Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)
Journal Information

EISSN
:
2722-6700
Published by: Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
(10.22373)
Total articles ≅ 42
Filter:
Latest articles in this journal
Published: 31 July 2022
Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (jsai), Volume 3, pp 142-167; https://doi.org/10.22373/jsai.v3i2.1779
Abstract:
This study aims to explore the forms of social capital that take place in fishing communities that use cantrang in the Capture Fisheries Area of Batang Regency. The method used is qualitative with an exploratory descriptive approach. Data collection was carried out by observation, interviews, focus group discussion and literature studies. The results showed that in the aspect of socioeconomic networks, social networks of actors were formed consisting of subsistence fishermen, native fishermen, commercial fishermen, fishing boat crews, Fish Processing Entrepreneurs, Fish Contractors, smale-scale fish sellers, shipyards, fisheries shahbandars and the Fisheries Marine Service. In the aspect of bridging social capital, collaboration takes place among fishermen who use cantrang, fish entrepreneurs at TPI, food processing business actors, fellow crew members, shipyards, Ship Motorists, and fish sellers in markets and small basket fish sellers. In the aspect of linking social capital, social networks form participation during FGD, Advocacy, and Socialization related to capture fisheries activities together with the Regent, the Marine Fisheries Service, and HNSI. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi modal sosial yang berlangsung pada masyarakat nelayan pengguna cantrang di Wilayah Perikanan Tangkap Kabupaten Batang. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif eksploratif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, focus group discussion (FGD) dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan pada aspek jaringan sosial ekonomi terbentuk jaringan sosial aktor yang terdiri dari nelayan subsisten, nelayan asli, nelayan komersil/ Juragan kapal, nelayan ABK, Pengusaha Pengolahan Ikan, Pemborong ikan, penjual ikan bakul-bakul kecil, galangan kapal, syahbandar perikanan dan Dinas Kelautan Perikanan. Pada aspek bridging social capital, kolaborasi berlangsung di antara nelayan pengguna cantrang, pengusaha ikan di TPI, Pelaku usaha pengolahan makanan, sesama ABK, Galangan kapal beserta Motoris Kapal, penjual ikan di pasar dan penjual ikan bakul-bakul kecil. Pada aspek linking social capital, jaringan sosial membentuk partisipasi saat FGD, Advokasi, serta Sosialisasi yang berkenaan dengan aktivitas.
Published: 27 July 2022
Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (jsai), Volume 3, pp 111-128; https://doi.org/10.22373/jsai.v3i2.1879
Abstract:
Teuku Riefky Harsya, a member of the Aceh legislature from 2005-2024, has played a role in the development of education in Aceh. This article aims to explain two problems: Teuku Riefky Harsya's contribution to the development of education in Aceh and the political strategies used. The results showed that Teuku Rifky Harsya contributed to the development of education in Aceh, including the Smart Indonesia Program, Bidikmisi, Superior Scholarship, Infrastructure, Mobile library, and mobile cinema, healthy food for school children. Strategies for building education in Aceh are cross-party political communication, closeness with the ulama, teamwork, and forming field coordinators. Thus, education development in Aceh can continue to increase and benefit the community. Abstrak Teuku Riefky Harsya yang merupakan anggota legislatif Aceh dari tahun 2005-2024 yang telah berperan dalam pembangunan Pendidikan di Aceh. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan dua masalah yaitu; kontribusi Teuku Riefky Harsya dalam pembangunan pendidikan di Aceh dan strategi politik yang dipergunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Teuku Rifky Harsya memberikan kontribusi bagi perkembangan pendidikan di Aceh, antara lain: Program Indonesia Pintar, Bidikmisi, Beasiswa Unggul, Sarana Prasarana, Mobil perpustakaan dan bioskop keliling, makanan sehat untuk anak sekolah. Strategi dalam membangun pendidikan di Aceh yaitu komunikasi politik lintas partai, kedekatan dengan ulama, kerja sama tim dan membentuk koordinator lapangan. Sehingga dengan demikian pembangunan pendidikan di Aceh dapat terus meningkat dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Published: 25 July 2022
Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (jsai), Volume 3, pp 129-141; https://doi.org/10.22373/jsai.v3i2.1889
Abstract:
Meunasah underwent a drastic change in its function in the lives of the young generation of Aceh. Therefore, it is important to examine the changes in the function of the meunasah in the life activities of the young generation in seeing the urgency of the meunasah as a community center in supporting the development of young generations in the face of the globalization. This qualitative study uses interview methods, observation and documentation in collecting data and using interactive analysis in analyzing the findings. The results showed that the shift in the function of the meunasah in the young generation of Aceh was caused by social changes that occurred after the conflict and the tsunami disaster. This situation is strengthened by the condition of the meunasah that does not keep up with the development of information technology so that it is unable to answer the needs of the young generation who are bound by technology. Therefore, it is necessary to modernize the meunasah environment in order to meet the technological needs of the young generation, so that the meunasah can still function as a community center in preparing the young generation of Aceh. Abstrak Meunasah mengalami perubahan fungsi yang drastis dalam kehidupan generasi muda Aceh. Oleh karena itu menjadi penting untuk mengkaji tentang perubahan fungsi meunasah dalam aktivitas kehidupan generasi muda dalam melihat urgensitas meunasah sebagai community center dalam menopang perkembangan generasi muda dalam menghadapi globalisasi dunia. Penelitian kualitatif ini menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi dalam pengumpulan data dan menggunakan analisis interaktif dalam menganalisis temuan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan pergeseran fungsi meunasah dalam kehidupan generasi muda Aceh disebabkan oleh perubahan sosial yang terjadi pasca konflik dan bencana tsunami yang melanda Aceh. Kondisi ini dikuatkan dengan keadaan institusi meunasah yang tidak mengikuti perkembangan teknologi informasi sehingga tidak mampu menjawab kebutuhan hidup generasi muda yang terikat dengan teknologi. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya modernisasi di lingkungan meunasah agar dapat memenuhi kebutuhan teknologi di kalangan generasi muda, sehingga meunasah tetap dapat difungsikan sebagai community center dalam menyiapkan generasi muda Aceh yang beriman dan berkemajuan.
Published: 19 July 2022
Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (jsai), Volume 3, pp 96-110; https://doi.org/10.22373/jsai.v3i2.1754
Abstract:
This study aims to explain the factors that initiated the emergence and development of the Salafi movement in Tanjungpinang city. This study uses qualitative methods with data collection techniques using interviews and observations. The results of this study indicate that there are two factors driving the development of the Salafi movement in Tanjungpinang, that are; (a) The establishment of the Nashrussunnah Foundation as a manifestation of the success of Salafi da'wah in accessing and redistributing resources, and (b) Opening up space for da'wah. Then, the efforts of Salafi members and their supporters to develop their social movements are by upholding civil liberties which are applied by inviting people to join an association that is quite exclusive. The Salafi movement is also trying to build a civil society that aims to avoid the bad effects of globalization and spiritual and moral degradation. Abstrak Kajian ini bertujuan untuk menjelaskan faktor yang memprakarsai munculnya dan berkembangnya gerakan Salafi di kota Tanjungpinang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat dua faktor pendorong berkembangnya gerakan dakwah Salafi di yaitu; (a) Berdirinya Yayasan Nashrussunnah sebagai wujud kesuksesan dakwah Salafi dalam mengakses dan meredistribusi sumber daya, dan (b) Terbukanya ruang dakwah. Kemudian, upaya anggota Salafi dan pendukungnya untuk mengembangkan gerakan sosialnya adalah dengan menjunjung tinggi kebebasan sipil yang diaplikasikan dengan mengajak masyarakat bergabung ke sebuah perkumpulan yang cukup eksklusif. Gerakan salafi juga berusaha membangun masyarakat sipil yang bertujuan untuk menghindari pengaruh buruk dari globalisasi dan degradasi spiritual maupun moral.
Published: 6 July 2022
Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (jsai), Volume 3, pp 82-95; https://doi.org/10.22373/jsai.v3i2.1792
Abstract:
This article aims to review Durkheim's concepts of division of labour and social solidarity, especially how social solidarity developed through the division of labour and how the interplay between the two gives rise to the functionality of the social system. This study, too, explains the relevance of such concepts to studying contemporary society. This study concludes that some underlying shortcomings need addressing without denying Durkheim's attempt to provide a sound methodological and theoretical foundation for sociology as a discipline. Durkheim's contention that the Division of labour forms social solidarity is deterministic and subscribes to the law of rigidity. Individuals' occupational function is seen as a determinant and therefore has nothing to do with human free will and individuals' subjectivity to meaning. It is a sort of reductionism because it eliminates the entire propensity of human nature. It reduces the conditions of society to that of the organism of a living being. As a result, it is tough to replicate Durkheim's solidarity model to explain the complex nature of current urban societies. Abstrak Artikel ini bertujuan untuk mendiskusikan konsep Durkheim tentang pembagian kerja dan solidaritas sosial, terutama bagaimana solidaritas sosial berkembang melalui pembagian kerja dan bagaimana interaksi antara keduanya memunculkan fungsi sistem sosial. Artikel ini juga menjelaskan relevansi konsep-konsep tersebut untuk mempelajari masyarakat kontemporer. Kajian ini menyimpulkan bahwa dalam konsep tersebut terdapat beberapa kekurangan mendasar perlu diatasi tanpa menyangkal fakta bahwa Durkheim telah memberikan landasan metodologis dan teoretis yang kuat untuk sosiologi sebagai suatu disiplin. Pendapat Durkheim bahwa pembagian kerja membentuk solidaritas sosial adalah deterministik dan menganut hukum kekakuan. Fungsi pekerjaan individu dipandang sebagai penentu dan karena itu tidak ada hubungannya dengan kehendak bebas manusia dan subjektivitas individu terhadap makna. Ini adalah semacam reduksionisme karena menghilangkan seluruh kecenderungan sifat manusia. Ia mereduksi kondisi masyarakat menjadi kondisi organisme makhluk hidup. Akibatnya, sulit untuk mengadaptasi model solidaritas Durkheim untuk menjelaskan sifat kompleks masyarakat perkotaan saat ini.
Published: 30 March 2022
Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (jsai), Volume 3, pp 69-81; https://doi.org/10.22373/jsai.v3i1.1687
Abstract:
This study examines the strategy of LABSA TV as an innovative medium for fostering religious moderation in the community. This study is qualitative research that includes a detailed (descriptive) description of the modes and activities of LABPSA TV and the phenomena in the field. Data collection techniques used observations and interviews with activists and beneficiaries of LABSA TV content. This study found that LABPSA TV's strategy and innovation in the campaign of religious moderation among young people had a significant influence in presenting the theme of religious moderation in the public sphere in general and the young generation of Aceh in a more specific segment. With different slogans in brotherhood and brothers in differences, LABSA TV is here as a solution for young people to sow seeds to balance differences. Abstrak Penelitian ini mengkaji strategi LABPSA TV sebagai media inovasi dalam menumbuhkan moderasi beragama di kalangan masyarakat. Kajian Ini menggunakan metode kualitatif yang mencakup gambaran rinci (deskriptif) tentang mode dan kegiatan LABPSA TV dan fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara dengan pegiat dan penerima manfaat konten LABPSA TV. Penelitian ini menemukan bahwa strategi dan inovasi LABSPA TV dalam kampanye moderasi beragama di kalangan anak muda memberi pengaruh yang cukup signifikan dalam menghadirkan tema moderasi beragama di ruang publik secara umum dan generasi muda Aceh dalam segmen yang lebih khusus. Dengan slogan berbeda dalam persaudaraan dan bersaudara dalam perbedaan, LABPSA TV hadir sebagai solusi untuk anak muda menebarkan benih-benih untuk menyeimbangkan perbedaan.
Published: 30 March 2022
Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (jsai), Volume 3, pp 55-68; https://doi.org/10.22373/jsai.v3i1.1658
Abstract:
This study aims to discuss tourism development within the framework of tourism politics, especially how tourism can change the power structure and values in a Tourist Destination Area (DTW). This study is a literature review with qualitative descriptive analysis. This study finds that tourism development patterns and processes answer conflicting values and interests; tourism can change the composition of power and values in a tourist destination in the form of domination as the exercise of power. Tourism grows and develops during political changes strongly influenced by space and time. The study of tourism politics has shown three key players in tourism development, namely the state, society, and market. Then capitalization and commodification arise as a result of the globalization of the tourism market or the internationalization of tourism. The placement of tourism in the capitalist space due to tourism politics will talk about who gets what, where it is obtained, and how to get it. Abstrak Artikel ini bertujuan untuk membahas pembangunan pariwisata dalam kerangka politik pariwisata, khususnya bagaimana pariwisata dapat mengubah struktur kekuasaan dan nilai-nilai di suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW). Penelitian ini merupakan studi literatur dengan analisis deskriptif kualitatif. Studi ini menemukan bahwa pola dan proses pengembangan pariwisata menjawab konflik nilai dan kepentingan; pariwisata dapat mengubah komposisi kekuasaan dan nilai-nilai dalam suatu daerah tujuan wisata berupa dominasi sebagai pelaksanaan kekuasaan. Pariwisata tumbuh dan berkembang pada masa perubahan politik yang sangat dipengaruhi oleh ruang dan waktu. Kajian politik pariwisata telah menunjukkan tiga pemain kunci dalam pembangunan pariwisata, yaitu negara, masyarakat, dan pasar. Kemudian kapitalisasi dan komodifikasi muncul sebagai akibat dari globalisasi pasar pariwisata atau internasionalisasi pariwisata. Penempatan pariwisata dalam ruang kapitalis karena politik pariwisata akan berbicara tentang siapa mendapat apa, dari mana diperoleh, dan bagaimana mendapatkannya.
Published: 30 March 2022
Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (jsai), Volume 3; https://doi.org/10.22373/jsai.v3i1.1585
Abstract:
This article aims to identify and describe the transformation process and the factors that change the activities of cannabis farmers to Palawija's farmers in the Lamteuba Aceh Besar. This study uses a qualitative approach and a descriptive method. This study's data collection techniques consisted of documentation, interviews, observation, and literature study. This study found that the transformation process of cannabis farmers into Palawija farmers occurred because of the good opportunities in Palawija crops, the availability of the location, the level of security, and the economic value of the Palawija crops. Factors that led to the transformation of cannabis farmers to Palawija's farmers in Gampong Lamteuba, among others, were due to bad experiences among farmers, government support through outreach activities, and awareness from the farmers themselves. Abstrak Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan proses transformasi dan faktor-faktor yang mengubah aktivitas petani ganja menjadi petani Palawija di Lamteuba Aceh Besar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data penelitian ini terdiri dari dokumentasi, wawancara, observasi, dan studi kepustakaan. Penelitian ini menemukan bahwa proses transformasi petani ganja menjadi petani Palawija terjadi karena adanya peluang yang baik pada tanaman palawija, ketersediaan lokasi, tingkat keamanan, dan nilai ekonomi tanaman palawija. Faktor penyebab terjadinya transformasi petani ganja menjadi petani Palawija di Gampong Lamteuba antara lain karena pengalaman buruk di kalangan petani, dukungan pemerintah melalui kegiatan sosialisasi, dan kesadaran petani itu sendiri.
Published: 30 March 2022
Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (jsai), Volume 3, pp 38-54; https://doi.org/10.22373/jsai.v3i1.1586
Abstract:
This article aims to see how the development of Bur Telege tourism began, how the community responded to Bur Telege tourism, and how it impacts the community around tourism locations. The research method used is a qualitative research method with a descriptive type of research. The power collection techniques used are interviews, observation, and documentation. The resource persons in this study were tourism managers, village heads, a village youth, and the community. The results of this study indicate that the formation of Bur Telege tourism originated from the idea of the village youth of Hakim Bale Bujang who was later supported by the community. The community response to this tourism development is very positive because this tour positively impacts the Hakim Bale Bujang community, such as easy access to their area, being economically empowered, and providing jobs for village youths who do not have permanent employment. Abstrak Artikel ini bertujuan untuk melihat bagaimana perkembangan pariwisata Bur Telege dimulai, bagaimana respon masyarakat terhadap pariwisata Bur Telege, dan bagaimana dampaknya terhadap masyarakat di sekitar lokasi wisata. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan daya yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Narasumber dalam penelitian ini adalah pengelola wisata, kepala desa, pemuda desa, dan masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terbentuknya wisata Bur Telege berawal dari ide pemuda desa Hakim Bale Bujang yang kemudian didukung oleh masyarakat. Respon masyarakat terhadap pengembangan wisata ini sangat positif karena wisata ini memberikan dampak positif bagi masyarakat Hakim Bale Bujang, seperti akses mudah ke daerah mereka, pemberdayaan ekonomi, dan penyediaan lapangan pekerjaan bagi pemuda desa yang tidak memiliki pekerjaan tetap.
Published: 30 March 2022
Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (jsai), Volume 3, pp 19-37; https://doi.org/10.22373/jsai.v3i1.1584
Abstract:
This study aims to determine the teacher-student network that forms the social circle of Abu Lueng Angen and the socio-religious role of Abu Lueng Angen in North Aceh. This study uses qualitative research methods and data collection techniques through interviews, observation, and documentation. The results showed that Abu Lueng Angen was a charismatic ulama and became one of the Ulama in North Aceh. The Teacher-Student Network that formed the social circle of Abu Lueng Angen began when Abu studied with Acehnese ulemas, then teach, and later created a network of teacher-student Abu Lueng Angen in the Aceh area. The socio-religious role of Abu Lueng Angen is the nature of responsibility as a Dayah leader in Krueng Lingka Village, which later gave birth to many generations of ulama in Aceh. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jaringan guru-murid yang membentuk lingkaran sosial Abu Lueng Angen dan peran sosial keagamaan Abu Lueng Angen di Aceh Utara. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Abu Lueng Angen adalah seorang ulama yang kharismatik dan menjadi salah satu ulama di Aceh Utara. Jejaring Guru-Siswa yang membentuk lingkaran sosial Abu Lueng Angen berawal ketika Abu belajar dengan ulama Aceh terdahulu dan kemudian mengajar, kemudian membuat jaringan guru-murid Abu Lueng Angen di wilayah Aceh. Peran sosial keagamaan Abu Lueng Angen adalah sifat tanggung jawab sebagai pemimpin Dayah di Desa Krueng Lingka, yang kemudian melahirkan banyak generasi ulama di Aceh.