang terakumulasi dalam beras dapat menyebabkan gangguan kesehatan orang yang mengkonsumsi beras tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kadar kromium heksavalen yang terdapat dalam beras yang dihasilkan dari area persawahan di Kecamatan Pleret, dan mempelajari risiko kesehatan yang diakibatkan pola konsumsi beras yang tercemar kromium heksavalen. Penelitian menggunakan 60 sampel beras yang dihasilkan dari persawahan di Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul yang mendapatkan aliran irigasi dari Sungai Opak. Analisis kandungan kromium heksavalen dalam sampel dilakukan dengan metode spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi kromium heksavalen dalam beras berada pada kisaran 0,072-0,667 mg/kg dengan rerata konsentrasi 0,251 mg/kg. Laju asupan kromium di Kecamatan Pleret masih berada di bawah ambang batas berdasarkan standar US EPA. Tingkat risiko kesehatan non karsinogenik masih terbilang aman dengan nilai RQ < 1. Nilai Excess Cancer Risk (ECR) dalam penelitian ini menunjukkan pajanan kromium heksavalen berpotensi menjadi kasus kanker.
Vibe Yunita Sasebohe, Vinsa Cantya Prakasita, Dwi Aditiyarini
Published: 31 January 2023
Journal: Sciscitatio
Abstract:
Jerawat merupakan salah satu masalah pada kulit yang disebabkan oleh peningkatan produksi sebum, pengelupasan keratinosit, inflamasi serta pertumbuhan bakteri. Masalah ini sering dialami oleh banyak orang dan berdampak pada penurunan kepercayaan diri, menimbulkan rasa tidak nyaman, serta berkurangnya interaksi sosial. Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes merupakan bakteri yang sering menginfeksi jerawat. Pengobatan dengan antibiotik yang tidak tepat dapat menimbulkan resistensi bakteri penyebab jerawat. Tanaman binahong dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pengobatan tradisional. Kandungan senyawa fitokimia yang ada pada daun binahong diduga memiliki aktivitas antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak daun binahong terhadap Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes penyebab jerawat. Daun binahong diekstrak dengan metode maserasi menggunakan etanol 70% dan dilakukan screening fitokimia. Uji antibakteri dilakukan dengan metode diffuse disc, kemudian dilanjutkan dengan metode micro-dilution untuk mengetahui Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dan metode swab untuk mengetahui Minimum Bactericidal Concentration (MBC) terhadap bakteri target. Ekstrak etanol daun binahong memiliki kandungan flavonoid, alkaloid, saponin, dan tannin yang memiliki daya hambat terbaik pada konsentrasi 80% terhadap Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes dengan masing-masing diameter zona hambat 14,66±0,57 mm (kuat) dan 11,66±0,57 mm (kuat). Nilai MIC terhadapStaphylococcus aureus sebesar 20% dan terhadap Propionibacterium acnes sebesar 5%. Nilai MBC terhadapStaphylococcus aureus sebesar 60% dan terhadap Propionibacterium acnes sebesar 5%
Yohanes Afan Christian, Kisworo, Kukuh Madyaningrana
Published: 31 January 2023
Journal: Sciscitatio
Sciscitatio, Volume 4, pp 15-22; https://doi.org/10.21460/sciscitatio.2023.41.110

Abstract:
Rotifera (Branchionus plicatilis) merupakan zooplankton yang dapat dijadikan sebagai pakan alami larva ikan. Budidaya pakan alami ikan seperti rotifera dapat dilakukan bersamaan dengan budidaya ikan dan memberikan keuntungan dalam pengurangan biaya pakan ikan. Upaya pengembangan budidaya rotifera bisa didukung oleh studi pemberian pakan yang memacu pertumbuhan populasi rotifera. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian pakan berupa Nannochloropsis sp., Saccharomyces cerevisiae, dan tepung ikan terhadap pertumbuhan populasi B. plicatilis, salah satu spesies dari filum rotifera. Brachionus plicatilis dikulturkan dan diberi perlakuan pakan tunggal Nannochloropsis sp., S. cerevisiae, dan tepung ikan dan kombinasinya. Parameter pertumbuhan yang diamati adalah kepadatan populasi B. plicatilis dan laju pertumbuhannya, sedangkan parameter lingkungan yang diamati terdiri dari suhu, kadar amonia, salinitas, dan pH. Data dianalisis dengan one-wayAnova tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan pakan kombinasi memberikan hasil lebih baik dibandingkan pakan tunggal untuk pertumbuhan populasi B. plicatilis. Kombinasi pakan terbaik bagi pertumbuhan B. plicatilis adalah kombinasi pakan 20 ml Nannochloropsis sp. + 0,25 gr ragi Saccharomyces cerevisiae + 0,75 gr tepung ikan yang menghasilkan kepadatan tertinggi pada hari ke -4 sebanyak 126 ind/ml. Analisis statistik menunjukan nilai rerata kepadatan populasi berbeda nyata untuk tiap pemberian pakan (p<0,05). Meningkatnya kepadatan populasi berelasi dengan perubahan nilai pH media pemeliharaan.
Utari Dwi Ayu Permatasari, Ratih Restiani, Aniek Prasetyaningsih
Published: 25 August 2022
Journal: Sciscitatio
Sciscitatio, Volume 3, pp 82-89; https://doi.org/10.21460/sciscitatio.2022.32.103

Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi air kelapa dan Indole- 3-AceticAcid (IAA) terhadap pertumbuhan biji anggrek Dendrobium phalaepnopsis secara in vitro. Bahan tanaman yangdigunakan adalah buah anggrek D.phalaenopsis umur 4 bulan setelah polinasi yang diperoleh dari NurseryTiti Orchid di Pakem, Yogyakarta. Perlakuan terdiri dari variasi konsentrasi air kelapa (0, 5, 10, dan 15) % danIAA (0, 0,5, 1, 1,5) ppm dalam media MS. Setiap perlakuan diulang sebanyak 2 kali. Pengamatan dilakukanselama 6 minggu untuk menentukan fase pertumbuhan biji dan penghitungan persentase pertumbuhanbiji anggrek D.phalaenopsis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biji anggrek dapat tumbuh pada semuamedia perlakuan termasuk kontrol namun pertumbuhan hanya dapat mencapai fase 3 (embrio mengalamipembengkakan, berwarna hijau dan sudah terlepas dari testa). Selain itu, perlakuan yang menunjukkanpertumbuhan biji tertinggi adalah variasi air kelapa 10% dan IAA 1 ppm yaitu sebesar 38,75% dibandingkankontrol (24,21%). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penambahan air kelapa dan IAA padaberbagai konsentrasi berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan biji anggrek D.phalaenopsis.Konsentrasi air kelapa dan IAA yang memberikan respon pertumbuhan biji anggrek tertinggi adalah airkelapa 10% dan IAA 1 ppm yaitu sebesar 38, 75%.
Jecica Claudia Senaen, Aniek Prasetyaningsih, Kukuh Madyaningrana
Published: 22 August 2022
Journal: Sciscitatio
Sciscitatio, Volume 3, pp 100-108; https://doi.org/10.21460/sciscitatio.2022.32.96

Abstract:
Layu Fusarium adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum. Jamur ini menjadi salah satu kendala utama dalam budidaya tanaman hortikultura. Salah satu alternatif pengendali penyakit layu fusarium bersumber dari senyawa bioaktif yang diperoleh dari ekstrak tanaman mentimun yang diketahui mengandung beragam fitokimia dengan potensi sebagai antioksidan, antibakteri dan antijamur. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kandungan metabolit sekunder ekstrak organ daun, batang dan akar tanaman mentimun yang berpotensi sebagai antijamur Fusarium oxysporum. Hasil uji fitokimia secara kualitatif menunjukkan ekstrak organ daun, batang dan akar mentimun mengandung kelompok senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, steroid dan tanin, sedangkan hasil uji GC-MS mendeteksi keberadaan kelompok senyawa asam lemak dari ekstrak organ mentimun. Uji aktivitas antifungi ekstrak mentimun menunjukkan bahwa semua ekstrak organ tanaman mentimun yang meliputi akar, batang dan daun dapat menghambat pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum. Konsentrasi optimal ekstrak mentimun yang dapat menghambat pertumbuhan Fusarium oxysporum adalah 50% dengan rerata diameter hambatan ekstrak akar mentimun 5,05 mm, ekstrak batang mentimun 5,75 mm dan ekstrak daun mentimun 7,70 mm , dan semua nilai penghambatan ini lebih besar daripada diameter zona hambat dari kontrol positif (K+)
Inawati Eddijanto, Ratih Restiani, Dwi Aditiyarini
Published: 22 August 2022
Journal: Sciscitatio
Sciscitatio, Volume 3, pp 90-99; https://doi.org/10.21460/sciscitatio.2022.32.94

Abstract:
Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) sering dimanfaatkan dalam pengobatan herbal karena mengandung flavonoid yang berkhasiat sebagai antivirus, antiinflamasi, kardioprotektif, antidiabetes, antikanker,dan antioksidan. Kultur in vitro adalah teknik yang dapat meningkatkan produksi metabolit sekunder melalui elisitasi. Elisitasi metabolit sekunder dengan menggunakan kitosan dapat digunakan untuk menghasilkan flavonoid dan bekerja langsung pada enzim kunci penghasil flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi kitosan dan durasi elisitasi terhadap biomassa kalus dan akumulasi flavonoid. Inisiasi kalus T. paniculatum dilakukan menggunakan eksplan daun yang diinokulasi dalam media MS dengan penambahan 3 mg/L kinetin dan 2 mgL 2,4-D. Kalus berusia 58 hari (fase early stasioner) dielisitasi dengan variasi konsentrasi kitosan 0, 50, 150, dan 200 ppm dan durasi elisitasi 0, 24, 48, dan 96 jam. Ekstraksi kalus menggunakan metanol 96% dilanjutkan analisis secara kualitatif dan semi kuantitatif menggunakan KLT. Peningkatan konsentrasi dan durasi elisitasi kitosan secara umum menyebabkan penurunan biomassa kalus (0,051-0,066 g/g BK) dibandingkan kontrol (0,067 g/g BK). Selain itu, peningkatan konsentrasi dan durasi elisitasi kitosan berpengaruh terhadap peningkatan akumulasi flavonoid berdasarkan luas noda KLT (0,082 - 0,1178) cm2 dibandingkan kontrol (0,0785 cm2). Konsentrasi dan durasi elisitasi kitosan yang optimal meningkatkan biomassa kalus (0,068 g/g BK) adalah kitosan konsentrasi 150 ppm selama 24 jam (K2W1) sedangkan akumulasi flavonoid optimal (0,1178 cm2) dan intensitas warna noda KLT bernilai 5 (kuning kehijauan gelap) pada perlakuan kitosan 150 ppm selama 48 jam (K2W2).
Willem Amu Blegur, Gergonius Fallo, Ervina Yanti Bria
Published: 22 August 2022
Journal: Sciscitatio
Sciscitatio, Volume 3, pp 53-61; https://doi.org/10.21460/sciscitatio.2022.32.91

Abstract:
Kehidupan manusia sangat bergantung pada sumber daya air yang banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, dan industri. Salah satu sumber penting pemenuhan kebutuhan air bagi manusia adalah mata air. Konsumsi air minum yang bersumber dari mata air wajib mempertimbangkan kualitas air yang meliputi parameter fisika, kimia dan biologis agar penggunaannya bermanfaat bagi kesehatan manusia. Masyarakat desa Fatulotu memanfaatkan mata air Lahurus untuk memenuhi kebutuhan air minum, mandi, cuci, dan rekreasi. Untuk penggunaanya sebagai air minum, mata air Lahurus belum memiliki data kualitas air terkait beberapa parameter kunci baik fisika, kimia, dan biologi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas air di mata air Lahurus berdasarkan parameter suhu, TSS, pH, BOD, COD, dan fecal coliform. Data diambil dengan peralatan standar untuk kegiatan sampling. Titik lokasi sampling berada di bagian atas dan bawah lokasi titik keluar mata air Lahurus. Data diukur secara in situ untuk parameter suhu dan ex situ untuk parameter TSS, pH, BOD, COD, dan fecal coliform yang dilakukan di laboratorium Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Belu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai parameter air pada titik sampling di bagian atas mata air meliputi suhu 21,5oC, TSS 11,6 mg/L, pH 5,6, BOD 0,99 mg/L, COD 1,574 mg/L, dan fecal coliform 92. Nilai parameter air pada titik sampling bagian bawah mata air meliputi suhu 21,5oC, TSS 10 mg/L, pH 5,47, BOD 0,62 mg/L, COD 0,776 mg/L dan fecal coliform 61. Kualitas air pada mata air Lahurus dapat dikategorikan sebagai mata air yang relatif layak dan a
Back to Top Top