Refine Search

New Search

Results in Journal MABASAN: 244

(searched for: journal_id:(4243769))
Page of 5
Articles per Page
by
Show export options
  Select all
Agusman, Muhammad Azizurrohman, Mashar
Published: 9 June 2022
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 16, pp 1-18; https://doi.org/10.26499/mab.v16i1.476

Abstract:
Keberadaan naskah kuno dalam bentuk naskah lontar belum dijadikan sebagai bahan pengembangan pariwisata secara komprehensif. Hal tersebut tampak pada beberapa kegiatan pariwisata budaya yang masih kurang pemanfaatan naskah kuno khususnya naskah lontar. Dengan demikian, tulisan ini membahas tentang naskah lontar Lombok dari sisi rancang bangun sebagai seni pertunjukan untuk sastra pariwisata. Penelitian ini dilakukan di Lombok Tengah dengan dialek meriaq meriku, yaitu wilayah Pujut dan wilayah Bonjeruk (Jonggat) karena kedua daerah tersebut memiliki kebudayaan yang sama. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan etnografi dengan teknik wawancara yang ditujukan kepada tokoh adat dan budayawan. Data penelitian ini ialah deskrispsi naskah dan klasifikasi naskah berdasarkan tema yang profan dan sakral serta deskripsi mengenai rancang bangun naskah sebagai seni pertunjukan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 12 naskah (lontar) yang populer, yaitu Rengganis, Labang Kare, Madang Sekar, Bang Bari, Joharsah, Kayat Nabi, dan Junglengge yang diklasifikasikan sebagai naskah yang bersifat profan dan Indar Jaye, Jati Suare, Prudak Sine, Markum, dan Puspe Kerma sebagai naskah yang bersifat sakral. Naskah yang bersifat profan tersebut disusun dalam konsep rancang bangun seni pertunjukan dalam bentuk pertunjukan teater dengan mengambil cerita dari naskah lontar atau festival memaos naskah lontar. Konsep rancang bangun seni pertunjukan tersebut disusun menggunakan empat A, yaitu atraksi yang merujuk kepada atraksi atau kegiatan seni pertunjukan teaterdan memaos (membaca) naskah lontar, aksesibilitas yang merujuk kepada akomodasi dan cara operasional dari atraksi tersebut, amenitias yang merujuk kepada konsep pembentukan rasa kesenangan dan kenyamanan dalam konteks wisata dan layanan tambahan berupa kegiatan atau hal-hal kecil yang mendukung kegiatan atraksi sebagai komponen utama. Rancang bangun tersebut harus dilakukan dengan perencanaan dan penyusunan yang komprehensif agar SDA dan SDM bisa dimanfaatkan dengan baik menuju sastra untuk pariwisata budaya berkelanjutan.
Syarifah Rahmah, Gigit Mujianto
Published: 9 June 2022
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 16, pp 87-100; https://doi.org/10.26499/mab.v16i1.510

Abstract:
Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami secara mendalam mengenai jenis-jenis tindak tutur ilokusi dan implikaturnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah 2 video kegiatan pembelajaran kelas VIII di MTs Maarif 19 Assalamah Lampung yang dapat dilihat melalui Youtube. Hasil penelitian menunjukkan terdapat tindak tutur ilokusi dan implikaturnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Tindak tutur ilokusi yang ditemukan dalam video pertama dan kedua adalah pertama, tindak tutur asertif menyatakan; kedua, tindak tutur direktif memerintah; ketiga, tindak tutur komisif menawarkan sesuatu hal; keempat, tindak tutur ekspresif memuji; kelima, tindak tutur deklaratif menghukum. Sementara itu, berdasarkan jenis tindak tutur dan implikatur pengungkapannya dalam penelitian ini hanya ditemukan implikatur tindak tutur konvensionalnya saja.
Hubbi Saufan Hilmi, Sri Wahyuni, Adriani, Darlisa Muhamad
Published: 10 June 2022
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 16, pp 177-198; https://doi.org/10.26499/mab.v16i1.519

Abstract:
Ketidakadilan gender merupakan produk dari adanya kuasa dan budaya patriarki dalam kehidupan bermasyarakat. Ketidakadilan gender ini juga tercermin dalam karya sastra, karya sastra merupakan dunia rekaan atas realitas yang ada. Karya sastra tersebut salah satunya ialah kumpulan cerita pendek Jangan Pulang Jika Kamu Perempuan karya Riyana Rizki. Penelitian ini bertujuan untuk mendekripsikan dan menjelaskan bentuk-bentuk ketidakadilan gender yang terlahir oleh dan dalam kuasa dan budaya patriarki yang ada dalam semesta kumpulan cerpen Jangan Pulang Jika Kamu Perempuan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan kritik sastra feminis yang membaca karya sastra dari perempuan sebagai pembaca (woman as reader), dan menjadikan kumpulan cerpen sebagai sumber datanya. Sementara yang menjadi data dalam penelitian ini ialah kutipan-kutipan dalam kumpulan cerpen yang mengindikasikan masalah dan tujuan penelitian. Teknik analisis data menggunakan analisis data model analisis interaktif Miles dan Huberman yang terdiri dari reduksi, penyajian, dan penarikan simpulan atau verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidakadilan gender dalam kumpulan cerpen Jangan Pulang Jika Kamu Perempuan karya Riyana Rizki termanifestasikan dalam sejumlah bentuk ketidakadilan gender, seperti marginalisasi, subordinasi, stereotip, dan juga dalam bentuk kekerasan terhadap kaum perempuan.
Agnes Erfina Belembele
Published: 9 June 2022
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 16, pp 51-66; https://doi.org/10.26499/mab.v16i1.485

Abstract:
Variasi bahasa digunakan oleh manusia untuk bekerja sama dan berinteraksi. Penutur dan mitra tutur menjalin komunikasi dan menghasilkan variasi bahasa. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah (1) mendeskripsikan variasi bahasa yang terdapat pada pelayanan Customer Service di Bandar Udara Gusti Sjamsir Alam Kotabaru, (2) mendeskripsikan faktor-faktor variasi bahasa yang terdapat pada pelayanan Customer Service di Bandar Udara Gusti Sjamsir Alam Kotabaru. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif dengan menggambarkan secara objektif dan aktual tuturan yang terjadi. Penelitian deskriptif kualitatif ini dilakukan dengan penganalisisan data melalui observasi ke lapangan dengan langkah-langkah pengumpulan, penganalisisan dan penyajian data dengan teknik observasi, teknik rekam dan teknik catat. Hasil dari penelitian ini, yaitu (1) jenis variasi bahasa yang ditemukan dalam pelayanan Customer Service di Bandar Udara Gusti Sjamsir Alam Kotabaru ialah a) variasi bahasa dari segi penutur yaitu penggunaan dialek daerah b) variasi bahasa dari segi pemakaian yaitu register, c) variasi bahasa dari segi sarana yaitu ragam lisan, dan 4) variasi bahasa dari segi keformalan yaitu ragam usaha santai (casual) dan ragam bahasa usaha (konsultativ). (2) Faktor-faktor yang mempengaruhi variasi bahasa pada pelayanan Customer Service di Bandar Udara Gusti Sjamsir Alam Kotabaru adalah Faktor jenis kelamin yang dilihat dari intonasi nada berbahasa.
Muhammad Mulyadi, Rusma Noortyani
Published: 9 June 2022
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 16, pp 35-50; https://doi.org/10.26499/mab.v16i1.484

Abstract:
Penelitian ini menganalisis cerpen Katastrofa karya Han Gagas melalui dekonstruksi Juques Derrida dan unsur-unsur kohesi gramatikal referensi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna dengan dekonstruksi dan mendeskripsikan bentuk kohesi gramatikal referensi menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik baca dan catat. Data temuan berupa kata, kalimat, dan paragraf kemudian dianalisis dan dipaparkan secara deskriptif. Data diperlakukan dengan analisis dekonstruksi dan penyeleksian bentuk kohesi gramatikal referensi. Analisis dekonstruksi, yaitu pertama, teks oposisi dominan orang tua yang menyayangi anak dan anak yang tidak diinginkan. Kedua, pembalikkan oposisi ditemukan orang tua yang tidak menyayangi anak, dan anak yang diinginkan. Bentuk kohesi gramatikal referensi yang ditemukan 282 data atau 100% dengan uraian: persona dengan 151 data atau 54% (I terdiri 6 data atau 2%, II terdiri 10 data atau 4%, III terdiri 135 data atau 48%), demonstratif dengan 110 data atau 39% (waktu 61 data atau 22%, dan tempat 49 data atau 17%), dan komparatif dengan 21 data atau 7% (seperti 13 data atau 5%, sama 2 data atau 1%, dan tampak 3 data atau 1%, bagai 3 data atau 1% ).
Anggik Budi Prasetiyo
Published: 10 June 2022
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 16, pp 121-138; https://doi.org/10.26499/mab.v16i1.513

Abstract:
Berita adalah salah satu media untuk merepresentasikan atau mencitrakan seseorang yang sedang diperbincangkan guna membangun asumsi di kalangan para pembaca. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap citra Tri Rismaharini (TR) yang dibentuk oleh Kompas.com dalam pemberitaan tentang penunjukan Menteri Sosial (Mensos) dalam reshuffle kabinet Indonesia Maju tahun 2020. Data dalam penelitian ini adalah kata, frasa, dan kalimat yang mengandung citraan TR sebagai Mensos. Sumber data penelitian ini adalah lima berita tentang penunjukan TR sebagai Mensos di laman Kompas.com. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitiam kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis wacana kritis model Theo van Leeuwen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa TR dicitrakan positif dengan menggunakan dua strategi, yaitu strategi inklusi dan strategi eksklusi. Strategi inklusi yang ditemukan ialah strategi inklusi diferensiasi, strategi inklusi kategorisasi, strategi inklusi abstraksi, dan strategi inklusi identifikasi, dan strategi inklusi asimilasi. Strategi eksklusi yang ditemukan ialah strategi eksklusi pasivasi dan strategi eksklusi nominalisasi.
Moh. Zalhairi
Published: 10 June 2022
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 16, pp 139-152; https://doi.org/10.26499/mab.v16i1.514

Abstract:
Penelitian ini mengkaji gaya bahasa dan fungsinya yang digunakan dalam bercerita pada penutur bahasa Sasak di Kabupaten Dompu. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi. Dalam analisis data, peneliti menggunakan content analysis. Data penelitian berupa tuturan yang mengandung gaya bahasa dalam menceritakan suatu fenomena. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa penutur Bahasa Sasak di Kabupaten Dompu dalam bercerita lebih banyak menggunakan gaya bahasa dalam bentuk majas hiperbola. Gaya bahasa dalam bentuk majas hiperbola berfungsi untuk mendramatisasi sebuah peristiwa, menunjukkan rasa takjub, membangun humor, dan mencairkan suasana, serta menciptakan kengerian atas sebuah peristiwa yang dialami. Di samping itu, ditemukan juga gaya bahasa dalam bentuk majas litotes, personifikasi, dan simile dengan fungsi untuk menghargai orang lain, membangun keakraban dan hubungan baik, mendramatisasi sebuah peristiwa, serta mengolok-olok atau merendahkan kebiasaan orang lain.
Lukmanul Hakim
Published: 9 June 2022
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 16, pp 67-86; https://doi.org/10.26499/mab.v16i1.506

Abstract:
Ungkapan makian di setiap daerah memiliki keunikan dan kecirikhasan tersendiri. Ungkapan makian merupakan bentuk pelampiasan perasaan yang terpendam dalam hati karena situasi yang tidak menyenangkan. Bahasa Sasak dialek e-e juga memiliki ungkapan makian yang unik dan berciri khas tersendiri. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan bentuk dan referensi makian bahasa Sasak dialek e-e. Metode dalam penelitian ini ialah metode kualitatif deskriptif. Tahap penelitian meliputi (1) penyediaan data; (2) penganalisisan data, dan (3) penyajian hasil analisis data. Data diperoleh melalui teknik pustaka dan wawancara langsung dengan teknik libat cakap catat. Data diklasifikasikan berdasarkan permasalahan yang ada. Data diperoleh dari beberapa informan bahasa Sasak dialek e-e. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk makian bahasa Sasak dialek e-e adalah makian berbentuk kata dan frasa. Makian bahasa Sasak dialek e-e dalam bentuk kata adalah kapir ‘kapir’, jahanam ‘jahanam’, haram ‘haram’, telaknat ‘dilaknat’, jadah ‘jadah’, setan ‘setan’, iblis ‘iblis’, tele ‘nakal’, perot ‘penakut’, penipu ‘penipu’, melak ‘rakus’, noaq ‘durhaka’, ekik ‘pengotor’, bodo ‘bodoh’, belok ‘bodoh’, bungun ‘bodoh’, bongoh ‘bodoh’, jadik ‘durhaka’, gedok ‘tuli’, letaq ‘dekil’, benguq ‘bau’, belang ‘binal’, lekak ‘pembohong’, jogang ‘gila’, melut ‘agak gila’, tele ‘kemaluan perempuan’, dagun ‘besar kepala’, butak ‘botak’, bontet ‘besar perut’, buntet ‘pendek tubuh’, koyos ‘sangat kurus’, mokoh ‘gemuk’, tempang ‘pincang’, densrot ‘pincang’, bute ‘buta’, jeweh ‘besar bibir’, jungaq ‘mulut maju’, pengot ‘miring mulut’, bungkuk ‘bungkuk’, pesot ‘kempes paha’, borot ‘besar kemaluan’, basong ‘anjing’, bewi ‘babi’, godik ‘monyet’, sempi ‘sapi’, jaran ‘kuda’, ujat ‘serigala’, ulah ‘ular’, lentaq ‘lintah’, tekeq ‘tokek’, ngerodok ‘makan’, jeler ‘lihat’, maling ‘maling’, copet ‘copet’, sundel ‘sundal’, ubek ‘pelacur’, pekir ‘pengemis’, dan berong ‘penyakit kusta’. Makian bahasa Sasak dialek e-e dalam bentuk frasa adalah anak kapir ‘anak kafir’, anak jadah ‘anak haram’, maraq setan ‘seperti setan’, anak setan ‘anak setan’, maraq iblis ‘seperti iblis’, anak iblis ‘anak iblis’, teu selaq ‘leak’, tain tele ‘kotoran kemaluan perempuan’, loang tele ‘lubang kemaluan perempuan’, pesok mue ‘peot’, tunggak elak ‘pangkal lidah, beleq baduk ‘besar perut’, maraq basong ‘seperti anjing’, anak basong ‘anak anjing’, maraq bewi ‘seperti babi’, anak bewi ‘anak babi’, anak godik ‘anak monyet’, maraq sempi ‘seperti sapi’, maraq jaran ‘seperti kuda’, maraq ujat ‘seperti serigala’, maraq ulah ‘seperti ular’, maraq lentaq ‘seperti lintah’, tain basong ‘kotoran anjing’, tain jaran ‘kotoran kuda’, dan dengan gawah ‘orang hutan. Referensi makian yang ditemukan dalam Bahasa Sasak dialek e-e mengacu pada agama/kepercayaan, makhluk gaib, sifat/keadaan, anggota tubuh, binatang, aktivitas, profesi rendah, asal daerah terpencil, dan penyakit.
Lirong Zhang
Published: 10 June 2022
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 16, pp 153-176; https://doi.org/10.26499/mab.v16i1.517

Abstract:
Sinonim merupakan salah satu bagian vital dalam pembentukan sistem kosa kata suatu bahasa. Perbedaan kata sinonim dalam metode pengajaran tradisional hanya sekadar makna leksikalnya, bukan penggunaannya sehingga pemelajar sering mengalami kesulitan dalam pemerolehan bahasa kedua. Munculnya linguistik korpus pada pokoknya telah menyediakan cara baru yang telah terbukti efektif dan praktik terhadap penelitian kosa kata. Dengan menggunakan Korpus Indonesian Web (IndonesiaWaC) dan pendeketan campuran kualitatif dan kuantitatif, penelitian ini bertujuan untuk melakukan perbandingan kolokasi dan prosodi semantik terhadap kata sinonim bahasa Indonesia “menyebabkan” dan “mengakibatkan” supaya dapat menemukan perselisihan penggunaan antara kedua katanya dalam teks tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa “menyebabkan” dan “mengakibatkan” berbagi kolokasi yang mirip dan dua-duanya memiliki prosodi semantik negatif dalam sebagian besar konteks. Akan tetapi, “menyebabkan” sebagai kata kerja transitif biasanya disandingkan dengan kata benda yang berhubungan dengan kondisi sosial atau geografis, sedangkan kata-kata yang dikolokasikan “mengakibatkan” cenderung mempunyai kaitannya dengan keadaan badaniah orang. Hasil kajian ini pada dasarnya dapat menjadi referensi dalam pengajaran dan pemerolehan kosa kata bahasa Indonesia bagi pembelajar dan pemelajar bahasa Indonesia di Tiongkok agar meminimalkan keliruan gramatikal yang disebabkan oleh kesalahgunaan kosa kata dan transfer negatif bahasa Mandarin dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Nur Fajar Septiana, Asep Yudha Wirajaya
Published: 9 June 2022
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 16, pp 19-34; https://doi.org/10.26499/mab.v16i1.480

Abstract:
Karya sastra merupakan hasil pola pikir manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga karya sastra dapat digunakan sebagai gambaran bagaimana kehidupan pada zaman karya sastra itu lahir. Dalam proses penghadiran karya sastra tidak lepas dari kebudayaan yang hidup dalam masyarakat, salah satunya adalah kebudayaan lisan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat sejak zaman niraksara hingga saat ini. Penelitian ini membahas mengenai aspek-aspek kelisanan yang terkandung dalam teks Hikayat Upu Daeng Menambun yang bertujuan untuk mengetahui kebudayaan lisan pada zaman naskah Hikayat Upu Daeng Menambun tersebut muncul. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam teks Hikayat Upu Daeng Menambun memiliki dua aspek kelisanan yang menonjol, yaitu aditif alih-alih subordinatif dan empatis-parsipatif alih-alih berjarak secara objektif.
Nining Nur Alaini
Published: 10 June 2022
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 16, pp 101-120; https://doi.org/10.26499/mab.v16i1.511

Abstract:
Hubungan antara manusia dan alam sekitarnya melahirkan banyak kebutuhan, yang salah satunya adalah kebutuhan untuk melestarikan lingkungan alam sekitarnya, sehingga alam tetap terjaga kelestariannya dan dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kajian terhadap cerita rakyat La Hila bertujuan untuk menjawab permasalahan tentang bagaimana sebuah karya sastra berkontribusi terhadap pelestarian dan keseimbangan lingkungan. Dari data yang berupa cerita rakyat La Hila diperoleh data yang berhubungan dengan masalah lingkungan, khususnya yang berkaitan dengan pelestarian mata air. Melalui metode analisis deskriptif kualitatif berdasarkan teori semiotik dari sudut pandang ekokritik, yang dilakukan terhadap cerita rakyat La Hila, diperoleh hasil analisis yang menggambarkan hubungan manusia dengan mata air sebagai sumber kehidupan dan keperdulian terhadap usaha pelestarian lingkungan, khususnya lingkungan mata air. Dari hasil analisis yang dilakukan, juga bisa dilihat bahwa karya sastra memiliki fungsinya yang lain dalam kehidupan nyata, tidak hanya sebagai penghibur di kala senggang semata, tetapi juga menjadi sarana untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitar kita.
Rabiyatul Adawiyah
Published: 9 December 2021
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 15, pp 273—290-273—290; https://doi.org/10.26499/mab.v15i2.461

Abstract:
Verba bahasa Bima merupakan salah satu kelas kata utama yang bersifat sentral dan kompleks. Hal ini dibuktikan melalui selalu hadirnya verba dalam tuturan bersifat penentu kehadiran argumen dan memiliki kewenangan sebagai penentu peran-peran semantik yang ada pada setiap argumen yang menyertainya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pemetaan dan eksplikasi dari verba bernosi `membawa`. Penelitian ini meggunakan metode dengan sumber data berupa data lisan, data tulis yang dikumpukan dari buku cerita bahasa Bima, dan intuisi bahasa. Teknik yang digunakan adalah wawancara dan studi literatur. Metode pengumpulan data yang digunakan metode verifikasi. Sementara itu, metode analisis data yang digunakan adalah metode agih dalam penerapan teknik ubah ujud dan sisip atau parafrase untuk mengungkapkan makna asali dengan 65 butir yang dikenal dengan eksplikasi. Verba `membawa` dipetakan bersandar atas: entitas, proses, alat, dan hasil. Verba bahasa Bima bernosi `membawa` diungkapkan dengan leksikon: wa`a, tundu, su`u, lemba, tewe, lai, kalei, iwa, hanta, randa, dunggi, geo, ce`i, kapi, sampari, ngenge. Hasil penelitian didapatkan bahwa verba tindakan ini memiliki fitur generic dan specific. Temuan di lapangan menunjukkan bahwa ada leksikon dende, termasuk verba bernosi `membawa` yang tidak memiliki lokasi di mana terjadinya tindakan itu, tetapi lebih banyak merujuk pada makna asosiasi.
Fitria Mariyah, Purwanti, Fitria Nur Agustin
Published: 9 December 2021
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 15, pp 259—272-259—272; https://doi.org/10.26499/mab.v15i2.460

Abstract:
Informasi lowongan pekerjaan yang tersebar di kalangan masyarakat luas ternyata terdapat kesalahan berbahasa. Segala informasi yang diunggah ke media sosial tidak memperhatikan kaidah kebahasaan. Hal ini tidak berlaku pada informasi lowongan kerja yang notabene menggunakan ragam bahasa tulis resmi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengetahui susunan kesalahan fonologi pada informasi lowongan kerja di instagram serta mengetahui faktor penyebabnya. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan motode simak bebas libat cakap, data berbentuk ungkapan kata informasi yang diobservasi oleh peneliti sehingga mendapatkan hasil yang sesuai. Hasil penelitian ini dari 10 sumber data ditemukan 59 data yang terdapat kesalahan berbahasa bidang fonologi berupa (1) perubahan bunyi 23 data; (2) penghilangan bunyi 12 data; dan (3) penambahan bunyi 24 data. Kesalahan tersebut berupa perubahan bunyi seperti [a] menjadi [e], perubahan bunyi [a] menjadi [o], perubahan bunyi [e] menjadi [a] dst. penghilangan bunyi [n], [e], [o], [r] dan penambahan bunyi [h], [l], [h], [t], [n], [a], [o], [u], [i], [d]. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya pengaruh bahasa asing atau penyerapan unsur serapan, kurangnya kompetensi berbahasa Indonesia atau ketidaktahuan seorang penutur, dan pembiasaan di lingkungan.
Ayu Nurmalayani, Burhanuddin, Johan Mahyudi
Published: 9 December 2021
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 15, pp 201-220; https://doi.org/10.26499/mab.v15i2.424

Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan refleksi sejarah PKI dalam Novel Tentang Kamu karya Tere Lie. Fokus pendeskripsiannya adalah subjek kolektif dalam novel yang mencerminkan sejarah PKI. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif menggunakan teori strukturalisme genetik. Data penelitian dikumpulkan dengan metode telaah dokumen. Data dianalisis dengan menggunakan metode struktural genetik. Berdasarkan paparan hasil dan pembahasan penelitian diketahui bahwa subjek kolektif novel Tentang Kamu karya Tere Liye yang mencerminkan peristiwa pemberontakan PKI, ada yang tergambar melalui unsur instrinsik, latar belakang pengarang, dan latar belakang sosial budaya tempat karya itu lahir. Disimpulkan bahwa (1) Subjek kolektif unsur instrinsik tampak pada penggunaan latar waktu, tempat, dan suasana/sosial. Latar waktu berupa pembrontakan PKI tahun 1948 dan 1965, latar tempat berupa lokasi pembantaian oleh PKI di Pabrik-pabrik tebu atau Loji-loji Kebun Tebu, dan latar suasana/sosial berupa hiruk pikuk dan pesta pora PKI saat pembantaian tokoh-tokoh agama; (2) Subjek kolektif latar belakang pengarang sebagai akuntan tergambar pada perjalanan tokoh Sri Ningsih dalam pengelola perusahaan dan penyusunan wasiatnya; dan (3) Subjek kolektif latar belakang sosial budaya tempat sastra itu lahir berupa penggunaan seni drama tradisional Ketoprak (dari Surakarta) dan Ludruk (dari Surabaya) sebagai media mempengaruhi masa.
Ullul Azmi
Published: 9 December 2021
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 15, pp 305—314-305—314; https://doi.org/10.26499/mab.v15i2.466

Abstract:
Cerita rakyat merupakan warisan sastra yang diwariskan secara turun temurun. Cerita rakyat dapat digunakan sebagai media untuk mewujudkan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal, demikian juga dengan cerita rakyat Kek Lesap yang mengandung nilai kearifan lokal di dalamnya. Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif menggunakan objek nilai kerarifan lokal cerita rakyat Kek Lesap. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi dan wawancara dengan sesepuh di tokoh masyarakat dan sesepuh di daerah asal cerita rakyat Kek Lesap. Analisis data berpedoman pada model analisis mengalir dari Sutopo, yakni (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) penyajian data, dan (4) penarikan simpulan/verifikasi. Hasil analisis dalam penelitian ini, yakni nilai kearifan lokal dalam cerita rakyat Kek Lesap yang terwujud dalam karakter tokoh Lesap yakni, pantang menyerah, menghargai lingkungan, rela berkorban, berjiwa patriotik, toleran, dan kemanusiaan.
Kasman
Published: 9 December 2021
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 15, pp 351—364-351—364; https://doi.org/10.26499/mab.v15i2.473

Abstract:
Bahasa Samawa sendiri memiliki empat dialek, yakni Dialek Sumbawa Besar, Taliwang, Jereweh, dan Tongo. Di antara keempat dialek tersebut, Bahasa Samawa Dialek Sumbawa Besar merupakan dialek standar. Penelitian ini menjadikan Bahasa Samawa Dialek Sumbawa Besar sebagai sasaran karena masih banyak sisi-sisi kebahasaan dari dialek standar ini yang perlu dikaji sebelum diajdikan sebagai muatan lokal di sekolah-sekolah. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan jenis dan kaidah modalitas Bahasa Samawa DialekSumbawa Besar. Untuk kepentingan pengumpulan data penelitian, peneliti menerapkan atau menggunakan metode simak libat cakap, metode simak tak libat cakap, dan metode introspeksi. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan metode padan intralingual. Hasil analisis data menunjukkan bahwa modalitas bahasa Samawa terdiri atas modalitas intensional yang dicirikan dengan kehadiran leksikon sate ‘ingin,’ rôa ‘mau,’ maksut ‘maksud,’ dan lain-lain. Modalitas epistemik dicirikan dengan kehadiran leksikon mungken ‘mungkin,’ bau bae ‘bisa jadi,’ bau ‘bisa.’ Modalitas deontik yang dicirikan dengan kehadiran leksikon isen ‘izin,’ beang isen ‘memberi izin,’ beang ôlaq ‘beri kesempatan.’ Modalitas dinamik yang dicirikan dengan kehadiran leksikon bauq ‘bisa,’ sanggup ‘sanggup,’ dan mampu ‘mampu.’ Modalitas aletis yang dicirikan dengan kehadiran leksikon perlu ‘perlu’ dan no rôa no ‘mau tidak mau.’
Alfi Khoiru An Nisa, Yunita Trisnawati, Arti Prihatini
Published: 9 December 2021
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 15, pp 365—380-365—380; https://doi.org/10.26499/mab.v15i2.474

Abstract:
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan bentuk dari tindak tutur ekspresif yang ada pada kalimat atau tuturan yang ada pada setiap tokoh dalam novel Pulang-Pergi karya Tere Liye. Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah tuturan yang ada pada novel Pulang-Pergi. Data yang digunakan adalah tuturan atau kalimat dari tokoh yang relevan dengan teori tindak tutur ekspresif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik baca-catat, yaitu membaca dengan kritis novel Pulang-Pergi yang kemudian jika menemukan tuturan yang relevan dengan teori tindak tutur ekspresif akan dicatat, kemudian dilakukan pengelompokkan seusai dengan indikator yang telah disiapkan, yang kemudian data tersebut dianalisis dengan bentuk deksriptif. Hasil penelitian ditemukan bahwa tindak tutur ekspresif dalam novel Pulang-Pergi terdapat 9 bentuk yaitu ucapan terima kasih, ucapan maaf, ucapan selamat, ucapan pujian, ucapan menyalahkan, ucapan harapan, ucapan menyetujui, ucapan tidak menyetujui, dan ucapan terkejut.
Nuriadi
Published: 9 December 2021
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 15, pp 221-240; https://doi.org/10.26499/mab.v15i2.444

Abstract:
Artikel ini membahas cerminan karakter orang Sasak di dalam naskah Indarjaya Sasak. Penyajiannya dilakukan melalui metode kualitatif deskriptif dengan menggunakan teori strukturalisme dinamik sebagai pendekatan teoretisnya. Ditemukan enam karakter orang Sasak di dalam naskah Indarjaya, yaitu a. suka mengembara (ngambar); b. tekun (pacu/genem) mencari ilmu agama (sufisme); c. bersikap takzim dan berbahasa santun (tindih); d. kesatria atau pemberani(wanen/merang) demi harga diri; e. rendah hati; serta f. ramah dan terbuka (gerasaq). Semua karakter yang ditemukan ini merupakan karakter baik yang selalu dijunjung tinggi dan dikedepankan oleh masyarakat Sasak. Karakter-karakter ini menjadi identitas dan kebanggaan orang Sasak yang dipandang sebagai pembeda atau sebuah kekhasan dibandingkan dengan suku-suku lain di Indonesia.
Siti Jamzaroh
Published: 9 December 2021
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 15, pp 381—394-381—394; https://doi.org/10.26499/mab.v15i2.475

Abstract:
Bahasa Maanyan merupakan bahasa yang memiliki penutur cukup luas. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan tujuan 1) mendeskripsikan persentase kognat bahasa Maanyaan pada empat titik pengamatan, yaitu Desa Batapah (MB), Desa Malungai (MM), Desa Ipu Mea (MIM), dan Desa Warukin (MW); 2) mendeskripsikan korespondensi bunyi yang ada di antara empat titik pengamatan bahasa Maanyan tersebut; dan 3) mendeskripsikan perubahan bunyi sporadis. Pengumpulan data melalui studi pustaka, teknik simak dan catat, pengolahan data dengan metode leksikostatistik. Hasil yang ditemukan adalah ditemukan 1) persentase kata kerabat keempat titik pengamatan MW-MB-82%, MW-MM 78%, MW-MIM 80,5%, MB-MM: 79%, MB-MIM 83%, MM-MIM 77,5%; 2) korespondensi bunyi antartitik pengamatan bahasa Maanyan adalah a) arah korespondensi bunyi [ Φ-b- Φ-b], dan korespondensi bunyi [b-b- Φ –b]; b) variasi bunyi glottal (?), c) korespondensi bunyi [kŋ]-[ŋ], dan d) perubahan bunyi sporadis sinkop dan metatesis.
Rusmin Nurjadin
Published: 9 December 2021
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 15, pp 331—350-331—350; https://doi.org/10.26499/mab.v15i2.472

Abstract:
Cerita rakyat Tanjung Menangis adalah cerita rakyat yang berasal dari Sumbawa. Cerita ini berkisah tentang seorang putri yang disembuhkan oleh pangeran dari Ujung Pandang yang menyamar menjadi seorang sandro. Fitnah tersebar mengenai sang sandro dan cinta sang putri pun tidak direstuioleh Raja. Sang sandro memutuskan pulang ke kampung halaman sementara sang putri mengejarnya ke ujung tanjung. Ia menangis karena tak mampu bersatu dengan sang sandro hingga akhirnya ditemukan meninggal di ujung tanjung. Tempat tersebut kini dikenal dengan sebutan Tanjung Menangis.Penelitian resepsi sastra pada cerita rakyat Tanjung Menangis dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana penilaian masyarakat terhadap cerita rakyat tersebut. Resepsi sinkronis dilakukan dengan pendekatan struktural, sosiologis dan psikologis. Penelitian menggunakan kuesioner pada 15 responden yang dipilih melalui metodepurposive sampling dengan memberikan naskah cerita rakyat yang ditulis oleh budayawan Sumbawa, Aries Zulkarnain. Dataditabulasikan dalam tabel dan diagram serta dianalisis dengan metode kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pembaca menyimpulkan cerita rakyat bertema legenda setempat (60%), memiliki alur maju (73,33%), dan mudah dipahami (73,33%). Resepsi pembaca terhadap kondisi sosial masyarakat Sumbawa di dalam cerita adalah memiliki budaya mursyawarah (66,67%). Pembaca menilai cerita kental akan nilai religius (46,67%) dan nilai moral (40%). Pembaca juga mendapatkan manfaat dari cerita (100%), yakni berupa manfaat inspirasi nilai-nilai luhur (53,33%) serta wawasan sejarah dan budaya (46,67%). Perasaan pembaca setelah membaca cerita adalah bersemangat untuk mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya (93,33%). Cerita rakyat Tanjung Menangis dapat direkomendasikan sebagai pengajaran karena kandungan nilai-nilai baik yang terdapat di dalamnya. Penelitian ini juga memperkaya pengetahuan akan nilai dari cerita rakyat Sumbawa sebagai bagian dari kekayaan kebudaayan bangsa Indonesia.
Azanul Islam, Burhanuddin, Saharudin
Published: 9 December 2021
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 15, pp 241—258-241—258; https://doi.org/10.26499/mab.v15i2.458

Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis dan fungsi tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam Talkshow Indonesia Lawyers Club dengan tema “75 tahun Indonesia maju”. Sumber data dalam penelitian ini adalah tuturan yang mengandung ilokusi yang diucapkan oleh pembawa acara dan narasumber pada acara Talkshow Indonesia Lawyers Club. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak bebas libat dan teknik catat, sedangkan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode padan ekstralingual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: jenis tindak tutur ilokusi yang ditemukan yaitu asertif, direktif, komisif, dan ekspresif. Fungsi tindak tutur ilokusi yang ditemukan yaitu: (1) fungsi memberitahukan, (2) menyimpulkan, (3) mengemukakan pendapat, (4) mengklaim, (5) mengajak, (6) meminta, (7) memerintah, (8) melarang, (9) menyarankan, (10) mengharapkan, (11) mengucapkan terima kasih, (12) meminta maaf, (13) menyalahkan, (14) mengkritik, (15) mengucapkan selamat, (16) memuji, (17) menyindir, (18) menjanjikan, (19) mengancam, (20) menolak, (21) bersumpah. Jenis tindak tutur yang paling dominan adalah tindak tutur jenis ekspresif, dan fungsi tindak tutur yang paling dominan adalah fungsi mengucapkan terima kasih.
Suhila Mahamu, Dian Indira, Ypsi Soeria Soemantri, Riza Lupi Ardiati
Published: 9 December 2021
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 15, pp 315—330-315—330; https://doi.org/10.26499/mab.v15i2.468

Abstract:
Iklan berbahasa Thailand “Vizer CCTV: Homeless Blind Truth” sarat berisi pesan moral, yang disebut oleh tokoh semiotik Roland Barthes dengan mitos. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji makna denotasi, konotasi dan mitos yang terkandung dalam iklan“VizerCCTV: Homeless Blind Truth”. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Adapun metode penyediaan data yang digunakan peneliti adalah metode simak dengan mengakses data dari Youtub. Berdasarkan teori semiotik Barthes, dikaji makna denotasi, konotasi, kemudian mitos yang terkandung dalam iklan “VizerCCTV: Homeless Blind Truth”. Berdasarkan hasil penelitian,iklan “VizerCCTV: Homeless Blind Truth” terdapat 9 adegan yang terkandung makna denotasi dan konotasi yang berbentuk tertampil gambar dan audio. Mitos yang terkandung dalam iklan agar kita tidak mudah berprasangka buruk kepada orang lain.
Umi Kulsum, Cece Sobarna, Tajudin Nur, Wagiati Wagiati
Published: 30 June 2021
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 15, pp 133-144; https://doi.org/10.26499/mab.v15i1.445

Abstract:
Banyaknya pemakaian maka dalam kondisi berbahasa Indonesia sekarang bertolak belakang dengan kajian atau bahasan mengenai maka. Tidak ditemukan tulisan pakar yang membahas maka secara terperinci, termasuk dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia yang hanya menyebutkan maka sebagai konjungtor subordinatif hasil. Uraian mengenai maka yang agak lengkap justru ditemukan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwadarminta yang sudah cukup lama terbit. Tulisan ini mencoba mengamati maka dari sisi kenyataan (fakta) yang ada dan dari sisi tata bahasa. Maka dalam tulisan ini ditinjau atas perilaku sintaksis, makna, dan bentuknya. Berdasarkan perilaku sintaksis dan makna, maka yang mengikuti anak kalimat mempunyai frekuensi kemunculan yang paling banyak (jika…, maka….). Batas maka sebagai konjungtor antarkalimat dan konjungtor antarklausa sangat tipis, apalagi dalam ragam lisan. Berdasarkan bentuknya dapat dinyatakan bahwa sebagian besar maka merupakan konjungsi dasar (tidak bergabung dengan bentuk lain). Akan tetapi, ada juga modifikasi maka, yaitu bergabung dengan –nya dan bergabung dengan dari itu.
Tania Intan, Susi Machdalena
Published: 30 June 2021
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 15, pp 145-164; https://doi.org/10.26499/mab.v15i1.448

Abstract:
Budaya patriarki telah membuat perempuan didorong untuk bersegera menjadi istri dan ibu dalam sebuah keluarga, sehingga ia lebih dihargai sebagai anggota masyarakat yang utuh. Fenomena ini masih berlangsung dalam situasi aktual, sebagaimana tercermin dalam sejumlah novel populer. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari stigma perempuan lajang dan perkawinan di dalam metropop 90 Hari Mencari Suami (2019) karya Ken Terate. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-kualitatif. Data berupa kata, frasa, dan kalimat dikumpulkan dengan teknik simak-catat. Data selanjutnya diklasifikasi, diinterpretasi, dan dikaji. Landasan teoretis yang digunakan dalam penelitian ini adalah perspektif sosiologis dan kritik sastra feminis dari Beauvoir dan Humm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam novel 90 Hari Mencari Suami: (1) kelajangan merupakan hal yang tidak wajar terjadi pada perempuan dewasa sehingga muncul mitos dan stigma yang mendorongnya untuk segera menikah. Protagonis perempuan membuktikan bahwa mitos itu tidak benar dan memutuskan untuk menentukan jalan hidupnya sendiri. (2) Perkawinan tidak seharusnya terjadi karena perasaan takut melainkan didasari oleh kesadaran penuh untuk menjalaninya. Perkawinan yang ideal adalah yang memposisikan perempuan dan laki-laki dalam kedudukan setara.
Ardiansyah
Published: 30 June 2021
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 15, pp 95-112; https://doi.org/10.26499/mab.v15i1.434

Abstract:
Manusia tidak bisa terlepas dari kegiatan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan berbahasa dibagi menjadi dua, yakni kegiatan berbahasa lisan dan kegiatan berbahasa tulis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengorganisasian tuturan dan pemilihan kata calon gubernur dan wakil gubernur dalam Debat Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Selatan Tahun 2020. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian dibatasi pada pengorganisasian tuturan dan pemilihan kata. Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi dan instrumen penelitian menggunakan kartu data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa saat berbicara, penutur menerapkan empat aspek pengorganisasian tuturan, yang meliputi: 1) prinsip organisasi tuturan (prinsip kesatuan, prinsip koherensi, prinsip penekanan), 2) organisasi tuturan (bagian awal, bagian tengah, bagian akhir), 3) pola organisasi tuturan (pola topikal, pola sebab-akibat, dan pola pemecahan masalah), dan 4) pengembangan tuturan (teknik narasi, teknik induktif, teknik deduktif, teknik sebab-akibat, teknik menjelaskan dasar sebelum atau sesudah pernyataan, teknik analogi teknik klimaks,). Terkait dengan pemilihan kata, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penutur menerapkan aspek pemilihan kata yang meliputi penggunaan kata yang jelas (menggunakan kata-kata sederhana, kata-kata yang spesifik, menggunakan kata secara hemat), penggunaan kata yang tepat, dan penggunaan kata yang menarik (menggunakan kata yang berona, dan kata-kata tindak, memilih kata yang langsung menyentuh diri mitra tutur).
Ilham Rabbani
Published: 30 June 2021
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 15, pp 113-132; https://doi.org/10.26499/mab.v15i1.441

Abstract:
Makalah ini berusaha menyelisik transformasi cerita rakyat suku Sasak seperti Dewi Anjani, Mandalika, dan Cilinaya oleh Irma Agryanti dalam kumpulan puisi Anjing Gunung. Teori intertekstual dijadikan pisau analisisnya. Metode yang digunakan ialah metode kualitatif-deskriptif. Temuan dari makalah ini: pertama, dalam puisi “Anjani”, Agryanti menyisipkan sudut pandang pribadi dan empatinya ke dalam kisah “Dewi Anjani”, diwakili ungkapan berdiri sedekap pada bait terakhir puisi; kedua, dalam puisi “Mandalika”, selain menyisipkan sudut pandang pribadinya, Agryanti juga melakukan penyimpangan terhadap cerita “Mandalika”, dengan mengatakan bahwa Mandalika membawa kesedihan ketika menceburkan diri ke laut; dan ketiga, hanya terjadi penceritaan ulang terhadap cerita “Cilinaya”, sebab dari keseluruhan bait, Agryanti hanya menceritakan ulang fragmen pertengahan sampai akhir cerita “Cilinaya”. Pemanfaatan kembali ketiga cerita rakyat ke dalam puisi-puisi Agryanti dapat dimaknai sebagai upaya pengarang untuk menawarkan sosok teladan bagi pembaca, memberikan perspektif baru dan memperkaya tafsiran, serta mempertegas kembali eksistensi cerita rakyat di tengah-tengah masyarakat Sasak.
Marlin E. Lering, Gisela Nuwa, Nur Syamsiah Syamsiah
Published: 30 June 2021
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 15, pp 1-14; https://doi.org/10.26499/mab.v15i1.419

Abstract:
Nilai-nilai didaktif dalam syair lagu Ier pare pada masyarakat etnis Krowe merupakan suatu bentuk pengangkatan kembali nilai kearifan lokal setempat yang diyakini dapat memberikan nilai-nilai kehidupan yang tergerus oleh perubahan zaman. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan nilai-nilai didaktif dalam syair lagu Ier pare pada masyarakat etnis Sikka Krowe. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data menggunakan metode observasi dan studi kepustakaan. Analisi data dilakukan dengan langkah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian terkait nilai-nilai didaktif dalam syair lagu ier pare pada masyarakat Sikka Krowe menunjukkan bahwa: Pertama, Nilai Kecerdasan atau intelektual berarti dalam menghadapi persoalan hidup hendaknya menggunakan segala akal kemampuan untuk mengatasinya. Kedua, nilai harga diri diperoleh dari proses pencarian benih yang terbaik di tempat yang jauh. Benih yang terbaik identik dengan kualitas diri seseorang. Ketiga, nilai sosial dimaknai sebagai semangat solidaritas dan memahami diri tidak dapat hidup sendirian tanpa orang lain. Keempat, nilai cita-cita hidup yang dimaknai dengan segala hal yang dikerjakan saat ini dengan tekun akan membuahkan hasil yang baik. Kelima, nilai sopan santun berarti sikap taat dan patuh terhadap hal yang disepakati bersama. Keenam, nilai kemurnian diri.
Syahroma Eka Suryani, Dian Uswatun Hasanah
Published: 30 June 2021
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 15, pp 15-34; https://doi.org/10.26499/mab.v15i1.420

Abstract:
Cerita bersambung Lelaki Jahanam karya Novie Purwanti banyak menampilkan gambaran perempuan yang termarjinalkan, terkurung dalam budaya patriarki dan persoalan lain yang dihadapi perempuan dalam rumah tangga. Permasalahan seperti demikian dekat dengan realita kehidupan saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan representasi perempuan dalam cerita bersambung Lelaki Jahanam karya Novie Purwanti di grup media sosial Facebook, yaitu Komunitas Bisa Menulis (KBM). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan analisis wacana kritis prespektif Fairclough. Wacana, paragraf dan dialog dalam cerita bersambung dianalisis bagaimana ideologi turut merepresentasikan perempuan. Dari hasil penelitian tentang representasi perempuan dalam cerbung Lelaki Jahanam dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga representasi yang ditemukan, yaitu representasi perempuan dilihat dari pengaruh gender, representasi perempuan dalam melawan patriarki, dan representasi perempuan dilihat dari status sosial.
Hidayat Widiyanto, Emzir, Liliana Muliastuti
Published: 30 June 2021
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 15, pp 35-54; https://doi.org/10.26499/mab.v15i1.422

Abstract:
Tujuan tulisan ini ialah untuk melihat teks iklan di lingkungan sekolah berdasarkan teori Linguistik Sistemik Fungsional yang difokuskan pada fungsi sosial, struktur teks, dan ciri kebahasaan teks iklan. Metode penelitian ini menggunakan analisis isi Philip Myring dengan pengembangan kategori induktif. Teks iklan yang dipajang di sekolah menyampaikan produk dalam bidang pendidikan, minuman, dan kosmetik dan memiliki struktur teks iklan yang lengkap sebagai teks eksposisi, serta penggunaan bahasa yang sesuai dengan bahasa pada iklan. Fungsi sosial iklan selain memasarkan produk juga memberikan pesan lain. Teks iklan di sekolah dapat berimplikasi pada model pembelajaran di dalam kelas atau penguasaan teks iklan siswa dapat digunakan dalam penyusunan iklan yang dipasang di sekolah.
Amalia Magfira, Ahmad Sirulhaq, Rahmad Hidayat
Published: 30 June 2021
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 15, pp 55-78; https://doi.org/10.26499/mab.v15i1.423

Abstract:
Penelitian ini bertujuan mengungkap representasi pasangan kandidat Gubernur dan Wakil Gubernur NTB pada pemilihan kepala daerah tahun 2018 di surat kabar Lombok Post. Pengungkapan disampaikan secara deskriptif dengan Metode Analisis Wacana Kritis. Model analisis wacana kritis yang digunakan adalah model Teun A. Van Dijk. Data penelitian ini berupa 500 teks berita seputar pasangan kandidat yang bertarung. Karena luasnya populasi data, data dibatasi dengan Teknik Purposive Sampling sehingga hanya 20 teks berita yang ditampilkan dengan pembagian 5 berita untuk setiap pasangan kandidat. Data dikumpulkan dengan Metode Simak dan Teknik Catat. Pada tahap penganalisisan data, digunakan Model Analisis Wacana Kritis versi Teun A. Van Dijk dengan mempraktikkan seluruh komponen elemen struktur. Selanjutnya, data disajikan dengan Metode Formal dan Informal. Berdasarkan hasil penganalisisan data didapatkan simpulan bahwa dalam pemberitaan pasangan kandidat Gubernur dan Wakil Gubernur NTB tahun 2018, Lombok Post menampilkan citra positif seluruh pasangan kandidat. Pada dasarnya, citra negatif juga ditemukan pada pasangan kandidat. Namun, jumlah representasi negatif sangat tidak signifikan.
Rifa Rafkahanun, Agus Nero Sofyan
Published: 30 June 2021
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 15, pp 79-94; https://doi.org/10.26499/mab.v15i1.429

Abstract:
Bahasa Arab sangat mempengaruhi budaya masyarakat Indonesia, dari mulai banyaknya kosakata bahasa Arab yang diserap ke dalam bahasa Indonesia hingga penggunaan nama diri dari istilah-istilah yang ada dalam bahasa Arab. Penelitian ini membahas mengenai analisis nama diri orang berbahasa Arab di Indonesia berdasarkan kajian morfologi dan semantik dengan tujuan mengklasifikasikan nama diri orang di Indonesia yang diambil dari bahasa Arab berdasarkan kategori kelas kata dan maknanya. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah padan intralingual translasional dengan teknik pilah unsur penentu yakni nama diri orang Indonesia yang berasal dari bahasa Arab ditransliterasikan ke dalam bahasa Arab lalu dianalisis kategori kelas katanya berdasarkan teori morfologi bahasa Arab. Adapun penyajian hasil analisis data digunakan metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, secara morfologis disimpulkan bahwa nama diri berbahasa Arab di Indonesia berasal dari empat kategori kelas kata yaitu (1) nomina, yang terdiri dari nomina nama diri seperti Ahmad dan Ramadhan, nomina jenis seperti Zahra dan Ma’arif, nomina subjektif seperti Arif dan Faizah, nomina objektif seperti Muntazhar dan Mubarak, serta nomina deverba seperti Rahmat dan Ridwan; (2) verba seperti Tsabita dan Faza, (3) adjektiva seperti Akbar dan Jamilah, dan (4) numeralia seperti Alfa dan Tsany.
M. Busairi, Tengsoe Tjahjono, Haris Supratno
Published: 30 June 2021
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 15, pp 165-180; https://doi.org/10.26499/mab.v15i1.449

Abstract:
Krisis ekologi merupakan fenomena yang penting untuk dikaji agar masyarakat sadar betapa pentingnya menjaga lingkungan. Oleh sebab itu, representasi krisis ekologi dalam novel Luka Perempuan Asap karya Nafi’ah al-Ma’rab merupakan salah satu cara menyadarkan masyarakat untuk menjaga lingkungan. Novel tersebut menggambarkan permasalahan krisis ekologi di Riau, seperti kebakaran hutan, kabut asap, pencemaran, kekeringan, serta pemanasan global sebagai akibat dari pembukaan lahan kelapa sawit. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan representasi krisis ekologi dalam novel Luka Perempuan Asap karya Nafi’ah al-Ma’rab. Kajian ekokritik menjadi landasan dasar dalam penelitian krisis ekologi ini. Metode yang digunakan dalam penelitian, yakni deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan teknik baca dan teknik catat. Langkah-langkah dalam analisis data, yaitu pengumpulan data, reduksi, penyajian, dan penyimpulan data. Adapun hasil penelitian bentuk representasi krisis ekologi dalam novel Luka Perempuan Asap karya Nafi’ah al-Ma’rab yang menggunakan kajian ekokritik ini, yakni (1) krisis ekologi terjadi pada pencemaran tanah dan udara akibat adanya pembakaran hutan yang menimbulkan kabut asap serta tercecernya minyak di area perkebunan kelapa sawit, (2) kerusakan hutan terjadi karena adanya pembukaan lahan kelapa sawit, (3) bencana kekeringan di berbagai daerah karena hutan telah gundul dan minimnya daerah resapan, (4) permukiman penduduk semakin menyempit akibat pembukaan lahan kelapa sawit, (5) pembukaan lahan kelapa sawit mengakibatkan banyak hewan yang punah, dan (6) kondisi bumi semakin panas, tanah mulai kering dan retak, kekurangan sumber air, serta terjadinya kabut asap di mana-mana. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa novel Luka Perempuan Asap karya Nafi’ah al-Ma’rab merupakan novel bergenre sastra hijau yang menyampaikan kepedulian terhadap lingkungan alam. Penelitian yang menggunakan pendekatan ekokritik ini menjadi pembelajaran bagi masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan agar tidak terjadi krisis ekologi. Tidak kalah penting, penelitian ini juga bisa menjadi bahan referensi bagi guru Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah pada pembelajaran analisis teks sastra berbasis lingkungan.
Randa Anggarista
Published: 30 June 2021
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 15, pp 181-200; https://doi.org/10.26499/mab.v15i1.451

Abstract:
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan perspektif sosiologi sastra. Data dalam penelitian ini berupa teks yang mengacu pada rumusan masalah tentang bentuk kearifan lokal Suku Dayak Kalimantan, sedangkan sumber data dalam penelitian ini yaitu ontologi cerpen Bingkisan Petir karya Korrie Layun Rampan, Ed., yang diterbitkan pada tahun 2005. Instrumen dalam penelitian ini yaitu penulis yang berorientasi pada penelitian tentang bentuk kearifan lokal Suku Dayak Kalimantan dalam ontologi cerpen Bingkisan Petir karya Korrie Layun Rampan. Adapun uji validitas data dalam penelitian ini menggunakan validitas semantis yang berorientasi pada kedalaman proses interpretasi, ketepatan, dan kecermatan analisis berdasarkan perspektif yang digunakan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik baca, catat dan kepustakaan. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan reduksi data, penyajian dan interpretasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam ontologi cerpen Bingkisan Petir karya Korrie Layun Rampan, Ed., ditemukan adanya representasi kearifan lokal Suku Dayak Kalimantan, yaitu pertama, kearifan lokal pada sistem kesenian berupa musik sampe serta tari nyelamai sakai. Kedua, kearifan lokal pada sistem bahasa berupa bahasa lokal (bahasa ibu) yaitu bahasa banjar. Ketiga, kearifan lokal pada sistem teknologi berupa ketinting sebagai alat transportasi air. Keempat, kearifan lokal pada sistem kepercayaan yang menganut sistem anchestral belief dan the one God. Kelima, kearifan lokal pada sistem mata pencaharian hidup dengan menerapkan sistem perkebunan di tengah kawasan hutan.
Rima Rismaya, Agus Nero Sofyan
Published: 14 December 2020
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 14, pp 181-194; https://doi.org/10.26499/mab.v14i2.354

Abstract:
Interjeksi sebagai bagian dari kata tugas bahasa Indonesia digunakan dalam media sosial, salah satunya Twitter. Namun, interjeksi yang digunakan lebih bervariasi karena pengguna Twitter terkesan bebas menggunakan kata apapun untuk mengekspresikan cuitannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan fungsi interjeksi yang terdapat dalam Twitter. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik simak dan catat sebagai teknik pengumpulan data. Adapun analisis data dilakukan dengan menggunakan metode agih yaitu teknik bagi unsur langsung (BUL) sebagai teknik dasar dan teknik lesap sebagai teknik lanjutan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat lima jenis interjeksi yang digunakan dalam komentar terhadap cuitan akun Twitter @asknonym, antara lain: (1) interjeksi kekesalan; (2) interjeksi kekagetan; (3) interjeksi kejijikan; (4) interjeksi keheranan; dan (5) interjeksi ajakan.
Hasnawati Nasution
Published: 14 December 2020
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 14, pp 297-314; https://doi.org/10.26499/mab.v14i2.404

Abstract:
Seorang Anak mulai berkomunikasi dengan mengucapkan satu suku, dua suku kata dan akhirnya dapat mengungkapkan sebuah kalimat. Saat anak mulai berkomunikasi, dia ingin orang dewasa memahami maksudnya meskipun kata yang diucapkannya belum sempurna. Anak berusaha mengungkapkan keinginannya dengan segala keterbatasan pemerolehan bahasanya. Apakah orang disekitarnya memahami keingunan si anak? Bagaimanakah orang dewasa memahami kalimat tersebut sebagai permintaan, pertanyaan, atau pernyataan? Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis tindak tutur yang dilakukan oleh anak batita dan kemapuan komunikasi dalam hal ini proses percakapannya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data penelitian ini adalah segala perkembangan pemerolehan bahasa anak baik berupa kata, frasa, kalimat, dan segala tindakan komunikasi anak sejak anak berusia 8 bulan hingga 34 bulan. Sampel penelitian ini adalah seorang anak bernama Bintang yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu. Data dikumpulkan menggunakan teknik rekam dan catat. Selanjutnya data dianalisis dengan mendeskripsikan kemapuan bahasa anak untuk mengetahui daya ilokusi sebagai akibat dari ujaran si anak. Data juga dianalisis untuk mengetahui pemerolehan kalimat dan kata pada anak, serta kemampuannya dalam memahami giliran berkomunikasi. Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa anak sudah mampu mengujarkan kalimat atau kata yang memiliki daya ilokusi berupa pernyataan, permintaan, dan perintah, serta telah menerapkan aturan giliran berbicara partisipan dalam sebuah percakapan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa anak batita telah mampu menerapkan perilaku tindak tutur dan memiliki kemampuan percakapan yang dapat dipahami oleh orang sekitarnya.
Rudi Rudi, Noviatussa’Diyah Noviatussa’Diyah
Published: 14 December 2020
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 14, pp 221-238; https://doi.org/10.26499/mab.v14i2.392

Abstract:
Nilai-nilai pendidikan puasa Ramadan dalam kehidupan manusia sangat esensial. Ibadah puasa Ramadan dapat meningkatkan kecerdasan spiritual seseorang, dan memperbaiki hubungan kepada Allah dan sesama. Adapun tujuan artikel ini adalah mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan puasa Ramadan dalam komik webtoon “Nostalgia Ramadhan Si Juki Kecil” karya Faza Meonk. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah analisis isi kualitatif. Sumber data artikel ini adalah komik webtoon “Nostalgia Ramadhan Si Juki Kecil” karya Faza Meonk. Data berupa kalimat dan dialog yang menggambarkan nilai-nilai pendidikan puasa Ramadan. Teknik pengumpulan data dengan cara sebagai berikut, (1) membaca secara keseluruhan teks cerita komik “Nostalgia Ramadhan Si Juki Kecil” karya Faza Meonk, (2) mengidentifikasi data yang mencerminkan nilai-nilai pendidikan puasa Ramadan, dan (3) mencatat data yang diperoleh dari komik webtoon “Nostalgia Ramadhan Si Juki Kecil” karya Faza Meonk. Adapun teknik analisa data yang dilakukan dalam artikel ini yaitu, (1) mengklasifikasi data sesuai dengan rumusan masalah, (2) menganalisis data, (3) menginterpretasikan data, dan (4) penarikan kesimpulan. Hasil artikel menunjukkan nilai-nilai pendidikan puasa Ramadan dalam komik webtoon “Nostalgia Ramadhan Si Juki Kecil” karya Faza Meonk adalah sebagai berikut. (1) Nilai pendidikan puasa Ramadan dalam aspek kejujuran, dapat dilihat pada pelaksanaan puasa yaitu takut melakukan perbuatan mencuri dan keberanian sebagai bentuk kejujuran. (2) Nilai pendidikan puasa Ramadan dalam aspek kedisiplinan, terdapat pada kegiatan sahur dan buka puasa dan kegiatan pesantren kilat di masjid. (3) Nilai pendidikan puasa Ramadan dalam aspek kepekaan sosial, terdapat pada kegiatan ngabuburit dan kegiatan salat id dan silaturahmi.
Burhanuddin Burhanuddin, Mahsun Mahsun, Sukri Sukri, Mahyuni Mahyuni, Saharuddin Saharuddin
Published: 14 December 2020
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 14, pp 315-328; https://doi.org/10.26499/mab.v14i2.417

Abstract:
Artikel ini bertujuan menjelaskan status satuan lingual {ka-} dalam bahasa Sumbawa Dialek Jereweh. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan introspeksi (karena penulis penutur dan menguasai bahasa Sumbawa) dengan menghadirkan keseluruhan konteks pemakaian satuan {ka-}, sedangkan data dianalisis menggunakan metode padan intralingual. Hasil analisis data menunjukkan empat status satuan {ka-} dalam bahasa Sumbawa. Pertama, berstatus sebagai morfem terikat (afiks), misalnya pada kangering ‘kedinginan’, kandatang ‘kedatangan’, kanepat ‘kesiangan’. Kedua, berstatus sebagai penunjuk penanda aspek bermakna ‘telah’, biasanya mendahului verba yang mengisi fungsi predikat dalam konstruksi sintaksis, misalnya dalam kontruksi ka datang ‘telah datang’, ka lalo ‘telah pergi’, ka mate ‘telah meninggal’, dan sebagainya. Ketiga, berstatus sebagai penunjuk ‘ini’, misalnya pada ka nya ‘ini dia’, kabeka ka ‘kenapa ini’, apa ka ‘apa ini’, dan sebagainya. Keempat, bukan sebagai satuan apapun karena merupakan bagian (suku kata) dari unsur morfem dasar, misalnya kamomang ‘terapung’, kameler ‘terbawa arus air’, kamantul ‘tersandung’, dan sebagainya, karena masing-masing tidak ditemukan bentuk *momang, *meler, dan *mantul dalam bahasa Sumbawa Dialek Jereweh.
Busairi Sakban, Mintowati Mintowati, Dianita Indrawati
Published: 14 December 2020
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 14, pp 161-180; https://doi.org/10.26499/mab.v14i2.344

Abstract:
Campur kode dalam film tentu menarik untuk dikaji. Salah satunya film La Hila Donggo yang berasal dari Bima, diangkat dari cerita daerah setempat dengan memadukan unsur bahasa Bima dengan bahasa Indonesia serta memiliki nilai-nilai yang patut dipelajari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk campur kode dalam film La Hila Donggo serta faktor penyebab terjadinya campur kode. Penulisan artikel ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan metode penelitian yang digunakan yaitu metode simak dan menggunakan teknik catat untuk memperoleh data lisan. Adapun analisis data menggunakan metode padan dengan menggunakan teknik hubung banding menyamakan. Langkah-langkah dalam analisis data yaitu, menampilkan data bentuk campur kode, menganalisis bentuk campur kode, mengklasifikasikan bentuk campur kode, menyamakan bentuk campur kode yang sesuai dengan artinya, dan menarik kesimpulan bentuk campur kode. Adapun hasil penelitian ini ditemukan 28 bentuk campur kode ke dalam mencakup kata 17 data seperti, ori,santabe, ina, nami, nahu, mada, nggomi, ompu. Kemudian frasa 7 data seperti, dou Donggo, dana Mbojo, ana mone, lenga mada. Selanjutnya, klausa 4 data seperti, hademu nahu lenga, lao nggomi, nahu eda, lembo ade ana. Selanjutnya, adapun faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode yang terjadi dalam film La Hila Donggo meliputi, (a) faktor kebahasaan, (b) faktor kebiasaan, dan (c) faktor sikap penutur.
Afif Ikhwanul Muslimin
Published: 14 December 2020
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 14, pp 277-296; https://doi.org/10.26499/mab.v14i2.400

Abstract:
Code-mixing phenomenon which appears in different settings and contexts creates interest for investigation. This research is aimed to analyze the elements of code mixing in Friday prayer sermon, the reasons underlying speaker to mix code, and the responses of audience. This is a qualitative research by implementing content analysis. Based on the analysis, the elements of code mixing in the sermon were in the form of words, phrases, and clauses. The reasons causing speaker mixing the code are making the sermon easy listening, making his sermon accepted, understanding listener that old man preferred local language in sermon, matching sermon with social condition, making himself accepted, making ease to deliver the sermon, making sermon more communicative, and making the sermon get in touch with the listeners. Then, based on the questionnaires which were given to 25 respondents, there were 22 people understood the sermones. However, 10 people of them said that the sermones should be delivered in Bahasa Indonesia only. They thought that the sermon would be more easy listening, more understandable, and created more comfortable listening. On the other hand, they thought many listeners were the outsiders of the village. Hence, it is concluded that phenomenon appears to consider context, goal, and audience.
Rengki Afria, Olivia Virginia
Published: 14 December 2020
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 14, pp 259-276; https://doi.org/10.26499/mab.v14i2.395

Abstract:
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan komposisi dalam cerita pendek "Pengantar Tidur Panjang Karya Eka Kurniawan: Kajian Morfologi”. Teori yang digunakan adalah morfologi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah bentuk komposisi dalam cerita pendek "Pengantar Tidur Panjang" Karya Eka Kurniawan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode catat. Metode analisis data, yakni metode distribusional. Hasil penelitian ditemukan dua bentuk komposisi, yakni komposisi eksosentris dan endosentris. Hasil analisis disimpulkan bahwa terdapat 23 data yang mengandung unsur komposisi. Unsur tersebut didapatkan 10 data yang bersifat eksosentris dan 13 data yang bersifat endosentris.
M. Oktavia Vidiyanti, Tengsoe Tjahjono
Published: 14 December 2020
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 14, pp 195-220; https://doi.org/10.26499/mab.v14i2.355

Abstract:
Lirik lagu sangat menarik dipakai sebagai media pembelajaran menyimak dan berbicara. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana lirik lagu keroncong, sebagai salah satu wujud kebudayaan Indonesia, sebagai media pembelajaran menyimak dan berbicara mahasiswa yang belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Penelitian studi kasus ini memilih subjek penelitian mahasiswa yang memprogram mata kuliah Audio-Visual Bahasa Malay-Indonesian pada tahun pertama semester kedua di Hankuk University of Foreign Language.Untuk mengaji bagaimana langkah-langkah pembelajaran materi tersebut, data dikumpulkan melalui observasi dan wawancara. Berdasarkan hasil jawaban 15 mahasiswa atas pertanyaan dan pembahasan disimpulkan bahwa mahasiswa dapat memahami informasi dengan baik melalui apa yang diamati dan disimak dan mampu mengungkapkan pengalamannya itu secara lisan. Di samping itu mahasiswa memperoleh pengetahuan tentang budaya Indonesia yang memperkaya wawasannya tentang Indonesia.
Syaiful Musaddat, A.A.I.N. Marhaeni
Published: 14 December 2020
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 14, pp 143-160; https://doi.org/10.26499/mab.v14i2.335

Abstract:
Pembelajaran abad 21 menghendaki penguasaan literasi tidak hanya pada literasi bahasa dan numerasi, tetapi juga literasi sains, digital, finansial, serta budaya dan kewarganegaaran. Gerakan Literasi Sekolah belum maksimal mendukung target tersebut. Padahal, sekolah-sekolah telah melaksanakan gerakan literasi sekolah sejak tahun 2016 berdasarkan Permendikbud Nomor 23 tahun 2015 tentang penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca. Di Sekolah Dasar Pulau Lombok, efektivitas pelaksanaan literasi bahasa berbasis kelas masih jauh dari harapan. Tulisan ini terkait dengan 2 permasalahan, yakni (1) pelaksanaan literasi bahasa berbasis kelas di Sekolah Dasar Pulau Lombok; dan (2) Pemanfaatan teknologi digital sebagai alternatif solusi dalam mengoptimalkan pelaksanaan literasi bahasa berbasis kelas di Sekolah Dasar Pulau Lombok. Kajian dilakukan dengan melakukan observasi dan FGD terhadap beberapa guru dan beberapa sekolah dasar di Pulau Lombok. Data dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Hasil kajian menunjukkan: (1) Keterlaksanaan literasi bahasa berbasis kelas di SD Pulau Lombok belum efektif. Indikatornnya antara lain: (a) penataan ruang kelas belum mendukung, (b) jadwal kegiatan literasi kelas tidak ada, (c) kegiatan litersi kelas belum tercermin pada RPP dan Pelaksanaan Pembelajaran, dan (d) tidak melibatkan keluarga dan masyarakat dalam pelaksanaan program literasi; dan (2) Literasi bahasa berbasis kelas di SD Pulau Lombok perlu sentuhan magis berupa: (a) memberi sentuhan teknologi digital dalam menata struktur kelas, (b) mengembangkan pemahaman komprehensif pelaku literasi, (c) melatih guru merancang dan melaksanakan literasi terutama dengan memanfaatkan teknologi digital, dan (d) memanfaatkan teknologi digital dalam membangun hubungan dengan keluarga dan masyarakat dalam pelaksanaan literasi.
Yustika Krismoni, Markhamah Markhamah
Published: 14 December 2020
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 14, pp 239-258; https://doi.org/10.26499/mab.v14i2.394

Abstract:
Artikel ini bertujuan untuk mendiskripsikan hubungan imajinasi dan fakta dalam struktur fabel, yang ditulis siswa dari dua sekolahan yang berbeda yaitu siswa SMP 5 Muhammadiyah Surakarta dan SMP Muhammadiyah Pangkalan Bun. Metode artikel ini menggunakan analisis struktural. Jenis penelitian artikel ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam artikel ini adalah teknik analisis dokumen. Keabsahan data yang digunakan dalam artikel ini yaitu trianggulasi sumber data. Hasil artikel ini yaitu fakta yang terbanyak dari karangan siswa SMP 5 Muhammadiyah terdapat di struktur orientasi ada 8, fakta di struktur komplikasi ada 6, dan fakta di struktur resolusi hanya ada 1. Fakta yang terbanyak dari karangan siswa SMP Muhammadiyah Pangkalan Bun terdapat di struktur orientasi ada 7 fabel, fakta di struktur komplikasi ada 3, dan fakta di struktur resolusi hanya ada 2. Imajinasi yang terbanyak dari karangan siswa SMP 5 Muhammadiyah terdapat di struktur komplikasi ada 5, imajinasi di stuktur orientasi ada 2, dan imajinasi di struktur resolusi ada 4. Imajinasi yang terbanyak dari karangan siswa SMP Muhammadiyah Pangkalan Bun terdapat di struktur komplikasi ada 7 fabel, fakta di struktur orientasi ada 2, dan fakta di struktur resolusi hanya ada 1.Kemudian fabel yang imajinasinya terletak pada 3 struktur ada 2 fabel, selain itu ada 2 fabel yang hanya berisi fakta semua tidak ada imajinasinya.
Lukmanul Hakim
Published: 14 December 2020
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 14, pp 329-340; https://doi.org/10.26499/mab.v14i2.426

Abstract:
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk-bentuk sapaan kekerabatan dalam bahasa Sasak di Desa Beraim, Kecamatan Praya Tengah, Lombok Tengah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui metode simak dengan teknik dasar yang meliputi teknik sadap, libat cakap, rekam, dan catat. Dalam analisis data, metode yang digunakan adalah metode padan ekstralingual Dalam penyajian hasil analisis data, metode yang digunakan adalah metode formal dan informal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kata sapaan dalam bahasa Sasak cukup banyak dan bervariasi. Bentuk-bentuk sapaan kekerabatan dalam bahasa Sasak di antaranya amaq ‘ayah’, mamiq ‘ayah’, bapaq ‘bapak’, inaq ‘ibu’, papuq ‘kakek’, niniq ‘kakek’, bai ‘cucu’, baloq ‘cicit’, tuaq ‘paman’, saiq ‘bibi’, amaq kake ‘kakak laki-laki ayah atau ibu’, inaq kake ‘kakak perempuan ayah atau ibu, amaq saiq ‘adik laki-laki ayah atau ibu’, inaq saiq adik perempuan ayah atau ibu, sumbah ‘besan’, kakaq ‘kakak’, ariq ‘adik’, ipar ‘ipar’, kamu ‘kamu’, side ‘anda’, kamu pade ‘kalian’, side pade ‘anda semua’, pelungguh ‘anda’, dan batur ‘teman’, ustas ‘ustaz’, tuan guru ‘tuan guru’. Keberagaman bentuk sapaan ini disebabkan beberapa faktor, di antaranya faktor usia, status dalam keluarga, dan status sosial dalam masyarakat, dan jumlah pesapa.
Tri Wahyuni
Published: 29 June 2020
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 14, pp 77-88; https://doi.org/10.26499/mab.v14i1.328

Abstract:
Kontak bahasa tidak akan terhindarkan dari sebuah peradaban yang terus berkembang. Mobilitas manusia sangat mempengaruhi adanya kontak bahasa. Salah satu penyebab terjadinya kontak bahasa adalah terjadinya kawin campur. Artikel ini membahas konsep pepung dalam lingkup keluarga dwibahasa yang menggunakan objek kajian perkawinan etnis Jawa dan Lampung. Tujuannya ialah mengetahui konsep pepung dalam persepsi anak-anak hasil kawin campur dan menggambarkan kebertahanan masing-masing budaya dalam penanaman konsep pepung tersebut. Penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik elisitasi, simak, libat, dan catat. Setelah dianalisis ditemukan hasil penelitian bahwa konsep pepung dipahami dengan baik oleh anak-anak hasil kawin campur Jawa-Lampung meski pada tataran umum. Selain itu, kebertahanan dua bahasa dalam keluarga dwibahasa tetap baik meski ada gejala bilingual dominan.
Ni Made Yudiastini
Published: 24 October 2019
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 1, pp 40-48; https://doi.org/10.26499/mab.v1i2.299

Abstract:
Bahasa daerah merupakan alat komunikasi intraetnik yang berfungsi sebagai penanda jati diri atau lambAng identitas pemakai bahasa yang bersangkutan. Sebagai bahasa yang hidup, bahasa daerah mempunyai kedudukan dan fungsi yang penting bagi masyarakat penuturnya dalam kegiatan kemasyarakatan atau kebudayaan. Penelitian tentang bahasa daerah perlu dilakukan mengingat pentingnya pendokumentasian pemetaan bahasa-bahasa di seluruh Indonesia. Penentuan dialek atau subdialek bahasa Bajo pun dilakukan dengan menggunakan metode dialektometri yang penekanannya pada sebaran geografis dan jumlah varian serta jumlah penutur bahasa bajo yang ada di pulau Lombok. Bahasa Bajo di pulau Lombok dapat dikelompokan menjadi dua dialek, yaitu dialek Bajo Keruat (DBK) dan dialek Bajo Tanjung (DBT).
Mardi Nugroho
Published: 18 January 2019
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 2, pp 89-108; https://doi.org/10.26499/mab.v2i2.136

Abstract:
Pada era reformasi ini, selain berbagai bencana dan persoalan-persoalan lain, bangsa Indonesia menghadapi ujian-ujian berat yang berkaitan dengan sentimen primordial. Ujian-ujian itu misalnya ada daerah yang ingin lepas dari NKRI, daerah yang ingin lepas dari induknya menjadi provinsi atau kabupaten baru, dan pemaksaan agar daerahnya dipimpin oleh figur-figur dari kelompok etniknya. Bisa dikatakan bahwa keindonesiaan yang terbentuk belum sepenuhnya utuh dan belum kokoh. Oleh karena itu, perlu diupayakan terbentuknya wawasan keindonesiaan pada segenap komponen NKRI yang diharapkan akan memperkokoh keindonesiaan kita.Berbagai buku muatan lokal sudah memanfaatkan hasil penelitian tentang peribahasa dalam suatu etnik, misalnya buku Peribahasa Gorontalo: Rujukan Mata Pelajaran Muatan Lokal karya Mansur Pateda dengan Yennie P. Pulubuhu, namun belum menganalisis aspek kebudayaannya. Ada penelitian ungkapan dalam etnik lain, misalnya penelitian Fatimah Djajasudarma dkk. berjudul Nilai Budaya dalam Ungkapan dan Peribahasa Sunda. Namun, penelitian-penelitian seperti itu masih terlalu sedikit. Memang, kajian antropolinguistik (etnolinguistik atau antropologi linguistik) belum populer dan belum banyak berkembang di Indonesia, padahal Indonesia adalah “surga” bagi kajian antropolinguistik dengan beratus-ratus etnik di dalamnya.Dalam salah satu subtema seminar “Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Daerah dalam Pembentukan Wawasan Keindonesiaan”, makalah ini menyarankan untuk menggali nilai-nilai budaya dalam peribahasa etnik-etnik yang ada di Indonesia dalam perspektif antropolinguistik. Selain itu, juga akan dipaparkan metode yang dapat digunakan dan beberapa contoh kajian yang telah dilakukan mengenai peribahasa etnis yang dapat dimanfaatkan untuk tema ini.Bagi peserta didik, peribahasa dalam etniknya sendiri maupun dalam etnik-etnik lain di sekitarnya sangat relevan diajarkan dalam pelajaran muatan lokal bahasa dan sastra daerah. Dari peribahasa yang ada itu digali nilai-nilai budayanya, dipilih mana yang dapat diunakan untuk membangun wawasan keindonesiaan, mana yang perlu diterengjelasakan dan diambil langkah antisipasi agar tidak mendorong konflik, seperti terhadap ungkapan dalam bahasa Madura “Atembheng poteh tolang bi’ poteh mata, anggo’a poteya telang” ‘Daripada putih tulang dan putih mata lebih baik putih tulang’, karena ungkapan itu disinyalir dapat memicu konflik.
Dewi Nastiti Lestariningsih
Published: 24 October 2019
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 1, pp 1-16; https://doi.org/10.26499/mab.v1i2.296

Abstract:
Makalah ini mengkaji disribusi dan pemetaan varian-varian bahasa Bali di Kabupaten Dompu dengan menggunakan pendekatan dialektologi diakronis.Ada empat kantong bahasa (enklave) yang didiami oleh etris Bali yang bertransmigrasi di Kabupaten Dompu, yaitu di desa So Nggajah, Desa Taropo, Desa Mada Jumba, dan Desa Simpasai.Bahasa Bali yang ada ada di Kabupaten Dompu memiliki empat dialek Taropo (DT), dialek So Nggajah (DS), dialek Simpasai (DSim), dan dialek Mada Jumba (DMj). Keempat dialek ini tidaklah langsung diturunkan sekaligus dari prabahasa Bali-Dompu. Terdapat dua Fase perkembangan historis dari dari PBBL (Prabahasa Bali) menjadi empat dialek BBL (Bahasa Bali ), yaitu fase pertama BFLD (Bahasa Bali-Dompu) pecah ke dalam dua dialek, yaitu dialek Taropo So Nggajah Simpasai (DTSSim) dan dialek Mada Jumba (DMj). Pada fase kedua adalah pecahnya DTSSim (dialek Taropo So Nggajah Simpasai ) menjadi tiga dialek, yaitu dialek Taropo, dialek So Nggajah, dan dialek Simpasai).
Siti Raudloh
Published: 17 January 2019
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 2, pp 86-101; https://doi.org/10.26499/mab.v2i1.125

Abstract:
Kontak bahasa antara komunitas tutur bahasaBalidan komunitas tutur bahasa Samawa di lokasi-lokasi yang dijadikan sampel berakibat pada terjadinya adaptasi linguistik yang bersifat dua arah. Artinya adaptasi itu terjadi pada kedua komunitas yang berkontak. Adaptasi linguistik tersebut tampak pada system fonologi dan leksikon.Kategori adaptasi linguistik oleh bahasa Samawa terhadap bahasa Bali pada enklave Uma Sima dan enklave Rhee masih sedang. sedangkan di enklave Kokarlian berkategori kurang. Adapaun, adaptasi linguistik oleh bahasa Bali terhadap bahasa Sumbawa pada enklave Uma Sima dan enklave Kokarlian masuk dalam kategori sedang dan kategori kurang pada enklave Rhee.Sementara itu, kecendrungan adapatsi linguistik yang dipengaruhi oleh segmentasi social tua dan muda menunjukkan segmen mayarakat muda lebih dominan melakukan adaptasi.Tingkat dominasi suatu enklave dalam melakukan adaptasi linguistik ditentukan oleh beberapa faktor, di antaranya faktor geografis, sosial ekonomi, sikap bahasa, usia, dan faktor lamanya waktu tinggal.
Rachmat Hidayat
Published: 24 October 2019
Journal: Mabasan
Mabasan, Volume 1, pp 49-62; https://doi.org/10.26499/mab.v1i2.300

Abstract:
Etnis sasak mengenal istilah wewaran atau cerita rakyat. Cerita rakyat ini tersebar di pulau Lombok. Masing-masing daerah penelitian memiliki cerita rakyat menarik yang diklafikasikan menurut kepercayaan masyarakat setempat dan dipetakan sebagai identitas keberadaan karya sastra Sasak.
Page of 5
Articles per Page
by
Show export options
  Select all
Back to Top Top