Results in Journal Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis: 217
(searched for: journal_id:(4243786))
Published: 11 August 2015
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 1, pp 99-107; https://doi.org/10.33772/jitro.v1i1.366
Abstract:
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi peternak terhadap kinerja penyuluh dalam pengembangan teknologi pengolahan jerami padi dan limbah ternak sapi potong. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Mattirosompe, Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan. Penentuan sampel peternak sebagai responden dari populasi peternak ditentukan secara acak pada masing-masing desa, dengan jumlah responden sebanyak 64 peternak. Data primer diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner dan focus group discussion.Indikator untuk mengukur kinerja penyuluh mengacu berdasarkan responsivitas, responsibilitas, dan kualitas layanan. Hasil penelitian menunjukkan persepsi peternak terhadap materi, metode dan media penyuluhan dalam rangka pengembangan teknologi pengolahan jerami padi sebagai pakan dan limbah ternak sapi sebagai biogas dan pupuk telah sesuai kebutuhan peternak, materi penyuluhan yang disampaikan adalah materi yang aktual dan mudah dipahami oleh peternak, media dan metode penyuluhan yang dilakukan telah sesuai dengan materi penyuluhan yang diberikan oleh penyuluh. Sebagian besar penyuluh memberikan materi berkaitan dengan pakan sapi potong (73,4%), diikuti oleh materi pengelolaan limbah ternak (60,9%), penyakit dan perkandangan, reproduksi, dan lainnya. Kata Kunci : Persepsi Peternak, Kinerja Penyuluh, Pengolahan
Published: 11 August 2015
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 1, pp 88-98; https://doi.org/10.33772/jitro.v1i1.365
Abstract:
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis lembaga saluran dan pemasaran, untuk mengetahui bagian dari harga yang diterima oleh petani broiler dan lembaga pemasaran, untuk menganalisis tingkat marjin pemasaran petani broiler, tingkat lembaga pemasaran dan konsumen dengan tingkat pendapatan petani broiler.. Bahan penelitian adalah baik petani broiler mitra atau tidak miter untuk perusahaan dengan kapasitas produksi antara 2,500-4,000 ekor. Metode penelitian ini adalah penelitian survei. Sedangkan untuk menentukan lokasi penelitian dengan menggunakan purposive sampling dan mengambil 35 responden terdiri 5 petani broiler dan 30 pedagang perantara dengan menggunakan purposive. Tabulasi data diperoleh dan dianalisis dengan memasarkan margin dan tingkat broiler pendapatan petani yang menguraikan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saluran broiler pemasaran di Kota Kendari yang terlibat 4 jenis dengan dua lembaga pemasaran yang terlibat: pedagang pengumpul dan pedagang pengecer, bagian dari harga yang diterima petani broiler dari konsumen terakhir adalah 68,8% sedangkan bagian dari harga yang diterima lembaga pemasaran adalah 31,2%, marjin pemasaran pada harga broiler dari petani broiler ke konsumen terakhir adalah Rp.14.150 ekor-1 (penjualan broiler di tingkat peternak broiler adalah Rp.31.200 ekor-1, petani broiler untuk kolektor pedagang adalah Rp. 9.000 ekor-1 dan pedagang pengumpul ke pengecer adalah 5.150 ekor-1) dan tingkat pendapatan petani broiler di Kota Kendari itu Rp.17.046.139 siklus 1 atau Rp.5.013 ekor-1 cycle- 1. Kata kunci: Pemasaran, Pendapatan, Broiler, Pemasaran Margin
Published: 11 August 2015
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 1, pp 79-87; https://doi.org/10.33772/jitro.v1i1.364
Abstract:
ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya tahan membran plasma spermatozoa kambing Peranakan Etawa (PE) dalam larutan NaCl dengan konsentrasi berbeda. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo, pada bulan Juni 2013 sampai November 2013. Epididimis dikoleksi dari rumah pemotongan dan spermatozoa dikoleksi dari epididimis menggunakan metode penyayatan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan. Perlakuan tersebut terdiri dari NaCl 0.7% (T1), NaCl 0.8% (T2), NaCl 0.9% (T3), NaCl 1.0% (T4) dan NaCl 1.1%. Evaluasi membran plasma utuh spermatozoa menggunakan Hypo-osmotic Swelling Test (HOS-test). Data hasil penelitian ditransformasi kedalam arcsin sebelum dianalisis menggunakan analisis varian, perbedaan antara perlakuan dianalisis dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil penelitian ini menunjukan rata-rata membran plasma utuh berbeda sangat nyata (P>0,01), yaitu T3 (87.92%), T4 (87.60%), T2 (85.17%), T1 (78.53%), dan T5 (75.79%). konsentrasi larutan NaCl 0.9% merupakan medium terbaik untuk mempertahankan keutuhan membrane plasma spermatozoa epididimis kambing PE.Kata Kunci: Kambing PE, Spermatozoa Epididimis, Membran Plasma Utuh.
Published: 11 August 2015
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 1, pp 70-78; https://doi.org/10.33772/jitro.v1i1.363
Abstract:
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status gizi sapi perah laktasi didasarkan pada konsentrasi NEFA (nonesterified Asam Lemak), albumin, kalsium, dan fosfor dalam plasma. Tiga puluh dua sapi perah kepala di periode menyusui kedua digunakan untuk up mengambil plasma darah. Uji t dan regresi sama digunakan untuk berbagai penentu dari konsentrasi. Hasil pengamatan yang berarti dan berbagai konsentrasi NEFA 0.17 mEq.L-1 dan 0,11-0,22 mEq.L-1, albumin 2.69 g% dan 2,51-2,87 g%. Kemudian, mean dan berbagai konsentrasi kalsium plasma 9.39 mg% dan 8,90-9,88 mg%, 8.60 dan 8,10-9,10 mg% dari konsentrasi fosfor plasma. Regresi sama berat plasma NEFA (Y) tubuh (X1), produksi susu (X2) adalah Y = 0,163 X1 + 0,215 X2 (R2 = 11,2%, P> 0,05). Regresi sama plasma albumin (Y), berat badan (X1), produksi susu (X2) adalah Y = 0,197 X1 + 0,006 X2 (R2 = 12,3%, P> 0,05). Regresi sama plasma kalsium (Y), berat badan (X1), produksi susu (X2) adalah Y = -0,099 X1 + 0,389 X2 (R2 = 11,9%, P> 0,05), plasma fosfor (Y), berat badan (X1 ), produksi susu (X2) adalah Y = 0.72 X1 + 0,394 X2 (R2 = 19,2%, P> 0,05). Oleh karena itu, cadangan energi (konsentrasi NEFA), kalsium dan fosfor dalam plasma yang paling persyaratan untuk peningkatan produksi susu. Kata kunci: NEFA, status gizi, laktasi, sapi perah, produksi susu
Published: 11 August 2015
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 1, pp 63-69; https://doi.org/10.33772/jitro.v1i1.362
Abstract:
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peningkatan serat kasar dengan penggunaan daun murbei terhadap persentase bobot saluran pencernaan broiler. Seratus ekor DOC (day old chick) broiler, daun murbei, cairan rumen dan bahan pakan lainnyadigunakan dalam penelitian dengan rancangan acak lengkap 5 perlakuan yaitu T0 (kontol), T1 (penggunaan 10% daun murbei), T2 (10% daun murbei fermentasi), T3 (20% daun murbei) dan T4 (20% daun murbei fermentasi) serta 4 ulangan. Parameter yang diamati berupa persentase bobot saluran pencernaan (tembolok, proventrikulus, gizzard, hati, pangkreas, usus halus, sekum). Hasil penelitian menunjukan peningkatan serat kasar dengan 10% dan 20% daun murbei (fermentasi dan tidak fermentasi) tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap bobot tembolok, proventiculus, hati dan pangkreas. Tetapi berpengaruh nyata (P
Published: 11 August 2015
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 1, pp 54-62; https://doi.org/10.33772/jitro.v1i1.361
Abstract:
Abstrak Hijauan adalah bahan pakan ternak yang diperoleh dari rumput termasuk legum yang harus tersedia secara berkelanjutan baik kualitas dan kuantitas. Ketersediaan hijauan bervariasi tergantung pada lokasi, cuaca, musim, kualitas tanah dan sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis dari hijauan yang terdapat pada areal sawah dan tanaman palawija. Metode yang digunakan adalah herbarium hijauan dengan mengeksplorasi koleksi pada herbarium berdasarkan metode Stone (1983). Hasil identifikasi menunjukan lokasi areal persawahan dan areal palawija memiliki 35 jenis vegetasi yang terdiri atas 16 jenis rumput, 6 jenis legum dan 12 jenis rumba. Jenis hijauan yang mendominasi areal persawahan dan palawija adalah rumput dengan persentasi 79,34%, diikuti oleh legum 7,38% dan rumba 13,28%. Jenis rumput yang paling dominan adalah jenis Paspalum Sp. Kata kunci : Hijauan, Sawah, Palawija
Published: 11 August 2015
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 1, pp 45-53; https://doi.org/10.33772/jitro.v1i1.360
Abstract:
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan minyak ikan lemuru dalam ransum sebagai upaya untuk meningkatkan karakteristik folikel, siklus ovulasiserta mencari taraf optimal minyak ikan lemuru dalam ransum. Penelitian dilakukan di Balebat Farm, Desa Sukorejo, Kabupaten Kendal.Materi yang digunakan 180 ekor ayam petelur umur 22 minggu dengan bobot awal rata-rata 1.745,2 ± 8,26 %. Ransum yang digunakan disusun berdasarkan isoprotein. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan yang terdiri atas R0 ; ransum dasar tanpa penambahan minyak ikan lemuru, R1 : ransum dasar + minyak ikan lemuru 1,5 %; R2 : ransum dasar + minyak ikan lemuru 3 %; R3 : ransum dasar + minyak ikan lemuru 4,5 %; R4 : ransum dasar + minyak ikan lemuru 6 %. Setiap perlakuan diulang 6 kali, dan setiap unit percobaan diisi 6 ekor ayam periode layer. Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan analisis ragam dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan minyak ikan lemuru dalam ransum berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap karakteristik folikel yang meliputi bobot ovarium dan folikel serta dan jumlah bobot folikel dengan diameter ≥ 1 cm. Hasil analisis menunjukkan bahwa penambahan minyak ikan lemuru dalam ransum berpengaruh nyata (P
Published: 11 August 2015
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 1, pp 32-44; https://doi.org/10.33772/jitro.v1i1.359
Abstract:
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya tetas dan lama menetas telur ayam tolaki pada mesin tetas dengan sumber panas yang berbeda. Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan di kandang pembibitan Fakultas Peternakan UHO. Ayam tolaki yang digunakan terdiri atas 5 ekor jantan dan 15 ekor betina umur sekitar 20 bulan. Perkawinan ayam dilakukan dengan cara IB. Parameter yang diamati adalah: fertilitas, daya hidup embrio, daya tetas, bobot tetas dan lama menetas. Hasil penelitian menujukkan: (1) rataan fertilitas telur ayam tolaki pada mesin tetas PL adalah 58,57% dan mesin tetas PLM adalah 46,88%, namun kedua mesin tetas secara statistik tidak berbeda nyata, (2) rataan DHE pada mesin tetas PL adalah 96,67% dan mesin tetas PLM adalah 89,58%, (3) rataan daya tetas pada mesin tetas PL adalah 45,61% dan mesin tetas PLM adalah 64,81%, (4) rataan bobot tetas, pada mesin tetas PL adalah 26,47 g, sedangkan mesin tetas PLM 26,96 g, dan (5) lama menetas telur pada mesin tetas PL adalah 21.05 hari dan PLM adalah 21,09 hari. Secara statistik, penggunaan mesin tetas dengan sumber panas berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati.Mesin tetas dengan sumber panas berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap fertilitas, DHE, daya tetas, bobot tetas dan lama menetas telur ayam tolaki. Untuk meningkatkan daya tetas direkomendasikan menggunakan mesin tetas dengan sumber panas kombinasi listrik dan lampu minyak. Kata Kunci : Fertilitas, DHE, Fertilitas Lama Menetas, Mesin Tetas dan Ayam Tolaki.
Published: 11 August 2015
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 1, pp 23-31; https://doi.org/10.33772/jitro.v1i1.358
Abstract:
ABSTRAK Gen Toll-like Receptor 4 (TLR4) adalah salah satu gen yang mengontrol ketahanan ayam terhadap serangan Salmonella sp, melalui respon immun non-specific. Gen ini dapat digunakan sebagai marka genetik pada ayam. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan mengevaluasi polimorfisme genetik gen TLR4 pada beberapa jenis ayam (Ayam Tolaki, Ayam Ras pedaging dan petelur). Total sampel sebanyak 126. Penelitian ini melalui 3 tahapan yakni ekstraksi DNA, amplifikasi PCR (dengan ukuran DNA 220 pb pada ekson 2), dan metode RFLP menggunakan enzim MscI. Hasil penelitian menunjukkan gen TLR4 | MscI bersifat polimorfik pada semua jenis ayam. Diperoleh 2 alel (A dan G). Frekuensi alel G (membawa sfat resisten) pada ayam Tolaki, Ras pedaging, dan petelur masing-masing 0.77, 0.87 dan 0.20. Nilaix2menunjukkan genTLR4|MscI berada dalan keseimbangan Hardy-Weinberg dengan Ho dan He 0,31 dan 0,29. Nilai PIC 0,25 termasuk kategori medium. Gen TLR4| MscI dapat digunakan sebagai marka genetik sifat ketahanan ayam Tolaki terhadap infeksi Salmonellasp. Keywords : Polimorfik, Gen TLR4, Salmonella sp., Non-Specific Immune Response
Published: 11 August 2015
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 1, pp 16-22; https://doi.org/10.33772/jitro.v1i1.357
Abstract:
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecernaan bahan kering dan bahan organik campuran rumput mulato dan jenis legum yang berbeda (daun sengon, daun lamtoro, dan daun gamal) yang diuji secara in vitro. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Masing-masing perlakuan tersebut ialah R1 (rumput mulato 50% + daun sengon 50% + cairan rumen 8 ml) R2(rumput mulato 50% + daun lamtoro 50% + cairan rumen 8 ml)R3 (rumput mulato 50% + daun gamal 50% + cairan rumen 8 ml). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA). Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa campuran rumput mulato dan jenis legum yang berbeda tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik. Kata Kunci : Legum Mulato, Rumput Campuran, Cairan Rumen
Published: 11 August 2015
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 1, pp 9-15; https://doi.org/10.33772/jitro.v1i1.356
Abstract:
ABSTRAK Salah satu variabel penentu dalam mengukur perkembangan populasi ternak di suatu wilayah adalah jumlah kelahiran anak ternak. Pada ternak kambing dan domba, produktivitas seekor induk dapat diketahui dengan menggunakan indikator nilai panen cempe. Informasi tentang nilai panen cempe, khususnya ternak Kambing Kacang di Kabupaten Konawe Utara masih kurang sehingga perlu dilakukan penelitian untuk memperoleh data tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai panen cempe Kambing Kacang di Kabupaten Konawe Utara. Lokasi penelitian ditentukan dengan menggunakan dua metode, yaitu metode stratified sampling dan purposive sampling. Sedangkan penentuan responden pada desa terpilih digunakan metode sensus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rataan panen cempe Kambing Kacang di Kabupaten Konawe Utara adalah 167,71% dengan interval kelahiran sebesar 8,61 bulan dan jumlah anak sekelahiran sebesar 1,36 ekor, sedangkan mortalitasnya mencapai 13,96%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah produktivitas ternak Kambing Kacang di Kabupaten Konawe Utara masih cukup baik berdasarkan variable nilai panen cempenya. Kata Kunci: Kambing Kacang, Cempe, Kid Crop, Konawe Utara.
Published: 11 August 2015
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 1, pp 1-8; https://doi.org/10.33772/jitro.v1i1.355
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mencari metode yang efektif dalam teknik ekstraksi DNA dari gen Mx (Myxovirus) ayam Tolaki. Gen Mx adalah gen yang bertanggungjawab terhadap kemampuan ayam untuk mertespon serangan penyakit viral seperti penyakit Flu Burung dan New Castle Disesase. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April sampai dengan bulan Agustus 2013. Sampel penelitan terdiri atas 25 ekor ayam Tolaki dewasa, yang diperoleh dari pemeliharaan secara ekstensif oleh masyarakat di Kabupaten Konawe. Penelitian ini menggunakan kedua metode ekstraksi DNA yakni metode ekstraksi DNA secara konvensional dan metode Kit ekstraksi DNA. Selanjutnya hasil ekstraksi DNA diamplifikasi menggunakan mesin PCR. Produk DNA kedua metode tersebut kemudian dibandngkan dan dianalisis secara kualitatif. Secara umum kedua metode tersebut cukup efektif untuk menghasilkan kualitas DNA gen Mx yang baik. Ekstraksi DNA gen Mx dari kedua metode tersebut menghasilkan ukuran DNA dengan panjang 299 pb. Kata Kunci : Gen Mx, Ayam Tolaki, Ekstraksi DNA, PCR
Published: 25 April 2016
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 2, pp 62-67; https://doi.org/10.33772/jitro.v2i1.831
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Dedak Padi Fermentasi terhadap Pertumbuhan Ayam Broiler. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2013 bertempat dikandang Ayam Broiler Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo, Kendari, Penelitian ini menggunakan 48 ekor DOC (day old chick) broiler unsexed strain avian CP707 produksi PT. Charoen Phokhpand Makassar yang dibagi ke 12 petak kandang dan masing-masing petak berisi 4 ekor DOC. Ada empat konsentrasipenggunaan dedak padi fermentasi yang diterapkan dalam percobaan ini yaitu: 0% dedak padi fermentasi dalam ransum komersial (R0), 5% dedak padi fermentasi dalam ransum komersial (R1), 10% dedak padi fermentasi dalam ransum komersial (R2), dan 15% dedak padi fermentasi dalam ransum komersial (R3). Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan dedak padi fermentasi dalam ransum komersial tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum. Penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan dedak padi fermentasi dalam ransum komersial pada taraf 15% dapat diberikan pada ayam broiler mulai umur 2 minggu tanpa berpengaruh negatif pada konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum. Kata Kunci: Ayam Broiler, Dedak padi fermentasi, Konsumsi ransum, PBB, ABSTRACT
Published: 15 January 2015
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 2, pp 53-61; https://doi.org/10.33772/jitro.v2i1.1078
Abstract:
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji pengaruh lokasi otot dan bahan pengisi terhadap kualitas kimia sosis sapi. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola faktorial. Faktor pertama (A) adalah BF (A1), LD (A2) dan PP (A3). Faktor kedua (B) adalah 10% (B1), 20% (B2) dan 30% (B3). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Hasil penelitian menunjukan, interaksi lokasi otot dengan bahan pengisi berpengaruh yang sangat nyata (p0,05) terhadap kualitas organoleptik. Secara mandiri lokasi otot berpengaruh sangat nyata (p0,05) terhadap citarasa sosis. Secara mandiri bahan pengisi memberikan pengaruh sangat nyata (p0,05) terhadap warna dan citarasa sosis sapi. Dapat disimpulkan interaksi lokasi otot dan bahan pengisi pada kualitas kimia, perlakuan pectoralis profundus (PP) dengan bahan pengisi 10%, baik digunakan dalam pembuatan sosis karena mengandung lemak yang rendah dan protein yang tinggi serta kualitas organoleptik yaitu longissimus dorsi (LD) dengan bahan pengisi 10% dilihat dari tingkat kesukaan panelis. Kata kunci: Lokasi otot, Pengisi, Organoleptik, Sosis.
Published: 10 January 2015
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 2, pp 46-52; https://doi.org/10.33772/jitro.v2i1.1077
Abstract:
Penelitian bertujuan untuk memanfaatkan hasil sampingan karkas sapi dan meningkatkan nilai guna serta mengevaluasi tingkat kesukaan konsumen melalui uji nilai kesukaan dan uji fisik. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Haluoleo, Kendari pada bulan Februari sampai bulan Maret 2012. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap, 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan terdiri atas N1= daging ayam ras petelur afkir 100% dan otak sapi 0%, N2= daging ayam ras petelur afkir 90% dan otak sapi 10%, N3= daging ayam ras petelur afkir 80% dan otak sapi 20%, dan N4= daging ayam ras petelur afkir 70% dan otak sapi 30%. Variabel penelitian meliputi uji fisik (pH dan susut masak) dan uji sensorik (warna, aroma, tekstur, rasa, keempukan dan penampakan umum). Hasil penelitian menunjukan pengaruh yang nyata (p0,05) terhadap nilai kesukaan nugget. Otak sapi dapat digunakan hingga 30% dalam pembuatan nugget daging ayam petelur afkir. Kata kunci: Nugget, Kualitas fisik, Tingkat kesukaan, Daging ayam dan Otak sapi
Published: 5 January 2015
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 2, pp 39-45; https://doi.org/10.33772/jitro.v2i1.1076
Abstract:
Penelitian ini bertujuan mengkaji kualitas fisik dan mikrobiologi karkas ayam broiler dibeberapa pasar di Kota Kendari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna sampel karkas ayam broiler bagian dada pada pasar Mandonga dan Kota sangat pucat 1,62 dan 1,50 sedangkan pasar Bonggoeya pucat (2,25). Warna sampel karkas ayam broiler bagian paha pada pasar Mandonga sangat pucat (1,62), pasar Kota pucat (2,25) dan pasar Bonggoeya agak pucat (3). Susut masak karkas bagian dada pada pasar Kota (13,85%), pasar Mandonga (19,72%) dan Bonggoeya (28,43%). Susut masak karkas ayam broiler pada bagian paha pasar Kota sebesar (17,42%) dan pasar Mandonga sebesar (26,62%). Rataan pH sampel karkas ayam broiler bagian dada pada pasar Mandonga (6,33), Kota 5,98 dan Bonggoeya (6,25). Sedangkan rataan pH sampel karkas ayam broiler bagian paha pada pasar Mandonga (6,40), Kota (6,40) dan Bonggoeya (6,53). Rataan TPC tertinggi karkas ayam broiler bagian dada yang berasal dari pasar Kota yakni (1,98 x 106 koloni/g), sedangkan tingkat cemaran terendah terdapat pada sampel yang berasal dari pasar Mandonga yakni (1,25 x 106 koloni/g). Jumlah koloni TPC karkas ayam broiler bagian paha pada pasar Kota 3,08 x106 koloni/g dan pasar Bonggoeya (1,99 x 106 koloni/g). E. coli Karkas ayam broiler bagian dada pada pasar Mandonga (3,45 x 101 koloni/g), dan pasar Bonggoeya (3,12 x 101 koloni/g, sedangkan karkas ayam broiler bagian paha terdapat di pasar Kota (3,99 x 101 koloni/g), dan pasar Bonggoeya (3,12 101 koloni/g) dan pasar Mandonga (3,66 x101 koloni/g). Jumlah koloni S. aureus karkas ayam broiler bagian dada di pasar Kota (5,42 x 101 koloni/g), Mandonga dan Bonggoeya yakni (3,93 x 101 koloni/g). Sedangkan karkas ayam broiler bagian paha pada pasar Kota 3,93 x 101 koloni/g dan pasar Bonggoeya (3,27 x101 koloni/g), pasar Mandonga (3,12 x 101 koloni/g). Kata kunci: Karkas ayam broiler, Pasar tradisional, Kualitas fisik, Mikrobiologi
Published: 26 April 2016
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 2, pp 28-38; https://doi.org/10.33772/jitro.v2i1.1075
Abstract:
Ayam Tolaki merupakan ayam lokal Konawe, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari Sifat fenotip dan genetik pada pertumbuhan ayam Tolaki. Dari 5 kelompok perkawinan 5 ekor pejantan dan 15 ekor induk masing-masing kelompok 1 ekor pejantan dengan 3 ekor induk dihasilkan 144 ekor anak ayam Tolaki yang terdiri dari (78 ekor jantan dan 66 ekor betina), yang diberi pakan secara adlibitum. Pengamatan meliputi :, Komponen variansi digunakan untuk mengistimasi nilai-nilai genetik (heritabilitas) sifat pertumbuhan ayam Tolaki. Hasil penelitian menunjukan pertumbuhan ayam jantan lebih cepat dibandingkan ayam betina . kemampuan sifat pertumbuhan ayam Tolaki berdasarkan komponen variansi jantan, betina dan variansi induk cukup berfluktuasi. Pewarisan sifat pertumbuhan berdasarkan komponen variansi jantan (ĥ2s) tinggi pada umur 0 sampai 12 minggu dan bernilai positif Kata kunci : Genetik, Heritabilitas, Ayam Tolaki dan Pertumbuhan
Published: 23 January 2015
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 2, pp 21-27; https://doi.org/10.33772/jitro.v2i1.3784
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari pemberian kunyit (3%), bawang putih (5%) dan mineral zink (180 ppm) terhadap kadar kolesterol darah broiler.Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pakan Terpadu Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin dengan menggunakan DOC sebanyak 100 ekor broiler dari Strain Arbor Acres 707, dibagi ke dalam 5 perlakuan dan 4 ulangan yang setiap perlakuan terdiri atas 5 ekor. Data yang diperoleh dianalisis statistik dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan diuji lanjut dengan uji ortogonal kontras. Ransum perlakuan R0 (ransum jadi atau kontrol), R1 (ransum jadi + serbuk bawang putih 5% + serbuk kunyit 3%, R2 (ransum jadi + serbuk bawang putih 5% + ZnO 180 ppm), R3 (ransum jadi + serbuk kunyit 3% + ZnO 180 ppm), R4 (ransum jadi + serbuk bawang putih 5% + serbuk kunyit 3% + ZnO 180 ppm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian serbuk bawang putih, kunyit dan mineral zink dalam pakan menurunkan terhadap parameter kadar kolesterol darah. Kombinasi serbuk bawang putih (5%) dan ZnO (180 ppm) pada perlakuan R2 efektif menurunkan kadar kolesterol total, LDL, trigliserida dan meningkatkan kadar HDL dalam darah.Kata kunci : Kunyit, Bawang putih, Zink, Kolesterol darah.
Published: 23 January 2015
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 2, pp 14-20; https://doi.org/10.33772/jitro.v2i1.3783
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk olahan daging dengan kualitas yang lebih baik dan untuk mengevaluasi daya suka konsumen terhadap bakso daging sapi dengan penambahan level tepung sagu yang berbeda melalui uji fisik dan organoleptik telah dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Haluoleo Kendari pada bulan Januari 2013. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap yaitu 3 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang dilakukan adalah penambahan tepung sagu dengan level 15% (P1), 25% (P2) dan 35% (P3). Variabel penelitian meliputi susut masak dan kualitas organoleptik (rasa, aroma, warna, tekstur dan keempukan). Hasil penelitian diperoleh bahwa penambahan tepung sagu 25% dan 35% menghasilkan susut masak yang lebih rendah daripada penambahan tepung sagu 15%. Penambahan tepung sagu 15% dan 25% menghasilkan rasa dan keempukan yang lebih baik daripada penambahan tepung sagu 35%. Aroma bakso memiliki rataan skor 3 (cukup disukai), warna bakso memiliki rataan skor 3 (agak abu-abu) dan tekstur bakso memiliki rataan skor 3 yang dikategorikan (agak kasar). Disimpulkan bahwa penambahan level tepung sagu yang berbeda mempengaruhi susut masak (p
Published: 12 January 2015
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 2, pp 1-13; https://doi.org/10.33772/jitro.v2i1.3782
Abstract:
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik habitat burung maleo di TNRAW, yang berlangsung pada bulan Maret-April 2013 di Resort Langkowala Desa Watu-watu, kecamatan Lantari Jaya, TNRAW Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. Survei lapangan dilakukan untuk mengamati kondisi habitat maleo, mengidentifikasi flora dan fauna, mengambil sampel yang diperlukan untuk pengamatan laboratorium dan melakukan wawancana langsung dengan petugas TNRAW dan masyarakat di sekitar lokasi pengamatan. Pengamatan suhu dan kelembaban udara dilakukan 3 kali sehari, yaitu pagi, siang dan sore hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) bahwa habitat burung maleo di kedua lokasi terdiri dari pohon-pohon dengan ketinggian yang berkisar antara 15-30 meter dan semak belukar, tetapi kedua lokasi memiliki perbedaan jenis dan jumlah vegetasi, (2) pada lokasi pertama, kedalaman lubang bertelur rata-rata 43.33 cm dan lokasi kedua rata-rata 42.66 cm, (3) pada pukul 08.00, sarang bertelur maleo di lokasi pertama memiliki temperatur 28,930C dengan kelembaban 94,75%, sedangkan lokasi kedua adalah 29,960C, dengan kelembaban 94,04%. Pada pukul 13.00, temperatur di dua lokasi bertelur tidak jauh berbeda, yaitu sekitar 31,86oC, dengan kelembaban 94%. Pada pukul 17.00, di lokasi peneluran pertama memiliki temperatur sekitar 32,110C dengan kelembaban 93,98%, sedangkan pada lokasi kedua adalah 31,970C, dengan kelembaban 93,59%.Secara umum dapat disimpulkan bahwa karakteristik habitat burung maleo di TNRAW dicirikan oleh adanya pepohonan dengan tinggi berkisar 15–30 meter dan semak belukar. Disamping itu, tekstur tanah yang dominan adalah berpasir, dengan kedalaman lubang peneluran berkisar 35–55 cm dan rata-rata 43 cm.Kata kunci : maleo, karateristik habitat, TNRAW
Published: 15 May 2014
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 2, pp 70-78; https://doi.org/10.33772/jitro.v2i2.3816
Abstract:
This study has conducted four weeks in Laboratory of Animal Nutrition Department of Animal Science, Faculty of Animal Science, Haluoleo University, Kendari. The treatments R0 = rations based feed’s non fermented, R1 = rations based 40% rice bran fermented (RBF), R2 = rations based 45% RBF, R3 = rations based 50% RBF, R4 = rations based 55% RBF, R5 = rations based 60% RBF. The experimental design used a randomized block design (RBD) with 5 treatments and 4 groups. The results showed that dry matter digestibility (DMD) of R1, R2, R5 higher than R0 (94,17%, 90,98%, 91,04% vs 88.60%). In contrast, DMD of R3 and R4 lower than R0 (80,90% and 80,89% vs 88,60%). Organic matter digestibility (OMD) of R0 lower than R1, R2, R3, R4 and R5 ( 62,58% vs 90,32%, 90,55%, 90,78%, 91,15% and 90,41%). In contrast, OMD of R4 higher than R1, R2, R3, R5 and R0 (91,41% vs 90,32%, 90,55%, 90,78%, 90,41% and 62,58%). Ammonia (NH3) concentrations of R1, R2, R3, R4 and R5 higher than R0 (8,20 mM, 5,40 mM, 8,67 mM, 7,22 mM and 7,42 mM vs 3,20 mM). The conclusion of this study was FBR based 40%, 45%, 50%, 55% and 60% RBF feasible to ruminant’s feed.Keywords : Feed’s Fermented, Digestibility, Dry Matter, Organic Matter, Ammonia.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan mengevaluasi kelayakan penggunaan ransum berbasis pakan fermentasi untuk ternak ruminansia berdasarkan kecernaan bahan kering dan bahan orgaik serta protein secara In Vitro. Penelitian ini dilaksanakan selama empat minggu di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Haluoleo, Kendari. Perlakuan yang dicobakan adalah R0= ransum berbasis pakan non fermentasi (kontrol), R1= ransum berbasis dedak padi fermentasi 40%, R2= ransum berbasis dedak padi fermentasi 45%, R3= ransum berbasis dedak padi fermentasi 50%, R4= ransum berbasis dedak padi fermentasi 55%, R5= ransum berbasis dedak padi fermentasi 60%. Rancangan percobaan yang digunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 4 kelompok. Hasil analisis ragam menunjukkan kecernaan bahan kering ransum berbasi dedak padi fermentasi 40%, 45%, dan 60% lebih tinggi dibanding dengan ransum berbasis pakan non fermentasi (94,17%; 90,98% dan 91,04% dibanding dengan 88,60%). Sebaliknya, ransum berbasis dedak padi fermentasi 50% dan 55% lebih rendah dibanding dengan ransum berbasis pakan non fermentasi (80,90% dan 80,89% dibanding dengan 88,60%). Kecernaan bahan organik ransum berbasis pakan non fermentasi lebih rendah dibanding dengan ransum berbasis dedak padi fermentasi 40%, 45%, 50%, 55% dan 60% (62,58 % dibanding dengan 90,32 %, 90,55 %, 90,78 %, 91,15 % dan 90,41 % ). Sebaliknya kecernaan bahan organik ransum berbasis dedak padi fermentasi 55% lebih tinggi dibanding dengan ransum berbasis dedak padi fermentasi 40%, 45%, 50%, 60% dan kontrol (91,41% dibanding dengan 90,32%, 90,55%, 90,78%, 90,41% dan 62,58%). Konsentrasi amonia ransum berbasis dedak padi fermentasi 40%, 45%, 50%, 55% dan 60% lebih tinggi dibanding dengan ransum berbasis pakan non fermentasi (8,20 mM, 5,40 mM, 8,67 mM, 7,22 mM dan 7,42 mM dibanding dengan 3,20 mM). Kesimpulan bahwa ransum berbasis dedak padi fermentasi 40% hingga 60% layak digunakan untuk pakan ternak ruminansia.Kata kunci: Pakan Fermentasi, Kecernaan Bahan Kering, Kecernaan Bahan Organik, Amonia.
Published: 31 May 2015
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 2, pp 63-69; https://doi.org/10.33772/jitro.v2i2.3815
Abstract:
This research aims to know the efficiency of ration use of a male Bali cattle in substitution with tofu dregs and rice bran fermentation. This research was conducted during nine weeks in Nutrition and Animal Feed Laboratory of Animal Science Department of Animal Science Faculty, Halu Oleo University, Kendari, and in Alebo Village of Konda Subdistrict of South Konawe Regency. The treatments were R0 = concentrate without fermentation-based feed (control), R1 = rice bran fermnetation-based concentrate 50%, R2 = rice bran fermnetation-based concentrate 55%, R3 = rice bran fermnetation-based concentrate 60%. The experimental design used in this study was randomly group design with 4 traetments and 3 block/group. The result of variance analysis showed that dry matter concumption was not differ markedly (p>0,05), which justifies the dry matter concumption is average from the highest to the lowest is R1 (5,143 kg/cattle/day), R0 (5,063 kg/cattle/day), R3 (4,907 kg/cattle/day) and R2 (4,905 kg/cattle/day). The substitution tofu dregs know and rice bran fermentation to 60% in ration not effect real (p>0,05) addition average daily againt of a male Bali cattle, but in quantitative R3 rations give a good response better than R0, R1 and R2 (0,542 kg/cattle/day than 0,402 kg/cattle/day, 0,411 kg/cattle/day and 0,435 kg/cattle/day). While the efficiency of used R3 rations (10,888%) higher than R2 (9,027%), R1 (8,080%) and R0 (8,075%). Conclusion that in substitution tofu dregs and rice bran fermentation to 60% in rations can give a good the efficiency of ration used of a male Bali cattle.Key Words: Bali cattle, dry matter consumption, feed efficiency, rice bran fermentationABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi penggunaan ransum sapi Bali jantan yang disuntitusi dengan ampas tahu dan dedak padi fermentasi. Penelitian ini dilaksanakan selama sembilan minggu di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Haluoleo Kendari dan di desa Alebo kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan. Perlakuan yang dicobakan adalah R0= konsentrat berbasis pakan tanpa fermentasi (kontrol), R1= konsentrat berbasis dedak padi fermentasi 50%, R2= konsentrat berbasis dedak padi fermentasi 55% dan R3= konsentrat berbasis dedak padi fermentasi 60%. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan (blok/kelompok). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dengan subtitusi ampas tahu dan dedak padi fermentasi sampai 60% dalam ransum tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap pertambahan bobot badan sapi Bali jantan, akan tetapi secara kuantitaif ransum R3 memberikan respon yang lebih baik dibanding R0, R1 dan R2 (0,542 kg/ekor/hari dibanding 0,402 kg/ekor/hari, 0,411 kg/ekor/hari dan 0,435 kg/ekor/hari). Konsumsi bahan kering ransum tidak berbeda nyata (p>0,05), dimana rataan konsumsi bahan kering dari yang tertinggi sampai terendah adalah R1 (5,143 kg/ekor/hari), R0 (5,063 kg/ekor/hari), R3 (4,907 kg/ekor/hari) dan R2 (4,864 kg/ekor/hari). Sedangkan efisiensi penggunaan ransum R3 (10,888%) lebih tinggi dibandingkan R2 (9,027%), R1 (8,080%) dan R0 (8,075%). Kesimpulan bahwa subtitusi dedak padi fermentasi sampai 60% dalam ransum dapat memberikan efisiensi penggunaan ransum sapi Bali jantan yang lebih baik.Kata Kunci: Sapi Bali, PBB, Konsumsi bahan kering, Efisiensi ransum, Dedak padi fermentasi
Published: 15 May 2015
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 2, pp 54-62; https://doi.org/10.33772/jitro.v2i2.3814
Abstract:
This study aims to know the effect of addition of Drymoglosum pilloseloides flour on in vitro digestibility of consentrates made from fermentation feed. The treatments consist of concentrates ware added Drymoglosum pilloseloides flour 0% (R0), 0,05% (R1), 0,1% (R2), and 0,15% (R3). Experimental design was used completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 3 replications. This study was conducted during four weeks in Animal Science Department, of Animal Science Faculty, of Haluoleo University. The average of water content of each treatment was 15,50% ± 2,56% (R0), 16,17% ± 0,32% (R1), 17,80% ± 1,57% (R2) and 16,83% ± 1,58% (R3), ash content was 25,90% ± 0,72% (R0), 21,40% ± 0,52% (R1), 20,07% ± 0,25% (R2) and 18,50% ± 0,53% (R3), dry matter digestibility was 81,33% ± 1,00% (R0), 81,73% ± 0,49% (R1), 82,27% ± 0,91% (R2) and 81,40% ± 0,10% (R3), organic matter digestibility was 81,70% ± 1,31% (R0), 83,90% ± 1,59% (R1), 83,17% ± 0,90% (R2) and 82,50% ± 0,46% (R3). The result of analysis of variance not showed that addition of Drymoglosum pilloseloides flour 0%, 0,05%, 0,10% and 0,15% significant effect (P>0,05) on water content, dry matter digestibility and organic matter digestibility. While concentrates with addition of Drymoglosum pilloseloides flour 0%, 0,05%, 0,10% and 0,15% significant effect (P0,05) on water content, dry matter digestibility and organic matter digestibility. While concentrates with addition of Drymoglosum pilloseloides flour 0%, 0,05%, 0,10% and 0,15% significant effect (P
Published: 27 May 2015
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 2, pp 39-53; https://doi.org/10.33772/jitro.v2i2.3800
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas ternak Kambing Kacang berdasarkan nilai kid crop dan mortalitas anak Kambing Kacang baik di wilayah kepulauan maupun wilayah daratan Kabupaten Buton. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Siompu (mewakili wilayah kepulauan) dan di Kecamatan Lapandewa (mewakili wilayah daratan) Kabupaten Buton. Metode penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling, stratified sampling dan simple random sampling dan penentuan responden di setiap desa dilakukan secara sensus. Data penelitian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kid crop Kambing Kacang di Kecamatan Siompu sebesar 150,98% dan Kecamatan Lapandewa sebesar 159,84%. Kidding Interval Kambing Kacang di Kecamatan Siompu sebesar 8,2 bulan dan di Kecamatan Lapandewa sebesar 8,19 bulan. Di Kecamatan Siompu diperoleh rataan litter size sebesar 1,77 dan di Kecamatan Lapandewa sebesar 1,53. Jumlah cempe Kambing Kacang yang lahir di Kecamatan Siompu sebanyak 84 ekor (38 ekor jantan dan 46 ekor betina). Di Kecamatan Lapandewa jumlah cempe Kambing Kacang yang lahir sebanyak 68 ekor (37 ekor jantan dan 31 ekor betina). Persentase mortalitas cempe kambing Kacang di Kecamatan Siompu sebesar 22,61% dan di Kecamatan Lapandewa sebesar 11,76%. Dapat disimpulkan bahwa produktivitas dan reprodutivitas ternak Kambing Kacang baik di wilayah kepulauan maupun di wilayah daratan Kabupaten Buton masih sangat baik, namun, tingkat mortalitas cempe di wilayah kepulauan masih relatif tinggi.Kata Kunci: Kambing Kacang, Performans, Kid Crop, Mortalitas, Lapandewa, Siompu
Published: 27 May 2015
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 2, pp 30-38; https://doi.org/10.33772/jitro.v2i2.3799
Abstract:
Salah satu produk asal ternak yang memiliki angka konsumsi yang cukup tinggi berasal dari jenis unggas yaitu ayam broiler sehingga memerlukan penambahan aditif pakan berupa antibiotik kedalam ransum untuk meningkatkan pertumbuhan dan daya tahan tubuh ayam broiler. Akibat dari penggunaan antibiotik tersebut sehingga ditemukan residu antibiotik dalam pangan asal hewan khususnya ayam broiler. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya residu antibiotik golongan tetrasiklin, makrolida dan aminoglikosida dalam daging ayam broiler yang beredar di pasar tradisional Kota Kendari. Penelitian ini dilaksanakan dengan cara pengambilan sampel dari 3 pasar tradisional Kota Kendari dan sebanyak 5 sampel tiap pasar serta dianalisa Laboratorium Unit Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Haluoleo. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, hasilnya dianalisis secara deskriptif. Pengujian residu antibiotika menggunakan metode Bioassay. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 10 sampel ayam broiler mengandung residu antibiotik golongan tetrasiklin, 15 sampel golongan makrolida dan 9 sampel golongan aminoglikosida.Kata kunci: Residu, antibiotik, daging ayam broiler.
Published: 27 May 2015
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 2, pp 19-29; https://doi.org/10.33772/jitro.v2i2.3798
Abstract:
Penelitian ini dilakukan di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara pada Juli-Agustus 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis saluran dan lembaga pemasaran, untuk mengetahui bagian dari harga yang diterima petani broiler dan lembaga pemasaran, untuk menganalisis tingkat marjin pemasaran petani broiler, tingkat lembaga pemasaran dan konsumen dengan tingkat pendapatan broiler petani. Bahan penelitian adalah broiler petani mitra atau non mitra untuk perusahaan dengan kapasitas produksi antara 2.500 sampai 4. 000 ekor. Metode penelitian ini adalah penelitian survei. Sedangkan untuk menentukan lokasi penelitian ini dengan menggunakan purposive sampling dan mengambil 35 responden terdiri 5 petani broiler dan 30 pedagang perantara. Tabulasi data diperoleh dan dianalisis dengan marjin dan tingkat pendapatan petani broiler yang menguraikan secara deskriptif pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saluran pemasaran di Kota Kendari yang terlibat 4 jenis dengan dua lembaga pemasaran yang terlibat: pedagang pengumpul dan pedagang pengecer, bagian dari harga yang diterima peternak broiler dari konsumen terakhir adalah 68,8% sedangkan bagian dari harga yang diterima lembaga pemasaran adalah 31,2%, marjin pemasaran pada harga broiler dari petani broiler ke konsumen terakhir adalah Rp. 14,150 ekor-1 (penjualan broiler di tingkat peternak adalah Rp. 31,200 ekor-1, peternak ke pedagang pengumpul adalah Rp. 9.000 ekor-1 dan pedagang pengumpul ke pengecer adalah 5.150 ekor-1) dan tingkat pendapatan peternak di Kota Kendari sebesar Rp. 17.046.139 siklus-1 atau Rp. 5,013 ekor-1 siklus -1.Kata kunci: Pemasaran, Pendapatan, Broiler, Marjin pemasaran
Published: 27 May 2015
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 2, pp 10-18; https://doi.org/10.33772/jitro.v2i2.3796
Abstract:
Ayam tolaki merupakan ayam kampung yang dikembangkan di Sulawesi Tenggara yang memiliki postur tubuh yang kecil dan produksi telur yang rendah. Oleh karena itu dibutuhkan upaya untuk meningkatkan performans produksi dan reproduksi ayam tolaki. Salah satu upaya tersebut adalah menerapkan sistem kawin silang menggunakan metode inseminasi buatan. Pada penelitian ini dilakukan inseminasi semen ayam tolaki ke saluran reproduksi ayam petelur untuk menghasilkan telur/ayam silangan. Parameter yang diukur pada penelitian meliputi fertilitas, daya hidup embrio, daya tetas dan bobot tetas. Penelitian ini dilaksanakan di kandang Pembibitan Unggas Fakultas Peternakan Universitas Haluoleo selama tiga bulan (Juni-Agustus 2012). Penelitian ini menggunakan 12 ekor ayam ras petelur dan 4 ekor ayam tolaki. Semua data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan fertilitas telur hasil persilangan yaitu 50,54%, daya hidup embrio, daya tetas dan bobot tetas masing-masing 92,18%, 59,56% dan 39,83 g. Kesimpulan akhir dari penelitian ini menyatakan fertilitas telur, daya hidup embrio, daya tetas dan bobot tetas telur masih sangat rendah. Rujukan selanjutnya perlu dilakukan persilangan ayam ras petelur jantan dengan ayam tolaki betina.Kata kunci : Ayam tolaki, Fertilitas, daya hidup embrio, daya tetas, Inseminasi buatan.
Published: 26 April 2016
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 2, pp 1-9; https://doi.org/10.33772/jitro.v2i2.3795
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan produksi ayam kampung umur 10 minggu yang diberi ransum dengan suplementasi asam lemak terproteksi asam lemak terproteksi. Penelitian ini menggunakan 48 ekor ayam kampung yang dibagi ke dalam 12 plot kandang. Penelitian ini terdiri atas 3 perlakuan (P0= ransum komersial 100 %, P1= ransum komersial + campuran garam karboksilat kering 3%, P2= ransum komersial + hidrolisat minyak sayur 3%), dan 4 ulangan. Rataan konsumsi ransum 53,52 ± 3,96 (P0), 38,86 ± 5,12 (PI) dan 50,72 ± 6,41 (P2), pertambahan bobot badan 17,41 ± 4,80 (P0), 18,89 ± 2,77 (PI), dan 16,22 ± 1,29 (P2), konversi ransum 6,11 ± 1,46 (P0), 3,92 ± 1,06 (PI), dan 5,71 ± 1,09 (P2). Analisis data menggunakan sidik ragam dilanjutkan dengan uji Kontras Ortogonal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi asam lemak terproteksi dalam ransum berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum ayam kampung umur 10 minggu. Kesimpulan bahwa (1) pemberian ransum dengan suplementasi asam lemak terproteksi 3% CGKK (Campuran garam karboksilat kering) pada ayam kampung selama 3 minggu cenderung meningkatkan konsumsi bahan kering dan pertambahan bobot badan tetapi menurunkan konversi ransum dan (2) pemeberian ransum dengan suplementasi asam lemak terproteksi 3% HMS (Hidrolisat minyak sayur) pada ayam kampung selama 3 minggu cenderung meningkatkan konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan dan konversi ransum.Kata kunci: Suplementasi, Asam Lemak Terproteksi dan Performans Ayam Kampung
Published: 15 May 2015
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 2, pp 88-105; https://doi.org/10.33772/jitro.v2i3.3813
Abstract:
The purpose of this study to determine the potential of seed, feed, land, housing, capital, labor and equipment, and to determine the feasibility fianansial beef cattle breeding business in the Village Alebo District Konda. The population in this study were all breeders of beef cattle, amounting to 142 households with a fixed number of samples studied as much as 30% (47 families) from the existing population. Population breeders for 3 (three) parts, namely: 1) the eastern region, 2) the middle region, and 3) the western region. Determination of the sample with use strafetied proportional random sampling technique. Variables observed are the characteristics of the respondents, the potential for beef cattle breeding business, business expenses, revenues and financial feasibility. To determine the characteristics and potential of beef cattle business in the descriptive analysis and to determine the feasibility of beef cattle breeding business financially in the analysis by the Revenue Cost Ratio analysis (R/C Ratio), Pay Back Period (PBP) and Breack Even Point (BEP). Beef cattle breeding business in the Village Alebo District Konda enough potential to be developed. These conditions can be seen from the availability of seed, feed, land, housing, drugs, capital, labor and equipment beef cattle breeding business. Financial analysis of beef cattle breeding research in the area deserve to be developed. The results obtained by averaging the research conducted by breeders of beef cattle receipts on average Rp. 11,765,958,- total average income Rp. 7,246,035,-, analysis of R/C Ratio obtained by the average value 1.6, the value obtained PBP 0.3 year in which the value of investments shorter than the age of 9.5 years of investment and BEP value of 0.8 (1 tail) with a value of Rp. 2,259,961,-.Key words: Potential, Financial Feasibility, Livestock Farming, Beef CattleABSTRAKTujuan penelitian ini untuk mengetahui potensi bibit, pakan, lahan, kandang, modal, tenaga kerja dan peralatan, dan mengetahui kelayakan fianansial usaha peternakan sapi potong di Desa Alebo Kecamatan Konda. Populasi dalam penelitian ini adalah semua peternak sapi potong yang berjumlah 142 KK dengan jumlah sampel yang diteliti ditetapkan sebannyak 30% (47 KK) dari populasi yang ada. Populasi peternak di bagi 3 (tiga) bagian wilayah yaitu ; 1) Wilayah bagian timur, 2) Wilayah bagian tengah, dan 3) Wilayah bagian barat. Penentuan sampel dengn menggunakan teknik propotional strafetied random sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah karakteristik responden, potensi usaha peternakan sapi potong, biaya usaha, pendapatan usaha dan kelayakan finansial. Untuk mengetahui karakteristik dan potensi usaha ternak sapi potong di analisis secara deskriptif serta untuk mengetahui kelayakan finasial usaha peternakan sapi potong digunakan analisis Revenue Cost Ratio (R/C), Pay Back Period (PBP) dan Breack Even Point (BEP). Usaha peternakan sapi potong di Desa Alebo Kecamatan Konda cukup potensi untuk dikembangkan. Kondisi tersebut dapat dilihat dari ketersediaan bibit, pakan, lahan, kandang, obat-obatan, modal, tenaga kerja dan peralatan usaha peternakan sapi potong. Analisis finansial usaha peternakan sapi potong layak untuk dikembangkan. Hasil yang diperoleh rataan penerimaan per peternak sapi potong rata-rata Rp.11,765,958,- total pendapatan rata-rata Rp. 7,246,035,-, analisis R/C Ratio diperoleh nilai rata-rata 1.6, nilai PBP diperoleh 0.3 tahun dimana nilai investasi lebih pendek dari umur investasi 9.5 tahun dan nilai BEP sebesar 0.8 (1 ekor) dengan nilai Rp. 2,259,961,-.Kata Kunci ; Potensi, Kelayakan Finansial, usaha peternakan, Sapi Potong
Published: 15 May 2015
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 2, pp 68-87; https://doi.org/10.33772/jitro.v2i3.3812
Abstract:
Bali cattle breeding gives important role on animal farmer household in Bombana Regency, because it is as the source of income and also as saving for the future unit of animal farmer household. Bali cattle breeding is managed integrated with agro bussines so that it is able to increase the animal farmer income. This research was held using survey method, the determining of research location was used purposive sampling method and the respondens was choosed according to simple random sampling, involved 60 respondens. The variables which are observed include the respondens character, breeding management, revenue, cost and income of animal farmer from either cattle breeding or non cattle farming bussines.The result of this research showed that the income of each animal farmer household in the research location reach Rp. 14.776.384 year-1 with average’s family income from each bussines is Rp. 7.388.192 year-1. The average of animal farmer household income from bali cattle breeding in South Poleang Subdistrict, Bombana Regency is higher (Rp. 8.878.200 year-1) than its income from non bali cattle farming bussines (Rp. 5.898.183 year-1). The income average of animal farmer household that represent farmer’s non coastal is Rp. 7.540.100 year-1 and the income of animal farmer household that represent coastal only reach Rp. 7.236.633 year-1. The contribution of bali cattle breeding in South Poleang Subdistrict, Bombana Regency on the total income of animal farmer household is 60,08% (is categorized as bussines branch) and higher than the contribution of non bali cattle breeding bussines which only reach 39,92%.Key words: Contrubution, Income, Bali Cattle.Usaha ternak sapi bali memberikan peranan penting bagi keluarga peternak di Kabupaten Bombana, karena selain dipelihara sebagai sumber pendapatan juga sebagai tabungan. Usaha ternak sapi dikelola secara terpadu bersama usaha pertanian dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, penentuan lokasi penelitian secara purposive sampling dan responden dipilih secara simple random sampling dengan melibatkan 60 responden. Variabel yang diamati yaitu karakteristik responden, manajemen pemeliharaan, penerimaan, biaya dan pendapatan rumah tangga peternak dari usaha ternak sapi maupun non usaha ternak sapi. Hasil penelitian menunjukkan total pendapatan setiap keluarga perternak di lokasi penelitian mencapai Rp. 14.776.384 tahun-1 dengan rata-rata pendapatan keluarga dari setiap usaha sebesar Rp. 7.388.192 tahun-1. Rata-rata pendapatan keluarga peternak dari usaha ternak sapi bali di Kecamatan Poleang Selatan Kabupaten Bombana lebih tinggi (Rp. 8.878.200 tahun-1) daripada pendapatan keluarga peternak dari usaha non ternak sapi bali (Rp. 5.898.183 tahun-1). Rata-rata pendapatan keluarga peternak yang mewakili daerah non pesisir sebesar Rp. 7.540.100 tahun-1 dan pendapatan keluarga peternak yang mewakili daerah pesisir hanya mencapai Rp. 7.236.633 tahun-1. Kontribusi usaha ternak sapi bali di Kecamatan Poleang Selatan Kabupaten Bombana terhadap total pendapatan keluarga peternak sebesar 60,08% (dikategorikan sebagai cabang usaha) dan lebih tinggi dibandingkan kontribusi dari usaha non ternak sapi bali yang hanya mencapai 39,92%.Kata kunci: Kontribusi, Pendapatan, Sapi Bali
Published: 15 May 2015
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 2, pp 52-67; https://doi.org/10.33772/jitro.v2i3.3811
Abstract:
Development of Bali cattle bussines’s in North Kabaena Subdistrict need to be improved with better and more guided maintenance management. Data of factors that affect it does not known properly yet. Therefore, there is needed a research which is held to know the productivity of bali cattle breeding of either trnasmigrant or non transmigrant breeder in Kabaena Island and factors that affect it. The research material is either the transmigrant or non transmigrant bali cattle breeders that have at least 1 female cattle that has born or 1 male cattle more than 2 years old and have maintained cattle at least 1 year. The research location is determined by purposive sampling method and the research responden is determined by simple random sampling method as many as 60 respondens, consist of 30 transmigrant breeders and 30 non transmigrant breeders. Analysis which is used in this research is Bifilarly Linear Regression that is explained descriptively. The result of this research showed that bussines of non transmigrant breeder (36%) is higher than transmigrant breeder (24%). The result of regression analysis showed that productivity of bali cattle bussines as dependent variable had an comprehensively affect on independent variable (experience, age, family employee, education, areal wide, occupation, and the breeder origin) with accuracy of regression model is 29,4%.Key words: Productivity bussines, Bali cattle, transmigrant, non transmigrant, KabaenaPengembangan usaha ternak Sapi Bali di Kecamatan Kabaena Utara perlu ditingkatkan dengan pola manajemen pemeliharaan yang baik dan terarah. Data faktor-faktor yang mempengaruhinya belum diketahui secara pasti. Oleh karena itu perlu penelitian dengan tujuan mengetahui produktivitas usaha ternak Sapi Bali baik peternak transmigran maupun non transmigran di Pulau Kabaena serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya. Materi penelitian adalah peternak sapi Bali baik transmigran maupun non transmigran yang memiliki ternak sapi bali minimal 1 ekor induk yang sudah pernah melahirkan atau 1 ekor jantan umur > 2 tahun dan minimal telah memelihara ternak selama 1 tahun. Penentuan lokasi dengan cara purposive sampling dan responden penelitian ditentukan secara simple random sampling sebanyak 60 responden, 30 peternak transmigran dan 30 peternak non transmigran. Analisis yang dugunakan adalah regresi linear berganda yang dijabarkan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan produktivitas usaha peternak non transmigran (36%) lebih tinggi dibandingkan peternak transmigran (24%). Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa produktivitas usaha ternak Sapi Bali sebagai variabel dependen secara keseluruhan berpengaruh terhadap variabel independen (pengalaman, umur, tenaga kerja keluarga, pendidikan, luas lahan, jenis pekerjaan, dan asal peternak) dengan ketepatan model regresi sebesar 29,4%.Kata kunci : Produktivitas usaha, sapi bali, transmigran, non transmigran, Kabaena.
Published: 15 May 2015
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 2, pp 36-51; https://doi.org/10.33772/jitro.v2i3.3810
Abstract:
The purpose of this research is to study the prospect, problem fared and formulate the developing strategy of raising the chicken laugh at Kendari. The results of this study are expected to be useful as a reference basis for government and practitioners in developing chicken laugh at Kendari and as a reference for further research. The study was conducted in October - November 2012 held at Kendari. Determination of sub-sample study conducted by purposive sampling based on the amount of chicken population Ketawa most, the samples used were each 10 Baruga farmers in the district, sub-district and district Poasia Kadia. Methods of data collection that is through interview, observation and documentation. Data analysis was performed based on a percentage of the value and use SWOT analysis then reviewed descriptively. Prospects for business development in the chicken laugh Kendari supported by the high price of chicken laugh, the majority of farmers belong to the productive age and height HR breeders. The problem faced by the chicken business is a sideline laughing, limited capital breeder, the lack of a stable market and a lack of knowledge and skills in disease control. Based on the results of the SWOT analysis of the development strategy of the management training needs of business in the form of training and directing his efforts into marketoriented core business, utilizing every event as a marketing contest chicken laughing and following exhibitions farms, businesses need to expand the scale poultry laughing, maximizing roles and functions ASPAK for scheduled contests, and disease control training, need guidance from the government in the form of skills training maximal disease controlKeywords: outlook, strategy, development, chicken laugh, City KendariABSTRAKTujuan penelitian ini adalah mengkaji prospek usaha budidaya ayam ketawa di Kota Kendari.. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober – November 2012 bertempat di Kecamatan Baruga, Kecamatan Kadia dan Kecamatan Poasia Kota Kendari. Penentuan kecamatan sampel penelitian dilakukan secara purposive sampling berdasarkan jumlah populasi ayam Ketawa terbanyak. Jumlah responden di masing-masing Kecamatan lokasi penelitian sebanyak 10 orang peternak, sehingga seluruhnya berjumlah 30 orang responden. Metode pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data berdasarkan nilai presentase dan menggunakan analisis SWOT kemudian diulas secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa prospek pengembangan usaha ayam ketawa di Kota Kendari didukung oleh tingginya harga ayam ketawa, mayoritas peternak tergolong usia produktif dan tingginya SDM peternak. Permasalahan yang dihadapi yakni usaha ayam ketawa bersifat sambilan, modal usaha peternak terbatas, belum adanya pasar yang stabil dan kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam pengendalian penyakit. Berdasarkan analisis SWOT maka strategi pengembangannya yakni perlu pembinaan manajemen usaha dalam bentuk pelatihan dan mengarahkan usahanya menjadi usaha pokok yang berorientasi pasar, meningkatkan skala usaha ternak, memaksimalkan peran dan fungsi ASPAK untuk menyelenggarakan kontes ayam ketawa serta pameran-pameran peternakan, perlu adanya pembinaan pengendalian penyakitKata Kunci : Prospek, strategi, pengembangan, ayam ketawa, Kota Kendari
Published: 15 May 2015
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 2, pp 25-35; https://doi.org/10.33772/jitro.v2i3.3809
Abstract:
The objectives of this research was to provide data both qualitative and quantitative traits of laughing chicken. The research was conducted in period of December, 2012 to Januari, 2013 in Kendari. The location was determined using purposive sampling where the population of laughing chicken was high enough either in Sub-district or in village levels. Seventy five adult chicken consisted of 50 cocks and 25 hens were used in thes research to observe both qualitative traits (feather colors, feather patterns, feather like, feather stripe, shank color and comb shape) and qualitative traits (body weight and body dimension). The data of qualitative traits were analyzed using relative frequency value (percentage) and reviewed descriptively, while quantitative data were presented in mean with standard deviation and variance coefficient. The result showed that laughing chicken in Kendari both cocks and hens has colored feather (ii), black color pattern (E_), silver-like feather color (S_), and non barred (bb) stripe feather. The cock shank was dominated by black/grey (idid) while the hen shank was dominated by white/yellowish (Id_). The cock comb was dominated by single comb (rrpp), while the hen was dominated by pea comb (rrP_). Body weight of cock ranged between 1,521,94 kg with the average 1,81±0,08 kg, while the hen body weight ranged between 1,26-1,54 kg with the average 1,38±0,09 kg. the high score of variance coefficient of body dimensions of cock were neck length (11,47%), followed by length of the third toe (11,10%), sternum length (10,68%) and shank circle (10,16%), and the low score observed in sternum circle (4,01%). The back length (4,01%). While the high score of variance coefficient of body dimensions of hen were sternum width (10,35%) and the low score was observed in neck length (2,67%).Key words: Qualitative trais, quantitative, laughing chicken, KendariPenelitian ini bertujuan memperoleh data sifat-sifat kualitatif dan kuantitatif ayam ketawa. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013 bertempat di Kota Kendari. Penentuan lokasi penelitian secara purposive sampling yaitu pada kecamatan dan kelurahan yang memiliki ayam ketawa dengan populasi terbanyak. Ayam ketawa yang diamati adalah ayam dewasa berumur 12-18 bulan, yang terdiri atas 50 ekor jantan dan 25 ekor betina.Sifat kualitatif yang diamati adalah warna bulu, pola bulu, kerlip bulu, corak bulu, warna cakar dan bentuk jengger, sedangkan sifat kuantitatif meliputi bobot badan dan ukuran tubuh. Data sifat kualitatif dianalisis menjadi nilai frekuensi relatif dan diulas secara deskriptif, sedangkan data sifat kuantitatif dianalisis menjadi nilai rata-rata, simpangan baku dan koefisien keragaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fenotipe sifat kualitatif pada ayam ketawa jantan maupun betina di Kota Kendari didominasi warna bulu berwarna (ii), pola bulu hitam (E_), kerlip bulu perak (S_), dan corak bulu polos (bb). Fenotipe warna cakar ayam ketawa jantan didominasi cakar hitam/abu-abu (idid), dan betina didominasi cakar putih/kuning (Id_), sedangkan bentuk jengger pada jantan didominasi jengger tunggal (rrpp), dan pada betina didominasi jengger kapri (rrP_). Bobot badan ayam ketawa jantan berkisar antara 1,52-1,94 kg, dengan nilai rata-rata sebesar 1,81±0,08 kg, sedangkan bobot badan ayam ketawa betina berkisar antara 1,26-1,54 kg, dengan nilai rata-rata sebesar 1,38±0,09 kg. Ukuran-ukuran tubuh ayam ketawa jantan yang memiliki nilai koefisien keragaman (KK) tertinggi adalah panjang leher (11,47%), kemudian panjang jari ketiga (11,10%), panjang dada (10,68%), dan lingkar cakar (10,16%), sedangkan yang terendah nilai koefisien keragamannya adalah lingkar dada (4,01%) dan panjang punggung (4,01%). Ukuran-ukuran tubuh ayam ketawa betina yang memiliki nilai koefisien keragaman tertinggi adalah lebar dada (10,35) dan yang terendah adalah panjang leher (2,67%).Kata Kunci : Sifat kualitatif, kuantitatif, ayam ketawa, Kota Kendari
Published: 15 May 2015
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 2, pp 17-24; https://doi.org/10.33772/jitro.v2i3.3808
Abstract:
This study aims to determine the digestibility of dry matter and organic matter level waste silage mixed vegetables and Gliricidia leaves were tested in vitro. This study used a completely randomized design with 3 treatments and 3 replications. Each of these treatments is R0 (Gliricidia leaves 100%), R1 (Gliricidia leaves 70% + 30% silage vegetable waste), and R2 (Gliricidia leaves 40% + 60% silage vegetable waste). Data were analyzed using analysis of variance (ANOVA) and further testing using the test Honestly Significant Difference (HSD). The results of ANOVA showed that the mixture of vegetable waste silage was highly significant (p
Published: 28 May 2015
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 2, pp 8-16; https://doi.org/10.33772/jitro.v2i3.3803
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi pengaruh pemberian ekstrak daun kemangi terhadap performans ayam broiler. Ayam yang digunakan sebanyak 48 ekor dipelihara selama 28 hari. Ayam dipelihara dalam petak kandang sistem panggung berukuran 0,75 x 0,75 x 0,5 meter sebanyak 12 petak dengan masing-masing petak diisi dengan 4 ekor ayam. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012- Januari 2013 di Kandang Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Haluoleo Kendari. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan terdiri atas P0 (Air minum tanpa penambahan ekstrak daun kemangi), P1 (Air minum dengan 5 ml ekstrak daun kemangi/liter air minum), P2 (Air minum dengan 10 ml ekstrak daun kemangi/liter air minum), P3 (Air minum dengan 15 ml ekstrak daun kemangi/liter air minum). Hasil penelitian menunjukkan konsumsi air minum berada pada kisaran 157,56±3,89- 165,73±6,79 ml/hari; konsumsi ransum berada pada kisaran 88,70±0,99- 90,23±0,34 gram/hari; pertambahan bobot badan berada pada kisaran 53,46±2,10-58,42±1,56 gram/hari; konversi ransum berada pada kisaran 1,54±0,07- 1,66±0,04 dengan rataan yang dicapai adalah 1,59. Hasil analisis sidik ragam pemberian ekstrak daun kemangi dalam air minum sampai 15 ml/liter terhadap konsumsi air minum, konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum tidak berpengaruh nyata (p>0,05).Kata kunci: Kemangi, Broiler, Performans
Published: 3 September 2016
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 2, pp 1-7; https://doi.org/10.33772/jitro.v2i3.3801
Abstract:
This study aims to know the effect of (Piper betle L.) leaves extract addition in drinking water on carcass percentage and abdominal fat of broiler chicken. Experimental material was used to this study were eighty broiler chicken SR-707. Broiler chicken was divided into twenty pen with five treatments and four replications and each pen was filled with four broiler chickens. The treatments were P1 = drinking water without betel leaves extract, P2 = drinking water + 0,5% extract of betel leaves, P3 = drinking water + 1% extract of betel leaves, P4 drinking water + 1,5% betel leaves extract, and P5 = drinking water + 2% betel leaves extract. variables were final weight, carcass percentage and abdominal fat of 5 weeks broiler chicken. The data obtained was processed and analyzed using analysis variance and continued using F-test. The result showed that addition of betel leaves extract in drinking water did not give significant (P>0,05) effect on final weight, carcass percentage and abdominal fat of broiler chicken. The conclusion was using betel leaves extract untill 2% in broiler drinking water no decreased final weight, carcass percentage and abdominal fat of broiler chicken that was slaughtered at 5 weeks of old.Key words: Final Weight, Carcass percentage, abdominal fat, Piper betle L, BroilerABSTRAKPenelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek dari penambahan ekstrak daun sirih (Piper betle L) dalam air minum terhadap bobot akhir persentase karkas dan lemak abdominal ayam broiler. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah 80 ekor ayam broiler strain SR-707 yang dipelihara selama 5 minggu. Ayam penelitian dibagi dalam 20 petak kandang dengan lima perlakuan dan empat pengulangan yang masing-masing petak diisi dengan 4 ekor ayam percobaan. Air minum perlakuan yang diberikan terdiri atas: P1= kontrol, P2 (Air minum + ekstrak daun sirih 0,5%), P3(Air minum + ekstrak daun sirih 1%), P4 (Air minum + ekstrak daun sirih 1,5%), P5 (Air minum + ekstrak daun sirih 2%). Parameter yang diamati adalah bobot akhir, persentase karkas, lemak abdominal ayam broiler umur 5 minggu. Data yang diperoleh diolah dan dianalisis berdasarkan prosedur sidik ragam dan di uji dengan uji-F. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ekstrak daun sirih dalam air minum berpengaruh tidak nyata (p>0,05) terhadap bobot akhir, persentase karkas dan lemak abdominal ayam brolier. Kesimpulan yang di peroleh dalam penelitian ini adalah bahwa penggunaan ekstrak daun sirih sampai pada level 2% dalam air minum tidak berpengaruh terhadap bobot akhir, persentase karkas dan lemak abdominal ayam broiler yang dipotong pada umur lima minggu.Kata kunci: Bobot akhir, Persentase karkas, lemak abdominal, daun sirih, broiler.
Published: 23 January 2016
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 3, pp 7-14; https://doi.org/10.33772/jitro.v3i1.988
Abstract:
ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis hubungan antara ukuran-ukuran tubuh (panjang badan, lingkar dada, tinggi pundak) dengan bobot badan kambing kacang di Daerah Transmigrasi dan Non transmigrasi di Kabupaten Muna. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Maret 2016. Materi penelitian sebanyak 244 ekor yang terdiri atas 118 ekor jantan dan 126 ekor betina, kemudian dikelompokkan berdasarkan umur ternak yaitu umur ≤ 12 bulan (G1), umur 13 - 24 bulan (G2), dan umur > 24 bulan (G3). Observasi dan pengukuran dilakukan untuk mengumpulkan data hubungan dari pengukuran variabel. Hasil penelitian di daerah Transmigrasi menunjukan bahwa bobot badan kambing kacang jantan dan betina G1 berkorelasi sangat kuat dengan tinggi pundak (r = 0,870; dan r = 0,890), sedangkan kambing jantan dan betina G2 berkorelasi sangat kuat dengan panjang badan dan tinggi pundak (r = 0,852; dan r = 0,566) kambing jantan dan betina G3 berkorelasi sangat kuat dengan lingkar dada dan panjang badan (r = 0,872; dan r = 0,667). Hasil penelitian di daerah Non transmigrasi menunjukan bahwa bobot badan kambing kacang jantan dan betina G1 berkorelasi sangat kuat dengan tinggi pundak dan panjang badan (r = 0,876; dan r = 0,836), kambing jantan dan betina G2 berkorelasi sangat kuat dengan tinggi pundak (r = 0,604; dan r = 0424, kambing jantan dan betina G3 berkorelasi sangat kuat dengan tinggi pundak dan lingkar dada (r = 0,284; dan r = 0,253). Kesimpulan dari penelitian ini adalah tinggi pundak memiliki korelasi paling kuat dengan bobot badan. Kata Kunci : Dimensi Tubuh, Bobot Badan, Kambing Kacang.
Published: 23 January 2016
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 3, pp 65-76; https://doi.org/10.33772/jitro.v3i1.1071
Abstract:
Penelitian ini menggunakan Racangan Acak Lekap (RAL) dengan tiga perlakuan dan enam ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah waktu sexing yang terdiri atas 20 menit (W1), 35 menit (W2) dan 50 menit (W3), sedangkan ulangannya adalah penampungan semen sebanyak enam kali. Parameter makroskopis yang diukur meliputi volume, warna, derajat Keasaman (pH), sedangkan parameter mikroskopis meliputikonsentrasi, gerakan massa, persentase motilitas, persentase spermatozoa hidup dan persentase membran plasma utuh serta non return rate.Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara makroskopis dan mikroskopis yaitu volume (ml) (5,5 ± 0,53), warna (putih krem), pH (7 ± 0,00), konsentrasi (1185,57± 392,09), persentase motilitas (80 ± 0.0), persentase spermatozoa hidup (94,71 ± 1,38) dan persentase membran plasma utuh (96,14 ± 1,46).Hasil penelitian setelah sexing kualitas spermatozoa tidak menunjukkan perbedaan pada inkubasi yang berbeda baik pada lapisan atas maupun lapisan bawah. Hasil IB menggunakan semen pasca sexing didapatkan non return rate sebesar 79%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan kualiatas spermatozoa sapi Bali hasil sexing masih layak untuk diinseminasikan pada induk sapi untuk menghasilkan anak ternak. Kata Kunci: Sapi Bali, spermatozoa, kolom albumin, sexing, kualitas
Published: 23 March 2018
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 3, pp 52-64; https://doi.org/10.33772/jitro.v3i1.1070
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh interaksi antara bangsa kambing dan konsentrasi pengencer Tris-Kuning Telur terhadap kualitas spermatozoa. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial dengan 2 faktor x 4 perlakuan dengan 4 ulangan. Faktor pertama adalah jenis kambing, yaitu kambing Kacang (K1) dan kambing Burawa (K2) sedang Faktor kedua adalah pengencer Tris-Kuning Telur yang terdiri atas 4 (empat) konsentrasi kuning telur yang berbeda yaitu 5% (P1), 10% (P2), 15% (P3) dan 20% (P4). Parameter yang diukur adalah evaluasi kualitas semen segar secara makroskopis kambing Burawa dan kambing Kacang terdiri atas : volume, warna, bau dan derajat keasaman (pH) dan secara mikroskopis terdiri atas : gerak massa, konsentrasi, persentase spermatozoa hidup, persentase motilitas dan persentase membran plasma utuh. Hasil penelitian menunjukan karakteristik semen segar kambing Boerawa dan kambing Kacang kualitasnya hampir sama. Interaksi perlakuan bangsa kambing dan konsentrasi pengencer Tris-Kuning Telur tidak berpengaruh nyata terhadap kualitas spermatozoa kambing.Faktor konsentrasi pengencer Tris-Kuning Telur secara mandiri tidak berpengaruh nyata terhadap kualitas spermatozoa kambing. Rataan persentase membran plasma utuh spermatozoa kambing Kacang nyata lebih baik dibandingkan kambing Boerawa setelah pengenceran. Penurunan persentase motilitas spermatozoa selama 4 hari penyimpanan pada suhu 3-5oC lebih rendah pada kambing Kacang dibandingkan pada kambing Boerawa. Konsentrasi pengencer Tris-Kuning Telur 10% mampu mempertahankan motilitas spermatozoa kambing lebih baik dibandingkan konsentrasi pengencer yang lain,konsentrasi pengencer Tris-Kuning Telur 15% mampu mempertahankan persentase MPU spermatozoa dibandingkan konsentrasi yang lain selama 4 hari penyimpanan pada suhu 3-5oC.Kata kunci : Kualitas spermatozoa, kambing Burawa, kambing Kacang, pengencer TRIS.
Published: 23 January 2016
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 3, pp 40-51; https://doi.org/10.33772/jitro.v3i1.1069
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) untuk mengevaluasi sebaran jenis ternak kambing yang dipelihara pada sistem yang berbeda, (2) untuk mengkaji tingkat produktivitas ternak kambing yang dipelihara pada sistem yang berbeda, (3) untuk mengkaji sistem pemeliharaan ternak kambing yang lebih produktif dan efisien di Kecamatan Andoolo Barat Kabupaten Konawe Selatan. Sampel pada penelitian ini adalah peternak kambing yang memelihara ternak kambing dengan sistem pemeliharaan yang berbeda. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survey, wawancara dan observasi. Data yang diperoleh ditabulasi dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian adalah sebagai berikut: (1) sebaran populasi jenis ternak kambing yang dipelihara pada sistem pemeliharaan yang berbeda terdiri atas ternak kambing kacang 361 ekor, kambing PE 84 ekor, kambing Boer-PE 50 ekor dan kambing Boer-kacang 26 ekor. (2) bobot lahir anak kambing kacang jantan pada pemeliharaan secara ekstensif lebih tinggi (1,83 kg) dibandingkan anak kambing kacang betina (1,69 kg). Demikian halnya pada sistem pemeliharaan semi intensif dan intensif masing-masing anak kambing kacang jantan dan anak kambing kacang betina yaitu 2,32 kg vs 2,11 kg dan pemeliharaan intensif yaitu 2,51 kg vs 2,42 kg. (3) bobot sapih yang tertinggi pada pemeliharaan secara ekstensif anak kambing kacang jantan lebih tinggi (6.38 kg) dibandingkan dengan anak kambing kacang betina (6,28 kg). Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa (1) produktivitas ternak kambing seperti bobot lahir dan bobot sapih diperoleh pada sistem pemeliharaan secara intensif lebih baik dibandingkan dengan sistem pemeliharaan secara ekstensif dan semi intensif (2) sistem pemeliharaan secara intensif yang mampu menghasilkan produktivitas dan efisiensi usaha ternak kambing yang baik. Kata kunci: kambing, produktivitas, intensif, semi intensif, ekstensif
Published: 23 January 2016
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 3, pp 31-39; https://doi.org/10.33772/jitro.v3i1.1068
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sifat kualitatif dan kuantitatif ayam kampung di Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton. Bahan penelitian adalah ayam kampung jantan dan betina umur di atas 6 bulan sebanyak 200 ekor yang terdiri atas 100 ekor jantan dan 100 ekor betina yang diambil secara random sampling. Data sifat kualitatif dan kuantitatif ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian tentang sifat kualitatif ayam kampung jantan yaitu bentuk jengger adalah tunggal 44%, rose 32%, pea 17%, dan walnut 7%. Bulu tipe bulu liar 35%, hitam, 19%, putih 14%, dan columbian 32%, lurik 19%, polos 81%, emas 54%, perak 32%. Warna kulit shank putih/kuning 87%, dan hitam 13%. Warna paruh putih/kuning 71% dan hitam/abu-abu 29% sedangkan ayam kampung betina memiliki bentuk jengger pea 40%, walnut 11%, tunggal 19%, dan rose 30%. Warna bulu hitam 32%, putih 13%, tipe bulu liar 28%, columbian 26%, lurik 8%, polos 92%, emas 35%, dan perak 20%. Warna kulit shank putih/kuning 69%, dan hitam 31%. Warna paruh putih/kuning 66% dan hitam/abu-abu 34%. Sifat kuantitatif ayam kampung jantan yaitu bobot badan 1.753,10g, lingkar dada 41,51cm, lebar dada 6,01cm, panjang shank 11,57cm dan panjang jari utama 6,31cm sedangkan ayam kampung betina yaitu bobot badan 1.216,71g, lingkar dada 37,47cm, lebar dada 5,19cm, panjang shank 7,06cm dan panjang jari utama 5,32cm. Kata kunci: Sifat kualitatif dan kuantitatif, Ayam kampung, Kecamatan Lasalimu
Published: 23 January 2016
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 3, pp 21-30; https://doi.org/10.33772/jitro.v3i1.1067
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fenotip sifat kualitatif dan kuantitatif kambing kacang di Kabupaten Muna Barat. Penelitian ini di lakukan di 3 Kecamatan di Kabupaten Muna Barat (Kusambi, Sawerigadi, dan Wadaga). Penelitian menggunakan sebanyak 285 ekor kambing dengan jenis kelamin jantan dan betina, kemudian dikelompokkan berdasarkan umur ternak yaitu umur ≤ 3 bulan, 4-6 bulan, > 6-12 bulan, > 1-2 tahun dan > 2 tahun. Observasi dan pengukuran dilakukan untuk mengumpulkan data hubungan dari pengukuran variabel. Hasil analisis deskriptif rataan bobot badan kambing kacang jantan dewasa 24,05±3.95 kg dengan koefisien keragaman 16,29% sedangkan pada kambing kacang betina dewasa 21,51±3,52 kg dengan koefisien keragaman 16,41%. Hasil analisis diperoleh tinggi pundak dan lingkar dada memiliki korelasi tertinggi terhadap bobot badan, sehingga dapat dijadikan penduga bobot badan kambing kacang di Kabupaten Muna Barat. Kata Kunci : Kambing Kacang, Sifat Kualitatif, Sifat Kuantitatif, Kabupaten Muna Barat.
Published: 23 January 2016
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 3, pp 15-20; https://doi.org/10.33772/jitro.v3i1.1066
Abstract:
ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari hematologi ayam kampung super yang diberi minyak kelapa sawit terproteksi dalam ransum. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 64 ekor ayam kampong super yang tidak dibedakan jenis kelaminnya yang dipelihara sampai umur 5 minggu. Penelitian terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 4 ekor ayam. Minyak kelapa sawit terproteksi digunakan pada level 0% (P0), 3%(P1), 6% (P2), dan 9% (P3). Parameter yang diamati adalah jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, dan jumlah leukosit. Penelitian menggunakan percobaan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) apabila terdapat perbedaan perlakuan maka dilanjutkan Uji Berganda Duncan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa minyak kelapa sawit terproteksi tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, dan jumlah leukosit. Disarankan agar melakukan kajian lebih lanjut mengenai minyak kelapa sawit terproteksi. Kata kunci: Hematologi, Ayam kampung super, Minyak kelapa sawit terproteksi
Published: 23 March 2018
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 3, pp 1-6; https://doi.org/10.33772/jitro.v3i1.986
Abstract:
ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana produksi karkas, dan lemak abdominal ayam broiler strain Cobb dan Strain Lohmann yang diberi pakan berbeda. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 90 ekor ayam broiler yang dipelihara selama lima minggu. Ayam penelitian dibagi dalam 18 petak kandang yang masing-masing petak diisi dengan 5 ekor ayam percobaan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 2x3 dengan dan 3 ulangan. Faktor A adalah strain ayam broiler (Cobb dan Lohman) dan faktor B pakan ayam broiler (pakan formulasi sendiri, pakan komersil BP 11-Bravo, dan pakan komersil BR-1). Parameter yang diamati adalah presentase karkas dan lemak abdominal. Data yang diperoleh disusun dan dianalisis berdasarkan analisis ragam. Jika perlakuan berbeda nyata dilakukan uji lanjut menggunakan Duncan’s Multiple Range Test. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak terjadi interaksi antara strain dan pakan (P>0,05) terhadap produksi karkas dan lemak abdominal ayam broiler. Strain berbeda tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap produksi karkas dan lemak abdominal ayam broiler, namun pemberian pakan berbeda berpengaruh (P
Published: 10 May 2016
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 3, pp 93-101; https://doi.org/10.33772/jitro.v3i2.2717
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi ransum yang sesuai untuk pertumbuhan ayam tolaki umur 12-18 minggu. Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam tolaki yang dibagi ke dalam 12 petak kandang. Penelitian ini terdiri atas 3 perlakuan (A1 = BP-11 45%, jagung 45% dan dedak padi 10% atau protein 19%, A2 = BP-11 37%, jagung 53% dan dedak padi 10% atau protein 17%, A3 = BP-11 30%, jagung 60% dan dedak padi 10% atau protein 15%) dan 4 ulangan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai jenis formulasi ransum berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum. Dapat disimpulkan bahwa pemberian berbagai jenis formulasi ransum A1 (BP-11 45%, jagung 45% dan dedak padi 10% atau protein 19%), A2 (BP-11 37%, jagung 53% dan dedak padi 10% atau protein 17% ) dan A3 (BP-11 30%, jagung 60% dan dedak padi 10% atau protein 15%) pada ayam tolaki umur 12-18 minggu menunjukkan pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum.Kata kunci : Formulasi ransum, Penampilan, Ayam Tolaki.
Published: 10 May 2016
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 3, pp 87-92; https://doi.org/10.33772/jitro.v3i2.1692
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode force molting berbeda terhadap rontok bulu ayam ras petelur pada masa akhir produksi telur (afkir). Sebanyak 18 ekor ayam petelur strain Lohman Brown, daun lamtoro, ransum basal, dedak padi digunakan sebagai materi penelitian. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap 3 perlakuan dan 6 ulangan, perlakuan yang digunakan adalah P0 = Pembatasan pakan dan pemuasaan, P1 = Pemuasaan dan penambahan daun lamtoro 20%, P2 = Pemuasaan dan pemberian dedak padi. Perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Variable yang diamati adalah jumlah rontok bulu leher, bulu punggung, bulu sayap, bulu ekor dan bulu dada. Hasil penelitian menunjukkan: Perlakuan force moting berbeda pada ayam petelur berpengaruh nyata (p0.05) pada jumlah rontok bulu punggung, bulu sayap, bulu ekor, selisih bobot badan dan lama masa berhenti bertelur. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu perlakuan force molting dengan penambahan daun lamtoro menunjukkan hasil yang lebih baik. Kata Kunci: Ayam Petelur Afkir, Rontok Bulu
Published: 10 May 2016
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 3, pp 81-86; https://doi.org/10.33772/jitro.v3i2.1691
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat pupuk kandang sapi terhadap kualitas legum Clitoria ternatea khususnya kandungan protein dan serat kasar. Penelitian ini dilakukan lahan Agrostologi Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Haluoleo Kendari. Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yang diawali dengan pengolahan lahan, pemupukan(perlakuan), penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan yang dilakukan sebanyak dua kali pada tanaman umur 13 MST (Panen I) dan 19 MST (Panen II) dengan batas pemotongan tanaman 20 cm dari permukaan tanah. Variabel yang diamati pada penelitian ini yaitu persentase kandungan protein kasar dan serat kasar melalui analisis jaringan tanaman yang dilakukan di Laboratorium Fakultas Pertanian UHO. Persentase kandungan protein kasar ditentukan menggunakan metode ”Kjedahl” sedangkan persentase kandungan serat kasar ditentukan menggunakan metode ”Gravimetri”. Data hasil pengamatan selanjutnya ditabulasi dan dianalisis menggunakan analisis korelasi Pearson. Hasil penelitian menujukan bahwa pupuk kandang sapi dengan dosis tertinggi yaitu 25 ton ha-1 mampu meningkatkan kandungan protein kasar hingga mencapai 24,25% dibanding kontrol, tetapi menurunkan kandungan serat kasar hingga mencapai 34,07% dibanding kontrol pada panen I. Sedang Pada panen II, dengan peningkatan pupuk kandang sapi hingga 25 ton ha-1 mampu meningkatkan kandungan protein kasar sebesar 24,23% dibanding kontrol, namun menurunkan kandungan serat kasar sebesar 44,07% dibanding kontrol.Kata Kunci: legum, Clitoria Ternate, kualitas, pupuk kandang sapi
Published: 10 May 2016
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 3, pp 72-80; https://doi.org/10.33772/jitro.v3i2.1690
Abstract:
Uji performans merupakan tahap seleksi awal untuk memilih calon pejantan dan induk yang terbaik. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pertumbuhan pada sapi Aceh dewasa. Sebanyak 49 ekor sapi Aceh (23 jantan dan 26 betina) digunakan untuk uji performan selama 369 hari di BPTU-HPT Sapi Aceh Indrapuri. Rata-rata umur sapi sebelum diuji adalah sekitar 600 hari dengan berat awal terkoreksi (BAT) sebesar 110,08+16,25 kg (jantan) dan 108,25+21,08 kg (betina). Rata-rata berat akhir terkoreksi (BFT) sebesar 138,30+16,59 kg (jantan) dan 141,63+24,88 kg (betina). hari (betina). Rata-rata tinggi gumba (TG), panjang badan (PB) dan lingkar dada (LD) setelah pengujian pada sapi jantan masing-masing sebesar 99,07+4,64 cm, 94,41+6,21 cm dan 120,85+6,41 cm. Selanjutnya rata-rata nilai TG, PB dan LD pada sapi betina setelah pengujian sebesar 97,00+4,00 cm, 95,62+4,90 cm dan 124,25+9,38 cm. Nilai BFT tertinggi selama pengujian sebesar 166,71 kg (jantan) dan 214,19 kg (betina). Kata kunci: Sapi Aceh, uji performans, berat badan, ukuran tubuh
Published: 10 May 2016
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 3, pp 64-71; https://doi.org/10.33772/jitro.v3i2.1689
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan limbah ternak sapi, potensi energi terbarukan dari limbah ternak sapi di Kecamatan Kusambi Kabupaten Muna Barat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer, yang terdiri dari 72 responden. Selanjutnya dilakukan analisis deskriptif dan analisis konversi kotoran ternak menjadi gas methan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah ternak sapi (feses) yang ada di Kecamatan Kusambi Kabupaten Muna Barat belum termanfaatkan karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh peternak tersebut untuk pemanfaatan limbah ternak sapi sebagai pupuk kompos/pupuk organik. Potensi energi terbarukan dari limbah ternak sapi sebesar 5.080 Kg feses/hari atau setara dengan 98.640,78 m3 gas dengan kandungan methan sebesar 69.048,54 m3.Kata kunci: ternak sapi, limbah, pupuk, biogas
Published: 10 May 2016
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, Volume 3, pp 58-63; https://doi.org/10.33772/jitro.v3i2.1688
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk olahan daging ayam petelur afkir yaitu bakso dengan nilai gizi sesuai dengan standar nasional produk olahan dan untuk mengevaluasi daya suka konsumen terhadap bakso ayam petelur afkir yang menggunakan filler lokal Sulawesi Tenggara melalui uji organoleptik. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap, 3 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang dilakukan adalah P1= daging ayam petelur afkir 60% dan tepung sagu 25%, P2= daging ayam petelur afkir 60% dan tepung ubi kayu 25%, dan daging ayam petelur afkir 60% dan tepung talas 25%. Variabel penelitian meliputi uji kualitas fisik (susut masak dan pH), uji organoleptik (warna, aroma, tekstur, kekenyalan, dan rasa), dan uji kimia (kadar air, protein, lemak, dan abu). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan bahan filler lokal tidak berpengaruh nyata ( p>0,05) terhadap susut masak, kadar air, lemak, tekstur, kekenyalan, dan rasa bakso akan tetapi berpengaruh nyata ( p