Agroteknika

Journal Information
ISSN / EISSN: 26853353 / 26853450
Total articles ≅ 54

Latest articles in this journal

Ramadhan Taufika, Dyah Nuning Erawati, Descha Giatri Cahyaningrum, Titien Fatimah
Published: 21 December 2022
Journal: Agroteknika
Agroteknika, Volume 5, pp 161-171; https://doi.org/10.55043/agroteknika.v5i2.162

Abstract:
Ulat Grayak, Spodoptera litura merupakan serangga fitofagus yang merusak tanaman pertanian. Stadia larva merupakan stadia yang sangat merusak hasil pertanian. Penelitian pengembangan metode perbanyakan massal (mass rearing) menggunakan formulasi tertentu diperlukan sebagai upaya untuk menghasilkan serangga uji yang homogen (umur stadia yang seragam dalam jumlah yang banyak) dengan waktu yang efisien pada skala laboratorium. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh formulasi pakan buatan terhadap panjang larva, berat pupa, dan lama (periode) stadia (telur-imago) S. litura yang dipelihara pada skala laboratorium. Formulasi pakan buatan yang diuji pada penelitian ini adalah formulasi Poitout dan Singh and Moore Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa larva S. liturayang dipelihara dengan menggunakan pakan buatan formulasi Singh and Moore menghasilkan penambahan panjang larva, penambahan berat tubuh pupa, dan pemendekan waktu stadia S. litura dibandingkan dengan menggunakan pakan buatan formulasi Poitout. Pakan buatan yang dibuat dengan formulasi Singh and Moore dapat dijadikan sebagai alternatif pakan untuk mass rearing S. litura pada skala laboratorium.
Sri Aulia Novita, Muhammad Rifanda Hofic, Albet Pranata, Andika Dwi Putra, Nofialdi Nofialdi
Published: 21 December 2022
Journal: Agroteknika
Agroteknika, Volume 5, pp 172-182; https://doi.org/10.55043/agroteknika.v5i2.140

Abstract:
Kompor surya memanfaatkan energi matahari untuk menghasilkan energi panas untuk proses memasak. Cahaya matahari dipantulkan dan diubah menjadi energi panas melalui konsentrator surya, cahaya difokuskan menjadi satu titik pada wadah kompor pemasak. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan desain kompor surya, melakukan uji kinerja dan mengetahui pengaruh waktu, daya energi matahari terhadap suhu yang dihasilkan pada kompor surya dengan menggunakan thermocouple tipe K. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah perancangan struktural dan fungsional alat, pembuatan komponen alat dan pengujian kinerja kompor surya. Komponen kompor surya diantaranya adalah konsentrator parabola dish, dudukan kompor, rangka penyangga, kaki tumpuan, kompor, thermocouple tipe K dan Arduino. Kompor surya yang dirancang menggunakan konsentrator surya parabola yang dilengkapi dengan sistem kontrol. Suhu yang dihasilkan oleh konsentrator parabola berbeda-beda karena tergantung pada cahaya matahari, titik fokus yang dihasilkan oleh konsentrator dan kecepatan angin pada saat pengujian. Intensitas cahaya matahari pada saat pengujian adalah antara 1098 – 1344 W/m2, dan kecepatan angin 0,2 – 0,5 m/s. Rentang suhu selama proses pemasakan adalah 84 sampai 116 0C dan waktu pemasakan antara 3,48 sampai 5,38 menit.
Putri Santika, Ilham Muhklisin, Sandile Donald Makama
Published: 2 December 2022
Journal: Agroteknika
Agroteknika, Volume 5, pp 151-160; https://doi.org/10.55043/agroteknika.v5i2.153

Abstract:
Seed priming by soaking in KNO3 has been used to enhance seed performance and crop establishment in tomatoes. However, seeds that are immersed in a solution for a long time may be deprived of oxygen during critical phases of imbibition. Aeration during priming is a solution to solve this problem. Thus, this study aims to determine the effect of aeration and KNO3 in seed priming on the germination of tomato seeds. The seeds used in this study were tomato seeds var. Palupi. This study used seven treatments i.e. non-primed, KNO3 moistened paper, KNO3 soaking, KNO3 aeration, water moistened paper, water soaking, and water aeration. The study was arranged in a completely randomized design (CRD). All data were statistically analyzed using one-way ANOVA and followed by means analysis using Fisher’s LSD (Least Significant Difference) test at P<0.05. The result showed that all priming treatments gave a better performance in FGP (Final Germination Percentage), MGT (Mean Germination Time), and GRI (Germination Rate Index) compared to the non-primed. The best treatments, however, were observed in the aeration method in either KNO3 or water in all parameters observed. KNO3 gave a slightly better performance than water in all parameters, although there was no statistical difference between the two treatments.
Nugraha Ramadhan, Dini Hervani, Indra Dwipa, Rachmad Hersi Martinsyah
Published: 25 November 2022
Journal: Agroteknika
Agroteknika, Volume 5, pp 143-150; https://doi.org/10.55043/agroteknika.v5i2.164

Abstract:
Indonesia mempunyai beragam sumberdaya pangan sehat yang sangat berpotensi untuk dikembangkan, salah satunya ialah Hanjeli. Diketahui bahwa tanaman serealia ini memiliki bentuk fenotipik yang beragam serta adaptif untuk tumbuh pada berbagai kondisi lingkungan. Beragamnya karakteristik antar genotipe hanjeli akan berpengaruh terhadap mutu biji baik secara kualitas maupun kuantitas. Cara membedakan karakter khas dari masing-masing genotipe hanjeli, diperlukan pengamatan dan pengukuran secara detail salah satunya pada organ perkembangbiakan yakni biji. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi mutu fisik biji hanjeli lokal Sumatera Barat sebagai langkah untuk mendapatkan genotipe yang potensial dari segi kuantitas maupun kualitas. Enam aksesi hanjeli yang digunakan meliputi PTA-1, KKD-3, PH-4, BTA-2, GT-2, dan TJR-2. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 3 ulangan sehingga didapatkan 18 satuan percobaan. Disimpulkan berdasarkan dimensi aksialnya (panjang, lebar dan tebal biji) menunjukkan bahwa aksesi dengan kode BTA-2 dan KKD-3 memiliki bentuk dan ukuran biji terbesar dan aksesi dengan kode GT-2 sebagai aksesi dengan bentuk dan ukuran biji terkecil. Pada pengamatan tingkat kekerasan biji, ketebalan epicarp, bobot 100 biji pecah kulit serta rendemen biji pecah kulit aksesi dengan kode PH-4 menunjukkan sebagai genotipe terbaik.
Galih Mustiko Aji, Artdhita Fajar Pratiwi, Sari Widya Utami
Published: 21 November 2022
Journal: Agroteknika
Agroteknika, Volume 5, pp 130-142; https://doi.org/10.55043/agroteknika.v5i2.149

Abstract:
Saat ini di Indonesia, jarang yang melakukan budidaya tanaman pakcoy dengan sistem plant factory. Sistem plant factory dalam ruangan sangat bergantung pada kuantitas dan kualitas cahaya buatan yang digunakan dan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan desain sistem plant factory terbaik untuk tanaman pakcoy dengan kuantitas dan kualitas lampu LED yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy. Metode penelitian ini adalah eksperimen dengan membuat sistem plant factory yang dirancang dengan sumber pencahayaan buatan yaitu lampu LED yang intensitasnya diatur sebesar 100 μmol/m2/s dan lama penyinaran yang divariasikan selama 12 jam, 16 jam, 20 jam dan 24 jam. Pengaturan kestabilan intensitas cahaya pada sistem plant factory menggunakan PWM driver dengan tingkat toleransi sebesar ±2%. Parameter pertumbuhan adalah tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman pakcoy digunakan sebagai variabel pengujian dari sistem plant factory yang dibangun. Hasil penelitian menunjukkan sistem plant factory yang dibuat mampu memproduksi tanaman pakcoy dengan produksi tertinggi didapatkan pada lama penyinaran selama 24 jam.
Vega Kartika Sari, Didik Pudji Restanto
Published: 7 November 2022
Journal: Agroteknika
Agroteknika, Volume 5, pp 118-129; https://doi.org/10.55043/agroteknika.v5i2.155

Abstract:
Ekstraksi DNA merupakan tahap awal yang menentukan kuantitas dan kualitas DNA genom yang diperoleh. Penggunaan daun muda pada tanaman tahunan tidak selalu ada, alternatifnya menggunakan daun agak tua, namun banyak mengandung polifenol dan polisakarida. Tujuan artikel review ini untuk menjelaskan terkait modifikasi metode ekstraksi DNA yang efektif untuk tanaman dengan kandungan tinggi polisakarida dan polifenol. Modifikasi metode ekstraksi DNA tanaman seringkali perlu dilakukan karena tiap tanaman mengandung metabolit yang berbeda sehingga perlu penanganan yang berbeda pula. Terdapat berbagai metode ekstraksi DNA tanaman. Metode CTAB merupakan metode yang paling banyak digunakan dan dikembangkan. Modifikasi metode dilakukan untuk mendapatkan DNA genom yang berkualitas, melalui peningkatan konsentrasi TrisHCL, β-mercaptoethanol, NaCl, dan PVP, pengulangan tahapan purifikasi, ataupun penambahan kemikalia seperti RNAse. Modifikasi dilakukan disesuaikan dengan jenis tanaman yang digunakan, sehingga optimasi diawal perlu dilakukan untuk menentukan metode yang tepat. Perbandingan modifikasi ekstraksi pada beberapa jenis tanaman pada tiap tahapan ekstraksi serta pengaruhnya pada kualitas DNA yang diperoleh dapat menjadi tolak ukur dalam penentuan modifikasi yang akan dilakukan disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan diuji.
Hilmi Dzikri Rahman, , Ismail Saleh
Published: 11 October 2022
Journal: Agroteknika
Agroteknika, Volume 5, pp 107-117; https://doi.org/10.55043/agroteknika.v5i2.156

Abstract:
Optimalisasi pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun jepang dapat disebabkan oleh penggunaan jenis dan dosis pupuk yang tepat. Dosis yang tepat membuat tanaman tidak mengalami defisiensi maupun toksisitas sehingga tanaman mampu tumbuh dan berkembang secara optimal. Tujuan penelitian yakni mengkaji respons pertumbuhan dan hasil mentimun jepang pada pengurangan dosis pupuk urea, SP-36, dan KCl. Penelitian menggunakan experimental design dengan metode Rancangan Acak Kelompok satu faktor dan terdiri dari 6 taraf yakni kontrol, pengurangan dosis pupuk 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25%. Pengurangan dosis pupuk mempengaruhi terhadap biomasa akar dan biomasa tajuk ketika tanaman berumur 2 MST, bobot buah per tanaman, dan total padatan terlarut. Namun, pengurangan dosis pupuk tidak mempengaruhi terhadap warna dan jumlah daun ketika tanaman berumur 1 - 4 MST, kandungan klorofil-a, klorofil-b, dan klorofil-total, biomasa akar dan biomasa tajuk ketika tanaman berumur 4 MST, serta panjang buah. Pengurangan dosis pupuk 5-15% efektif menghasilkan biomasa akar dan biomasa tajuk ketika tanaman berumur 2 MST, serta bobot buah per tanaman lebih besar dibandingkan kontrol dan pengurangan dosis 20-25%. Pengurangan dosis pupuk 10-20% efektif menghasilkan bobot buah lebih besar dibandingkan kontrol dan pengurangan dosis pupuk 25%.
Arini Al Ifah, Ila Purnamasari, Zahwa Ayu Wardani, Puguh Bintang Pamungkas
Published: 30 September 2022
Journal: Agroteknika
Agroteknika, Volume 5, pp 98-106; https://doi.org/10.55043/agroteknika.v5i2.144

Abstract:
Urban farming merupakan teknik budidaya yang lazim diterapkan di wilayah perkotaan, dengan masa panen yang lebih singkat dibandingkan penanaman secara konvensional. Salah satu teknik budidaya yang dapat diterapkan adalah microgreen. Bayam (Amaranthus tricolor) merupakan salah satu tanaman yang mudah di budidayakan dengan urban farming secara microgreen. Salah satu alasannya karena banyak diminati oleh masyarakat karena kandungan gizinya. POC merupakan salah satu pupuk organik dengan kandungan nutrisi yang diperlukan tanaman cukup banyak, sehingga untuk menambah nutrisi pada tanaman microgreen untuk meningkatkan kandungan gizi diperlukan pupuk tambahan salah satunya pupuk organik cair (POC). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas perlakuan pupuk organic cair (POC) berbahan dasar sisa sayuran rumah tangga terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bayam microgreen. Penelitian disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Dimana perlakuan yang digunakan berupa kontrol/air sumur (Ao), POC bayam (A1), POC kentang (A2) dan POC kangkung (A3). Data pengamatan dianalisis menggunakan (ANOVA) dengan beda nyata pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan proses pembuatan POC berbahan dasar limbah sayuran rumah tangga dapat diaplikasikan ke tanaman sebagai alternatif pengganti pupuk kandang. Dari pengaplikasian pada tanaman bayam microgreen menunjukkan tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan dengan berbagai macam POC. Perlakuan tanpa POC yakni penggunaan air sumur (Ao) pada microgreen bayam menunjukkan pola pertumbuhan dan hasil yang optimum dibandingkan dengan pemberian berbagai macam POC. Hal ini diyakini penggunaan air sumur kaya akan mineral yang siap diserap tanaman dibandingkan penggunaam POC.
Fenny Aprilliani, Laksmi Putri Ayuningtyas, Hanis Adila Lestari
Published: 15 July 2022
Journal: Agroteknika
Agroteknika, Volume 5, pp 87-97; https://doi.org/10.55043/agroteknika.v5i2.133

Abstract:
Bahan pangan yang disimpan mengalami perubahan kualitas diantaranya perubahan warna, bau, timbulnya lendir, serta perubahan pH. Perubahan-perubahan ini terjadi akibat aktivitas dan pertumbuhan bakteri pembusuk serta reaksi fisiologis pada bahan pangan tersebut. Label pintar yang diaplikasikan pada bahan pengemas dapat menjadi solusi untuk mengetahui perubahan parameter mutu yang terjadi selama penyimpanan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji efektifitas antosianin bunga telang sebagai indikator pH pada penyimpanan daging. Bunga telang diekstraksi antosianinnya untuk membuat indikator pH, kemudian diuji aktivitas indikator pH dalam bentuk sensitivitasnya terhadap perubahan warna daging sapi segar pada rentang pH 1-12. Konsentrasi antosianin bunga telang yang didapatkan pada penelitian ini adalah 121,90±1,67 mg/L. Label pintar yang diaplikasikan sebagai indikator pH telah memberikan perbedaan perubahan warna pada berbagai rentang pH dari pH 1-12. Ekstrak antosianin bunga telang berubah dari warna pink menjadi pink ke unguan pada range pH 1-3, perubahan warna ekstrak antosianin ungu menjadi biru untuk range pH 4-10, biru gelap pada pH 11 dan kuning gelap untuk pH 12. Label indikator yang diproduksi mampu digunakan untuk mengetahui perubahan tingkat kesegaran daging berdasarkan perubahan pH selama penyimpanan dilihat dari parameter Lightness (L*), Chroma (C*), dan Hue (H) terhadap perubahan pH daging sapi segar. 
Rudi Wardana, Nurul Sjamsijah, Risa Yuniar Perdana Putri
Published: 27 June 2022
Journal: Agroteknika
Agroteknika, Volume 5, pp 40-48; https://doi.org/10.55043/agroteknika.v5i1.135

Abstract:
Karat daun merupakan salah satu penyakit utama yang menyerang tanaman kedelai yang disebabkan oleh cendawan Phakopsora pachyrizi pada tanaman kedelai. Penurunan hasil produksi yang disebabkan oleh penyakit karat daun ini sebesar 10-90%. Tujuan peneltian ini yaitu untuk mengetahui tingkat ketahanan beberapa genotipe kedelai pada penyakit karat daun. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap dengan 7 genotipe kedelai sebagai perlakuan meliputi GHJ1, GHJ2, GHJ3, GHJ4, GHJ5, Anjasmoro, Ringgit. Parameter pengamatan meliputi, luas permukaan daun, International Working of Soybean Rust (IWGSR), berat biji per tanaman. Data dianalisis dengan SPSS Versi 23.0 yaitu dengan uji ANOVA dan diuji lanjut BNT 5%. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada luas permukaan daun pada semua genotipe, genotipe GHJ1, GHJ2, GHJ3, GHJ4, GHJ5 memiliki tingkat ketahanan yang tahan terhadap penyakit karat daun, dan untuk varietas Anjasmoro memililiki tingkat ketahanan agak tahan, sedangkan varietas Ringgit memiliki tingkat ketahanan agak rentan pada penyakit karat, berat biji terandah yaitu varietas anjasmoro dengan rata-rata sebesar 3,5 gr pertanaman.
Back to Top Top