Journal Information
ISSN / EISSN: 20859554 / 26212005
Total articles ≅ 254

Latest articles in this journal

Asri Wijayanti, Winasti Rahma Diani
Published: 29 December 2022
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 16, pp 197-210; https://doi.org/10.26499/mab.v16i2.477

Abstract:
Artikel ini bertujuan menjelaskan lanskap linguistik penamaan hotel di Kota dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Hal tersebut dilandasi pada teori penggunaan bahasa di ruang publik. Penamaan hotel di Kota dan Kabupaten Magelang yang termasuk ruang publik, yang seharusnya ditulis menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai amanat undang-undang. Metode pengumpulan data menggunakan simak bebas libat cakap. Selanjutnya, data dianalisis dengan metode padan pragmatik. Hasil penelitian menunjukkan beberapa nama hotel sudah menggunakan pola penulisan menurut Ejaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Akan tetapi, terdapat penamaan hotel yang menggunakan pola bahasa asing. Ada pula seluruh nama hotel menggunakan bahasa asing. Penelitian dapat digunakan sebagai upaya untuk mempertahankan eksistensi bahasa negara di ruang publik.
M. Busairi
Published: 29 December 2022
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 16, pp 227-242; https://doi.org/10.26499/mab.v16i2.526

Abstract:
Stilistika merupakan ilmu bahasa yang mengkaji tentang penggunaan bahasa dan gaya, baik pada tuturan langsung maupun tidak langsung, yang terdapat pada karya sastra. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis penggunaan gaya bahasa sindiran dalam Komik Kita menggunakan kajian stilistika. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data penelitian berupa kata, kalimat, atau kutipan dari postingan komik Instagram Komik Kita yang mengandung gaya bahasa sindiran. Sumber data penelitian diperoleh dari media sosial Instagram Komik Kita. Teknik pengumpulan data yang digunakan, yakni teknik baca catat dengan studi kepustakaan. Teknik analisis data menggunakan tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam Instagram Komik Kita, pengarang banyak menggunakan gaya bahasa ironi daripada gaya bahasa sinisme, sarkasme, dan inuendo. Alasan penggunaan gaya bahasa ironi oleh pengarang karena gaya bahasa ironi cocok untuk menyampaikan gagasan dari ide dengan cara yang lebih sopan dan tidak kasar serta pesan dari Komik Kita lebih elegan ketika mengkritik dan menyindir. Selain itu, Komik Kita memiliki unsur humor karena berbeda dari kenyataan yang ada. Penelitian ini juga bisa menjadi referensi bagi guru bahasa dan sastra dalam pembelajaran menulis karya sastra.
Lalu Yusril Aman, Saharudin, Muh. Khairussibyan
Published: 29 December 2022
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 16, pp 243-260; https://doi.org/10.26499/mab.v16i2.534

Abstract:
Tujuan tulisan ini adalah mendeskripsikan wujud budaya Sasak yang terdapat dalam novel Sanggarguri dan menjelaskan fungsi wujud budaya Sasak tersebut bagi masyarakat setempat. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik baca dan teknik catat, sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dengan tahapan: reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan. Penelitian ini menemukan tiga wujud budaya Sasak dalam novel Sanggarguri, yaitu (1) wujud gagasan berupa sêsênggak, awik-awik atau hukum adat, dan sênggeger; (2) wujud aktivitas (tingkah laku) yang berupa bêsêlam, ziarah makam, sembeq, pêrêbaq jangkih, bêtabêq dan mênyilaq, mulut adat (maulid Nabi Muhammad secara adat), sêntulak, dan roah; dan (3) wujud artefak (karya/material) berupa tabaq, rantok, tas gêgandek, kêmaliq, bêrugaq (sêkênêm), batu têtandan, tetunjang, opak ambon, ancak, takêpan, sedah lanjaran, pakaian adat Sasak (dodot, sapuq, kemben, cipoq, bêbêt dan bêngkung), tambok dan cêraken, minyak jêlêng, seni musik (gêndang bêleq, rebana barungan (burdah), dan tawaq-tawaq), dan seni tari (rudat). Fungsi dari tiga jenis wujud budaya dalam novel Sanggarguri adalah (1) wujud gagasan berfungsi menggambarkan syariat adat sebagai kritikan terhadap masyarakat Sasak yang sering meninggalkan tradisi dan ritual-ritual adat, menciptakan kedamaian antara manusia dengan alam, dan sebagai sarana berdoa kepada Tuhan; (2) wujud aktivitas (tingkah laku) berfungsi untuk memperkenalkan tentang budaya Sasak, menggambarkan identitas masyarakat Sasak, dan melestarikan budaya Sasak yang sudah mulai hilang; dan (3) wujud artefak berfungsi untuk memperkenalkan budaya material masyarakat Sasak, sebagai perangkat atau perlengkapan dalam acara dan ritual-ritual adat, sebagai roh pada acara adat, sebagai tempat berlangsungnya acara adat atau ritual adat, sebagai pakaian khusus dalam acara adat, sebagai obat, dan sebagai pengisi dalam acara bêgawe ‘pesta’.
Safoan Abdul Hamid
Published: 29 December 2022
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 16, pp 375-392; https://doi.org/10.26499/mab.v16i2.601

Abstract:
Translation of literary works is not simply a rendering process from one language to another. It requires the choice of appropriate methods and procedures in order to produce a good-quality translation. The purpose of this study, is to reveal the translation procedures used by the translator in the Indonesian-English translation of the novel Laskar Pelangi, the Rainbow Troops. The procedures refer to the theory of translation suggested by Newmark. This study designed as qualitative study, namely Descriptive Translation Study (DTS). The data are collected using document procedure and then analyzed using thematic analysis. The result of this study shows that there are 327 PN found, and 223 of them have the equivalent translation in TL. There are twelve procedures used by the translator that include addition (3%), couplets (16%), cultural equivalent (2%), expansion (3%), reduction (6%), functional equivalent (4%), recognized translation (9%), through translation (11%), transference (39%), transposition (2%), and modulation (0.4%). Transference procedure dominates the procedures. This finding implies that the translation tends to be oriented to SL (emphasis on SL).
Dara Windiyarti, Pardi Suratno, Derri Ris Riana, Erlinda Rosita
Published: 29 December 2022
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 16, pp 261-278; https://doi.org/10.26499/mab.v16i2.548

Abstract:
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan citra perempuan dalam tiga cerita rakyat pesisir utara Jawa Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan feminisme. Sumber data adalah tiga cerita rakyat dari pesisir utara Jawa Timur yaitu Sri Huning, Panji Laras Panji Liris, dan Nyai Ageng Tumengkang Sari. Data dalam penelitian ini berupa uraian dan dialog yang berkaitan citra tokoh perempuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga cerita rakyat tersebut menggambarkan dua bentuk citra perempuan, yaitu citra diri dan citra sosial. Citra diri perempuan dari aspek fisik dicitrakan sebagai perempuan cantik yang digambarkan melalui tokoh Nyai Ageng Tumengkang Sari. Citra perempuan cantik dan perkasa digambarkan melalui tokoh tokoh Dewi Andawangi, Dewi Andansari, dan Sri Huning. Dari aspek psikis, keempat tokoh itu dicitrakan sebagai perempuan baik. Citra sosial perempuan, dicitrakan sebagai perempuan tegas yang digambarkan melalui tokoh Dewi Andanwangi, Dewi Andansari, dan Nyai Ageng Tumengkang Sari. Citra perempuan pemberani, dicitrakan melalui tokoh Dewi Andanwangi, Dewi Andansari, dan Sri Huning.
Lukmanul Hakim
Published: 29 December 2022
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 16, pp 329-360; https://doi.org/10.26499/mab.v16i2.571

Abstract:
Penelitian ini bertujan untuk mendeskripsikan komponen medan makna aktivitas tangan dalam bahasa Sasak. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitiaan ini ialah metode deskriptif dengan bentuk kualitiatif. Data dalam penelitian ini didapatkan dari 30 sampel penutur asli bahasa Sasak dialek a-e dari dua desa dan kelurahan yang ada di Kabupaten Lombok Tengah. Data dalam penelitian ini berupa data Kamus bahasa Sasak Indonesia dan data lisan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode pustaka, cakap, dan simak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa medan makna aktivitas tangan dalam bahasa Sasak 125 leksem dan dikelompokkan berdasarkan komponen makna yang ada di dalamnya menjadi 25 submedan makna aktivitas tangan dalam bahasa Sasak.
Samsu Somadayo, Bayu Suta Wardianto, Heru Kurniawan, M. Zulfa A. Ghazali
Published: 29 December 2022
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 16, pp 211-226; https://doi.org/10.26499/mab.v16i2.525

Abstract:
Tuturan spontan merupakan bentuk tuturan yang mengandung makna atau fungsi yang ekspresif. Tuturan ini dapat berupa makian yang terucap secara spontan dalam merespon sesuatu. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tindak tutur ilokusi ekspresif yang terdapat dalam tuturan Keanu di video YouTube miliknya pada episode “Q&A: Waktunya Buka-Bukaan!” Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data penelitian berupa kutipan potongan tuturan yang dilontarkan oleh Keanul Agl dalam videonya. Sumber data diperoleh dari transkripsi tuturan dalam video YouTube kanal Keanu Agl episode “Q&A: Waktunya Buka-Bukaan!” Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dengan teknik dasar sadap dan teknik lanjutan berupa teknik catat. Penelitian ini menggunakan metode padan pragmatis dengan teknik dasar pilah unsur penentu (PUP) dan teknik lanjutan berupa analisis kontekstual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindak tutur ilokusi ekspresif dari tuturan Keanu itu ditemukan berupa tuturan mengejek, merendahkan, menyalahkan, menghina, dan meminta maaf.
Amalia Magfira, Fitria Ayuningsih
Published: 29 December 2022
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 16, pp 293-314; https://doi.org/10.26499/mab.v16i2.556

Abstract:
Puisi merupakan bagian dari karya sastra yang mampu mewakili pikiran dan perasaan pengarangnya. Pemaknaan puisi dapat menjelaskan lingkungan sosial dan budaya pengarangnya. Namun, puisi tidak hanya mewakili kehidupan pengarang tetapi juga memberikan nilai estetis yang dapat dinikmati eksistensinya sebagai salah satu pemenuhan kebutuhan manusia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna puisi karya Imam Safwan yang berjudul “Berugaq, 2” yang menjadi salah satu puisi dalam antologi puisi Langit Seperti Cangkang Telur Bebek. Makna yang dianalisis difokuskan menjadi tiga, yakni makna leksikal, gramatikal, dan referensial. Data penelitian adalah puisi “Berugaq, 2” yang berupa larik dan bait. Pemilihan puisi tersebut karena merepresentasikan adat dan tradisi suku Sasak. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak dan teknik catat sebagai lanjutannya. Kemudian penganalisisan data dengan teknik analisis isi. Data disajikan secara deskriptif. Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa dalam puisi “Berugaq, 2” setiap lariknya mengandung ketiga makna dalam bidang semantik yakni leksikal, gramatikal, serta referensial, dan didominasi oleh makna leksikal dan referensial. Selain itu, sangat terlihat pula bentuk dan eksistensi dari warisan budaya suku Sasak.
Faris Alaudin
Published: 29 December 2022
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 16, pp 361-374; https://doi.org/10.26499/mab.v16i2.595

Abstract:
Dorothea Rosa Herliany dan Oka Rusmini muncul sebelum geger kelahiran sastra wangi dengan membawa narasi problematik kesetaraan gender melalui Isinga (2015) dan Tarian Bumi (2007). Baik Isinga maupun Tarian Bumi menampilkan warna lokalitas perempuan timur Indonesia. Irewa, tokoh utama perempuan dalam Isinga, mewakili suara perempuan Papua, sedangkan Telaga, tokoh utama perempuan dalam Tarian Bumi, menjadi wakil dari suara perempuan Bali. Penelitian ini berupaya untuk membaca praktik-praktik ketidakadilan gender berbasis pranata sosial yang diterima oleh tokoh perempuan dalam dua novel tersebut. Isinga dan Tarian Bumi dikaji lebih jauh dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra dan kritik sastra feminis, terutama terkait dengan bias gender yang memosisikan perempuan sebagai yang inferior. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Melalui analisis secara deskriptif analitis, Isinga dan Tarian Bumi menampilkan perasaan-perasaan tokoh utama perempuan yang terkungkung dalam budaya patriarki. Dengan begitu, melalui Irewa dan Telaga, Herliany dan Rusmini tengah berusaha menyuarakan isi hati perempuan yang selama ini terkungkung oleh kultur patriarki.
Suparman
Published: 29 December 2022
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 16, pp 315-328; https://doi.org/10.26499/mab.v16i2.563

Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai yang terkandung dalam ritual Kelong Osong masyarakat Kaluppini Kabupaten Enrekang. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif. Data diperoleh dari dua sumber. Pertama, data primer, yaitu berupa tuturan ritual yang diperoleh pada ritual Kelong Osong masyarakat Kaluppini. Kedua, data sekunder, yaitu data tambahan yang diperoleh dari literatur yang relevan dan mendukung penelitian ini. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tuturan ritual Kelong Osong masyarakat Kaluppini dalam bentuk lisan yang diperoleh dari informan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi dan teknik wawancara. Teknik analisis data dilakukan dengan cara memahami, menyeleksi, menandai, dan mencocokkan antara data primer dan data sekunder. Hasil penelitian ini memperlihatkan nilai-nilai yang terkandung dalam tuturan ritual Kelong Osong masyarakat Kaluppini terdiri atas nilai religius, nilai sosial, nilai budaya, dan nilai pendidikan.
Back to Top Top