Food Scientia : Journal of Food Science and Technology

Journal Information
EISSN : 2807-1549
Published by: Universitas Terbuka (10.33830)
Total articles ≅ 18
Filter:

Latest articles in this journal

Ahmad Haris Hasanuddin Slamet, Dini Nafisatul Mutmainah, Rafly Rizqullah, Fanecia Apriani
Food Scientia : Journal of Food Science and Technology, Volume 2, pp 20-47; https://doi.org/10.33830/fsj.v2i1.2686.2022

Abstract:
Buah Naga merupakan salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Banyuwangi. Pada tahun 2020, komoditas buah naga tercatat memiliki luas lahan mencapai 4.787 Ha dengan produktivitas 263 Kw/Ha. Produksi yang tinggi menyebabkan penumpukan kulit buah naga sebagai limbah. Salah satu alternatif untuk menanggulangi penumpukan kulit buah naga yaitu dengan cara memanfaatkannya menjadi suatu produk yang bernilai jual lebih. Penelitian ini menggunakan metode analisis nilai tambah dan analisis SWOT untuk mendapatkan rumusan strategi pengembangan industri olahan kulit buah naga dilanjutkan dengan grand strategy dan analisis nilai tambah Metode Hayami. Hasil penelitian analisis nilai tambah dengan nilai di atas 70%. Sementara itu, berdasarkan analisis SWOT dari nilai matriks IFE diperoleh total nilai sebesar 2,68 dan matriks EFE diperoleh total nilai sebesar 3,00. Nilai tersebut menunjukan potensi pengembangan industri kulit buah naga berada pada posisi yang kuat. Mengacu pada analisis nilai tambah dan SWOT menunjukkan bahwa pengolahan limbah kulit buah naga menjadi berbagai macam produk olahan memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi industri.
Dini Nafisatul Mutmainah, Ahmad Haris Hasanuddin Slamet, Dian Kumaila Dewi, Nadhirotul Diniyah
Food Scientia : Journal of Food Science and Technology, Volume 2, pp 48-72; https://doi.org/10.33830/fsj.v2i1.2844.2022

Abstract:
CV. Santoso merupakan perusahaan jamu jawa tradisional di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Perkembangan industri jamu di Indonesia berkembang sangat pesat. Kondisi ini menuntut CV. Santoso harus menentukan strategi pemasaran yang tepat agar produknya dapat bersaing dengan berbagai produk jamu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor internal dan faktor eksternal dari perusahaan CV. Santoso, untuk mengetahui beberapa alternatif strategi pengembangan yang dapat digunakan oleh perusahaan serta strategi prioritas yang sesuai untuk perusahaan. Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis SWOT dan analisis AHP. Hasil penelitian menunjukkan kegiatan promosi dengan membuat tim promosi merupakan strategi prioritas utama dari pengembangan jamu Jawa tradisional CV. Santoso. Nilai bobot yang dihasilkan dari strategi prioritas utama sebesar 0,139, dengan menggunakan konsistensi logis 8%. Strategi prioritas utama yaitu dengan membuat tim promosi dapat diimplementasikan untuk memperluas pemasaran produk melalui media cetak, media massa, dan media sosial.
Purwaningtyas Kusumaningsih
Food Scientia : Journal of Food Science and Technology, Volume 2, pp 99-118; https://doi.org/10.33830/fsj.v2i1.3138.2022

Abstract:
The processing of pindang tongkol becomes floss is a food technology to aim in extending the shelf life. The addition of chitosan inside the floss is to prevent the development of Vibrio sp., Proteus sp. and Pseudomonas sp. These bacteria live in high-salt environments such as brined mackerel product. The aim of this study was to examine the effect of chitosan to the quantity of Vibrio sp., Proteus sp. and Pseudomonas sp. in brined mackerel processing. In this study, were tested on samples of pindang tongkol, pindang floss without chitosan and pindang floss contains of 50 mg of chitosan. The total plate count (TPC) of pindang tongkol was reported to numerus to count (TNTC). TPC of floss without chitosan and floss contains chitosan, were less than 2.5 × 102 colonies/ml (g). This value was qualify to the Indonesian National Standard (SNI) 7690.1:2013 and these result indicate that the processing of brined mackerel into floss and the addition of chitosan can reduce bacterial contamination. Identification of bacteria were using Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose (TCBS) media, gram staining and API 20E kit. The bacteria from pindang tongkol was identified as Proteus vulgaris, while Pseudomonas luteola was from floss without chitosan. The addition of 50 mg of chitosan in floss was proven to prevent the development of halophilic bacteria such as Vibrio sp., Proteus sp., and Pseudomonas sp.
Rina Rismaya, Yesika Kristiani, Elvira Syamsir, Didah Nur Faridah
Food Scientia : Journal of Food Science and Technology, Volume 2, pp 1-19; https://doi.org/10.33830/fsj.v2i1.2488.2022

Abstract:
Labu kuning (Cucurbita moschata D.) merupakan komoditas pertanian yang memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap dan serat yang tinggi. Pemanfaatan labu kuning yang masih terbatas pada pangan olahan tradisional dapat diperluas dengan mengolahnya menjadi bentuk tepung. Labu kuning dalam bentuk tepung memiliki umur simpan yang lebih panjang, mudah didistribusikan dan mudah diolah menjadi beragam jenis pangan olahan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh perlakuan suhu perendaman terhadap karakteristik fisikokimia tepung labu kuning. Perlakuan berupa perendaman dengan larutan natrium metabisulfit 0,10 % pada variasi suhu air perendaman yang berbeda yaitu 30 ºC dan 80 ºC selama 10 menit. Parameter fisikokimia yang diukur adalah kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat, dan serat pangan, dan warna. Berdasarkan hasil pengujian, perbedaan suhu perendaman hanya berpengaruh nyata terhadap nilai warna. Tepung labu kuning hasil perendaman natrium metabisulfit 0,10% pada suhu awal air perendaman 80 ºC memiliki nilai L= 64,87 ± 0,04; b* =+52,95 ± 0,05 dan nilai warna a* =+6,89 ± 0,06 yang menunjukkan warna lebih cerah dan lebih kuning dibandingkan dengan perlakukan suhu perendaman 30 ºC.
Nanik Suhartatik, Merkuria Karyantina, Crisdyana Eko Setyaningsih
Food Scientia : Journal of Food Science and Technology, Volume 2, pp 73-84; https://doi.org/10.33830/fsj.v2i1.2948.2022

Abstract:
Breadfruit starch contains a relatively high number of amylose which has potency to be develop as edible film. It is also necessary to develop packaging materials which also contain natural antimicrobial compounds. White turmeric contains phytochemical compounds that have antimicrobial activity. This study aimed to determine the optimal concentration of breadfruit starch in edible films and to study the effect of white turmeric extract addition to inhibit the growth of Eschericia coli and Staphylococcus aureus. The study used factorial completely randomized design which consist of 2 factors and two fold replication, namely the concentration of breadfruit starch and the concentration of white turmeric extract. The results showed that breadfruit starch at 8% concentration produce good edible film with a tensile strength reach up to 4.57 ± 0.135 MPa. Meanwhile the addition of 2.5% white turmeric could inhibit the growth of tested bacteria. Inhibition zone reached 1.38 cm for E. coli and 1.40 cm for S. aureus. White turmeric has the potency to be developed as a natural antimicrobial compound in breadfruit starch edible films.
Fadel Muhammad Sudarmanto, Imam Setiawan
Food Scientia : Journal of Food Science and Technology, Volume 2, pp 85-98; https://doi.org/10.33830/fsj.v2i1.2555.2022

Abstract:
Tingkat konsumsi ikan di Kalimantan Selatan, khususnya masyarakat Banjarbaru sangat tinggi. Pada beberapa pasar tradisional, proses penanganan ikan patin (Pangasius sp.) masih perlu ditinjau ulang agar kualitas ikan patin yang diterima konsumen masih dalam keadaan baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai mutu organoleptik ikan patin segar selama penjualan di pasar Bauntung kota Banjarbaru. Metode uji skoring digunakan untuk pengujian organoleptik dengan skala 1 (nilai terendah) sampai 9 (nilai tertinggi) menggunakan score sheet organoleptik ikan segar yang dilakukan oleh 7 orang panelis tidak terlatih. Metode observasi menggunakan lembar score sheet digunakan untuk mengetahui aktivitas penanganan ikan pada dua penjual. Pengamatan dilakukan pada pukul 10.00 dan pukul 15.00, waktu setempat. Pada pengamatan mutu organoleptik pukul 10.00, ikan patin dari kedua penjual masih memiliki kualitas mutu yang baik, akan tetapi pada pukul 15.00 terjadi penurunan mutu organoleptik pada ikan patin dari kedua pedagang. Hasil organoleptik pada waktu pengamatan yang berbeda lebih dari 7. skor ini menunjukkan ikan patin di pasar Bauntung masih berkualitas segar dan layak konsumsi setelah penanganan.
Thamren Juniarto, Ida Diyanti Isnasia
Food Scientia : Journal of Food Science and Technology, Volume 1, pp 117-130; https://doi.org/10.33830/fsj.v1i2.1916.2021

Abstract:
Minyak goreng sawit merupakan bahan pangan yang umum digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Minyak goreng yang beredar didaerah perbatasan antara Malaysia dan Indonesia terutama wilayah Entikong, Kalimantan Barat sangat rentan akan pemalsuan serta kualitasnya yang belum diketahui, maka perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui kualitas dari minyak goreng asal Malaysia tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan uji kualitas minyak goreng asal malaysia yang beredar di daerah perbatasan apakah sesuai dengan persyaratan SNI 7709: 2012 mengenai minyak goreng sawit. Uji kualitas minyak goreng yaitu meliputi parameter bau dan rasa, warna, kadar air, bilangan asam lemak bebas, bilangan peroksida, minyak pelikan, vitamin A dan cemaran logam (pb, Cd, Hg, As dan Sn). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa minyak goreng asal Malaysia yang dijadikan contoh uji memenuhi persyaratan SNI 100% terhadap bau, rasa, warna, kadar air, bilangan asam lemak bebas, minyak pelikan, vitamin A dan cemaran logam,namun empat dari enam sampel minyak goreng tidak sesuai dengan standar bilangan peroksida.
Dessy Setiawanti
Food Scientia : Journal of Food Science and Technology, Volume 1, pp 87-102; https://doi.org/10.33830/fsj.v1i2.1968.2021

Abstract:
Pada saat ini, peredaran produk pangan olahan diwajibkan memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan gizi pangan tersebut. Salah satu dari ketiga elemen tersebut diterapkan ke dalam pangan olahan dalam bentuk label pangan. Keterangan informasi pada label pangan bertujuan untuk menerangkan bahwa informasi yang tertera benar, tidak mudah rusak dan lepas, mudah dilihat dan dibaca melalui Nomor Izin Edar (NIE). BPOM bersinergi kuat dalam pengawasan produk pangan dengan menerbitkan penerapan 2D barcode dalam label pangan sebagai kebijakan untuk mengurangi risiko peredaran produk pangan palsu atau ilegal. Metode penulisan karya ini secara studi pustaka melalui pengambilan data berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta pelaporan pengawasan terhadap label pangan. Intensifikasi pengawasan produk pangan yang dilakukan oleh BPOM pada sarana ritel dan distribusi banyak menemukan produk Tanpa Izin Edar (TIE), produk kedaluwarsa serta produk rusak. Hasil data yang didapatkan terhadap temuan pengawasan produk pangan lebih banyak ditemukan produk TIE dengan persentase temuan di Sarana Ritel sebesar 52%, sedangkan persentase temuan di Gudang Importir/Distributor sebesar 72%. Dengan penerbitan implementasi 2D Barcode pada label pangan olahan sangat memberikan dampak positif bagi stakeholder meliputi. pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat. Penerapan 2D Barcode ini diupayakan mampu membangun intelektual masyarakat untuk menjadi lebih responsif serta cerdas dalam mengolah informasi di masa yang akan mendatang.
Selawati Palilati, Fahrullah, Ishak Korompot
Food Scientia : Journal of Food Science and Technology, Volume 1, pp 142-152; https://doi.org/10.33830/fsj.v1i2.2181.2021

Abstract:
The research aims to observe the effect of addition wild honey (Apis dorsata Fabr.) on pH and organoleptic values of ultra high temperature milk (UHT). The research was done using an experimental method using a non-factorial completely randomized design with five levels using SPSS 16. Different concentrations of wild honey (A1= control; A2= 5%; A3= 10%; A4= 15% and A5=20%) were used. The data was statistically analyzed using analysis of variance (ANOVA) with 5% significance level and further processed with Duncan's Multiple Range Test (DMRT). Organoleptic tests for colour, taste and overall preference were also done using qualitative tests (scores). The value of pH gave a significant value (P<0,01) between treatment. The higher the use of wild honey concentration, the lower the pH value produced. The higher the concentration of wild honey, the higher the organoleptic value. The best treatment in terms of colour, taste, and level of preference was observed in the sample with the 20% honey concentration, each of which resulted in an average score of 4.
Tirani Pratiwi, Dini Nur Hakiki
Food Scientia : Journal of Food Science and Technology, Volume 1, pp 131-141; https://doi.org/10.33830/fsj.v1i2.2075.2021

Abstract:
Modifikasi olahan ikan bandeng (Chanos chanos) presto duri lunak perlu dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah dan menghasilkan inovasi produk baru, salah satunya dalam bentuk bakso. Penambahan ikan bandeng presto pada pembuatan bakso diharapkan dapat menghasilkan bakso dengan aroma yang khas bandeng presto. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh substitusi variasi penambahan tepung tapioka terhadap tingkat kesukaan bakso bandeng presto. Uji organoleptik yang dilakukan meliputi analisis terhadap warna, aroma, rasa, dan kekenyalan serta pengujian daya umur simpan bakso ikan bandeng presto pada suhu ruang. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan metode pengujian uji skoring berdasarkan tingkat kesukaan konsumen. Faktor yang diteliti adalah persentase proporsi tepung tapioka terhadap bahan baku ikan bandeng presto yang terdiri dari tiga perlakuan yaitu Perlakuan P1 20 gram ; P2 30 gram ; P3 40 gram. Hasil uji organoleptik oleh 20 orang panelis dapat disimpulkan bahwa bakso bandeng presto yang disukai panelis secara keseluruhan adalah bakso bandeng presto dengan komposisi P2 dengan komposisi ikan bandeng presto : tepung tapioka sebesar 60 gr : 30 gr. Penyimpanan bakso di suhu ruang selama 12 jam menimbulkan perubahan warna.
Back to Top Top