Results in Jurnal Sains Farmasi & Klinis: 239
(searched for: container_group_id:(85613))
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 10, pp 35-43; https://doi.org/10.25077/jsfk.10.1.35-43.2023
Abstract:
Anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan mengalami penyakit influenza akan tetapi antivirus dan vaksin yang ada masih terbatas efektivitasnya. Kecamatan Kintamani merupakan daerah perbukitan dengan tanaman obat yang tumbuh subur dan terbatasnya akses menuju fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu tanaman obat memegang peranan penting dalam pengobatan penyakit influenza pada anak. Penelitian ini bertujuan menginvestigasi tanaman obat yang digunakan masyarakat di Bali dalam mengatasi gejala influenza pada anak. Data pada penelitian kualitatif ini dikumpulkan melalui teknik wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan pada pada dukun (balian usada), pedagang tradisional (ceraken) serta masyarakat. Penelitian ini dilakukan pada 37 narasumber yang tersebar di 6 Desa. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 36 tanaman obat yang berasal dari 21 famili berpotensi mengatasi penyakit influenza pada anak. Famili tanaman obat yang paling banyak digunakan adalah Zingiberaceae dan daun merupakan bagian tanaman yang paling banyak digunakan dengan angka 35,14%. Metode pengolahan tanaman obat yang paling sering dilakukan adalah dengan dikunyah (37,84%) selanjutnya digunakan secara topikal. Demam merupakan gejala penyakit yang sering diobati dengan 11 jenis pilihan tanaman obat. Hasil penelitian ini menunjukkan masyarakat di kecamatan Kintamani masih menggunakan tanaman obat untuk mengatasi gejala penyakit influenza pada anak
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 10, pp 100-113; https://doi.org/10.25077/jsfk.10.1.100-113.2023
Abstract:
DYRK2 (Dual-specificity tyrosine phosphorylation-regulated kinase 2) merupakan protein kinase yang memiliki banyak peranan dalam berbagai proses biologis, termasuk pembelahan sel, proliferasi sel, diferensiasi sel, dan apoptosis. DYRK2 diantaranya terlibat dalam regulasi siklus sel dengan cara mengatur aktivitas proteasom 26S sehingga inhibisi aktivitas DYRK2 dapat menghambat fungsi proteasom 26S dan mengurangi proliferasi sel kanker. Secara in vitro, kurkumin menunjukan kemampuan mengurangi proliferasi sel kanker melalui penghambatan enzim DYRK2. Pada penelitian ini, analog kurkumin telah diskrining dari database bahan alam Zinc15 dengan menggunakan model farmakofor yang diperoleg dengan pendekatan berbasis ligan. Hasil skrining kemudian dievaluasi dengan menerapkan teknik docking molekuler dan dinamika molekuler berdasarkan energi interaksi, rata-rata energi pengikatan bebas dan stabilitas interaksi antara ligan dan situs aktif DYRK2. Skrining terhadap 270.547 molekul dari database bahan alam Zinc15 menghasilkan 110 senyawa hit terpilih. Dengan mempertimbangkan hasil simulasi docking dan dinamika molekuler, tiga analog kurkumin prospektif telah dipilih yaitu ZINC000085597244, ZINC000217945958, dan ZINC000217643970. Molekul-molekul ini memiliki kriteria yang lebih baik dibandingkan kurkumin pada beberapa kriteria, seperti energi interaksi, energi pengikatan bebas, dan stabilitas interaksi dengan target. Disimpulkan, senyawa-senyawa ZINC000085597244, ZINC000217945958, dan ZINC000217643970 diprediksi sebagai kandidat potensial untuk obat anti-kanker dengan mekanisme aksi spesifik terhadap DYRK2.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 10, pp 21-27; https://doi.org/10.25077/jsfk.10.1.21-27.2023
Abstract:
Medication adherence is important in controlling blood sugar levels (HbA1c) in patients with Diabetes Mellitus (DM). Studies on the relationship between medication adherence and blood sugar control on the quality of life (QoL) in Type 2 DM patients are limited in Indonesia. This study aims to assess the relation between medication adherence with blood sugar control and the quality of life of Type 2 DM patients. This study used a cross-sectional design conducted at Universitas Indonesia Hospital. It used Medication Adherence questionnaires and EuroQoL 5D-5L questionnaires to assess patients’ medication adherence and quality of life. This study involved a total of 74 Type 2 DM patients with an average age of 57 ± 10.74 years. Medication adherence with good blood sugar control (HbA1c <7%) showed a significant relationship (p-value <0.05) with COR values of 3.74 (1.21 - 11.6) compared to non-adherent patients. But not on the QoL Index and VAS (Visual Analog Scale) values, where the value is lower in patients with high adherence and good blood sugar control. Factor asscociated with blood sugar controlled were comorbidites and medication adhrence while factor that associated with quality of life were comorbidities, ages, education and employment status
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 10, pp 62-70; https://doi.org/10.25077/jsfk.10.1.62-70.2023
Abstract:
Berbagai efek farmakologis telah dikaji terhadap ekstrak dan islolat dari Acalypha Indica L. terutama terkait dengan aktifitas anti kanker. Matrix metalloproteinases MMP9 merupakan contoh yang sangat baik dari kelompok proteinase terpenting yang terlibat dalam sel metastatic/kanker. MMP9 telah dikaitkan dengan berbagai macam penyakit, termasuk sistem pernapasan, sistem autoimun, dan bahkan kanker. Maka dari itu, makalah ini bertujuan untuk mendapatkan senyawa pemandu dari beberapa fitokimia Acalypha Indica L. yang bertanggung jawab dalam migrasi sel dengan menggunakan penambatan molekul dan dinamika molekul. Ligan ditambatkan ke situs aktif struktur kristal MMP9 (PDB ID: 5UE4) menggunakan aplikasi AutoDock Release 4.2.6. Proses penambatan molekul divalidasi dengan melakukan penambatan ulang ligan alami pada sisi aktif MMP9. Selanjutnya, menggunakan GROMACS dilakukan simulasi dinamika molekul (MD) ditandem dengan algoritma gmx_MMGBSA dan gmx_MMGBSA_ana untuk menghitung energi ikatan dan kontribusi residu terhadap terhadap kestabilan kompleks. Hasil menunjukkan hanya satu ligan dari 36 ligan yang dievaluasi tidak mampu berikatan dengan sisi aktif MMP9, dan enam dari ligan mampu mengikatnya lebih negatif daripada ligan alami. Kompleks dengan ligan S54 dan S56 yang memiliki energi paling negatif tetapi dari sisi parameter lainnya, kompleks S56 paling stabil. Dapat disimpulkan, g-sitosterol asetat (S56) memiliki potensi untuk berfungsi sebagai senyawa pemandu untuk MMP9
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 10, pp 44-53; https://doi.org/10.25077/jsfk.10.1.44-53.2023
Abstract:
Isolasi kolagen dari kulit ikan biasanya menghasilkan kolagen dalam bentuk serat padat yang tidak larut dalam air. Pembentukan partikulat kolagen dalam ukuran yang lebih kecil bahkan sampai mencapai ukuran nanometer menjadi hal yang penting terkait dengan aplikasi farmasetis kolagen. terutama dalam pembentukan sistem dispersi kolagen untuk aplikasi topikal. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan mikropartikulat kolagen hasil isolasi kulit ikan gabus (Channa striata) dalam ukuran yang lebih kecil menggunakan ball milling dengan variasi jumlah bola (75 dan 100 bola) dan waktu penggilingan (30, 60, 120 dan 180 menit). Kolagen yang diperoleh dikarakterisasi sifat fisikokimianya meliputi ukuran partikel, sifat termal, pola difraksi sinar X, morfologi dengan SEM dan spektrum Infra merah. Mikropartikel kolagen dengan ball milling memiliki ukuran 4,653 µm dengan penggilingan yang optimal pada jumlah bola sebanyak 100 buah dalam waktu 120 menit. Karakteristik dari mikropartikel menunjukkan terjadinya pengurangan ukuran partikel pada kolagen, tidak terjadinya perubahan pada gugus fungsi dengan uji spektroskopi inframerah, adanya penurunan titik leleh dari hasil termogram DSC, penurunan intensitas pola difraksi sinar-X dan tampak fibril yang saling berhubungan dalam kumparan acak pada pengamatan dengan SEM. Dari penelitian ini dapat disimpulkan metoda ball milling untuk pengecilan ukuran partikel kolagen yang diisolasi dari kulit ikan gabus (Channa striata) dapat mengurangi ukuran partikel dengan penurunan 327 kali dan tidak terjadinya perubahan struktur triple helix pada kolagen hasil optimasi.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 10, pp 1-9; https://doi.org/10.25077/jsfk.10.1.1-9.2023
Abstract:
Buku Al-Qanun Fi’l Tibb merupakan karya Ibnu Sina mengenai prinsip – prinsip pengobatan yang disusun dalam 5 jilid dan telah digunakan sebagai dasar –dasar pengobatan dan menjadi kurikulum dalam pendidikan kedokteran dan farmasi sampai abad ke 18. Salah satu dari rangkaian buku tersebut yaitu jilid ke_2 disusun oleh Ibn Sina berupa materia medika yang menguraikan aktivitas dan khasiat, cara penggunaan, dan karakteristik serta deskripsi sebanyak 790 bahan obat tunggal berasal dari tanaman, hewan dan bahan alam lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi komponen metabolit sekunder utama yang terkandung di dalam tanaman yang berdasarkan hasil pengujian Ibnu Sina memiliki aktivitas sebagai kosmetik rambut. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tanaman - tanaman tersebut mengandung komponen metabolit sekunder utama diantaranya terpen, asam fenolat, flavonoid, asam lemak, tanin, alkaloid, saponin, kuinon, dan feniletanoid glikosida. Tanaman dengan komponen utama berupa terpenoid berjumlah 9 tanaman, asam fenolat sebanyak 5 tanaman, flavonoid, asam lemak, alkaloid, dan tannin masing – masing 4 tanaman, senyawa kuinon saponin dan feniletanoid glikosida masing -masing sebanyak 1 tanaman.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 10, pp 10-20; https://doi.org/10.25077/jsfk.10.1.10-20.2023
Abstract:
Esomeprazol magnesium trihidrat merupakan obat golongan proton pump inhibitor (PPI) yang dapat digunakan dalam pengobatan tukak lambung dengan menghambat sekresi asam lambung. Namun esomeprazol dikategorikan ke dalam BCS kelas 2 dengan kelarutan yang buruk dalam air sehingga dapat berdampak pada kemampuan disolusi dan bioavailabilitasnya. SNEDDS umum digunakan untuk meningkatkan kelarutan obat lipoflilik dimana SNEDDS merupakan campuran zat aktif, minyak, surfaktan, dan ko-surfaktan yang akan membentuk nanoemulsi minyak dalam air secara spontan ketika kontak dengan fase cair dengan agitasi yang ringan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui formula SNEDDS esomeprazol magnesium trihidrat yang paling baik serta mengetahui karakteristiknya. SNEDDS diformulasikan menggunakan fase minyak berupa VCO, surfaktan berupa tween 80, dan ko-surfaktan berupa PEG 400. Sediaan SNEDDS dilakukan evaluasi berupa persen transmitan, dispersibilitas, robustness, stabilitas termodinamika, indeks bias, ukuran globul, PDI, zeta potensial, dan uji disolusi. Hasil menunjukkan bahwa SNEDDS esomeprazol magnesium trihidrat dengan rasio minyak:Smix 1:6 dan perbandingan Smix 2:1 mampu membentuk nanoemulsi secara spontan dan stabil berdasarkan uji stabilitas termodinamika, dihasilkan rata-rata ukuran globul 78,03 nm, nilai PDI 0,667, nilai zeta potensial -14,57 mV, dan dapat meningkatkan kecepatan disolusi yang lebih baik dibandingkan bentuk murninya.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 10, pp 120-128; https://doi.org/10.25077/jsfk.10.1.120-128.2023
Abstract:
Actinomycetes merupakan bakteri Gram positif, berbentuk batang panjang, dan dapat dimanfaatkan sebagai antimikroba karena dapat memproduksi senyawa metabolit sekunder. Faktor yang mempengaruhi produksi senyawa tersebut adalah waktu fermentasi dan pH. Salmonella typhi merupakan bakteri patogen yang menimbulkan penyakit demam tifoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama optimasi fermentasi isolat Actinomycetes dengan kontrol pH terhadap pertumbuhan bakteri S. typhi secara In Vitro. Jenis dan desain penelitian yang digunakan adalah studi true experimental dan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Media Starch Casein Agar (SCA) digunakan untuk membiakkan Isolat Actinomycetes lalu melakukan fermentasi pada media yang mengandung mannitol 2%, pepton 2%, dan glukosa 1% serta diinkubasi selama 1, 2 dan 3 hari. Metode uji aktivitas antimikroba menggunakan metode sumuran pada media Nutrient Agar (NA). Bakteri Actinomycetes dengan lama fermentasi 1, 2 dan 3 hari disertai dengan kontrol pH mampu menghambat pertumbuhan bakteri S.typhi dengan rata-rata zona hambat yang terbentuk yaitu 13,70 mm; 15,41 mm dan 15,09 mm. Uji Kruskal Wallis menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna terhadap zona hambat pada tiap kelompok perlakuan. Kelompok fermentasi hari ke-2 memiliki efektivitas antimikroba terbesar dengan nilai rata-rata zona hambat sebesar 15,41 mm. Mekanisme aktivitas antimikroba meliputi menghambat sintesis protein, menghambat dinding sel maupun menghambat sintesis DNA bakteri. Kata kunci: Actinomycetes; antimikroba; kontrol pH; lama fermentasi; Salmonella typhi
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 10, pp 28-34; https://doi.org/10.25077/jsfk.10.1.28-34.2023
Abstract:
Adherence is a major problem in hypertension treatment. Patients' adherence can be evaluated through pill count by counting the remaining amount of the patient's medication at the beginning and the end, using a pillbox as a tool to improve patient medication adherence. The purpose of this study was to describe the differences in adherence between patients who used the pillbox and without the pillbox. The research method used is Pretest-Posttest Control Group Design. The sample of this study is Prolanis (Chronic Disease Management Program) patients in 2021 at the Lubuk Kilangan Health Center in Padang City. They meet the inclusion and exclusion criteria that have been set. Sampling was carried out by total sample and obtained 70 subjects divided into the treatment group and the control group. The research technique used a Home Medication Review (HMR). The results of the study using the Mann-Whitney Test statistical test on adherence (p = 0.007) showed a value (p<0.05). It can be concluded that there are differences in adherence before and after the intervention. This result indicates that adherence is higher in patients who use the pillbox than those without the pillbox.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 10, pp 114-119; https://doi.org/10.25077/jsfk.10.1.114-119.2023
Abstract:
Kersen atau inang tanaman benalu kersen (Dendrophthoe pentandra (L.) Miq) telah terbukti dapat menurunkan asam urat karena mengandung senyawa metabolit sekunder terutama flavonoid, sebuah senyawa berstruktur mirip xantin yang menginhibisi xantin oksidase secara kompetitif. Mengingat bahwa hemiparasit memiliki kandungan yang sama dengan inang, maka pada penelitian ini diuji kemampuan daun benalu kersen dalam menginhibisi xantin oksidase. Dilakukan ekstraksi etil asetat kemudian dilanjutkan dengan fraksinasi menggunakan 5 jenis rasio perbandingan pelarut polar etanol dan etil asetat yaitu F1 = 9:1, F2 = 7:3, F3 = 5:5, F4 = 3:7, dan F5 = 1:9. Hasil fraksinasi (F1 – F5) dan ekstrak dilakukan uji fitokimia dan teridentifikasi senyawa metabolit terpenoid, tanin, alkaloid dan flavonoid. Penelitian dilanjutkan dengan uji inhibisi xantin oksidase. Ekstrak dan fraksi daun benalu kersen diencerkan menjadi 5 konsentrasi yang berbeda yaitu 75; 150; 300; 600; dan 1200 mg/L. Kontrol positif pada penelitian ini adalah allopurinol, obat pilihan utama hiperurisemia. Nilai absorbansi setiap sampel digunakan untuk mencari persentase inhibisi enzim yang kemudian dianalisis secara regresi linear dan diperoleh nilai IC50. Nilai IC50 F1 – F5 dan ekstrak etil asetat daun benalu kersen tergolong sangat aktif dan secara berurutan sebesar 1,38 mg/L; 1,14 mg/L; 6,19 mg/L; 9,41 mg/L; 5,90 mg/L dan 9,86 mg/L.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 10, pp 71-77; https://doi.org/10.25077/jsfk.10.1.71-77.2023
Abstract:
Candesartan cilexetil (CC) merupakan agen antihipertensi yang sangat efektif tetapi memiliki kelarutan yang buruk sehingga bioavailabilitasnya terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan CC terdisolusi melalui pembuatan dispersi padat dengan hidroxypropylmethylcellulose (HPMC). Dispersi padat CC-HPMC dibuat menjadi 3 formula, yaitu 2:1, 1:1 dan 1:2 (b/b) menggunakan metode solvent co-evaporation. CC tunggal, campuran fisik dan dispersi padat yang terbentuk kemudian dikarakterisasi secara fisikokimia dan pengaruh variasi konsentrasi HPMC diselidiki terhadap laju disolusi. Hasil PXRD menunjukkan penurunan intensitas puncak pada dispersi padat. Analisis termal dengan DSC memperlihatkan titik leleh yang lebih rendah pada dispersi padat. Morfologi dispersi padat menggambarkan bentuk yang berbeda dibandingkan dengan CC tunggal dan campuran fisik. Spektrum inframerah menunjukkan sedikit pergeseran pada bilangan gelombang gugus fungsi tetapi tidak terbentuk gugus fungsi baru. Disolusi dispersi padat meningkat secara signifikan, hasil uji disolusi setelah 60 menit masing-masing untuk CC tunggal, campuran fisik, dispersi padat F1, F2, dan F3 adalah 32,46 ± 0,26; 67,76 ± 0,07; 61,22 ± 0,20; 71,74 ± 0,20; dan 78,58 ± 020 (μg/ml). Kesimpulannya, sistem dispersi padat CC-HPMC mampu memodifikasi sifat fisikokimia dan meningkatkan disolusi hingga 2,42 kali CC tunggal. Selain itu, peningkatan konsentrasi HPMC berdampak positif pada peningkatan CC yang terdisolusi.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 10, pp 145-154; https://doi.org/10.25077/jsfk.10.1.145-154.2023
Abstract:
Vitamin C dalam bidang kosmetik memiliki banyak manfaat termasuk sebagai antioksidan. Akan tetapi sediaan vitamin C mudah teroksidasi dan mengalami perubahan warna sehingga perlu ditambahkan penstabil yang mampu menjaga kestabilan vitamin C selama pemakaian dan penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hydroxyethyl acrylate/sodium acryloyldimethyl taurate copolymer dannatrium metabisulfit terhadap karaktiristik emulgel vitamin C serta menentukan formula emulgel yang optimum melalui pendekatan Design of Experiment (DOE) dengan metode Simplex Lattice Design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel konsentrasi hydroxyethyl acrylate/sodium acryloyldimethyl taurate copolymer dan natrium metabisulfit memberikan pengaruh yang signifikan terhadap viskositas (P<0,05), pengujian kesukaan aroma (P<0,05), pengujian tekstur (P<0,05) dan kestabilan formula (P0,05). Formulasi optimum dihasilkan dengan penambahan adalah 2,305% hydroxyethyl acrylate/sodium acryloyldimethyl taurate copolymer dan 0,194 % natrium metabisulfit dengan nilai desirability 0,633. Formula ini memenuhi kriteria sediaan yang cukup baik, namun perlu dilakukan perbaikan aroma untuk meningkatkan penilaian kesukaan.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 10, pp 129-136; https://doi.org/10.25077/jsfk.10.1.129-136.2023
Abstract:
Penggunaan gelatin babi pada kapsul lunak menimbulkan kekhawatiran konsumen terkait status kehalalannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan gelatin sapi dan babi yang digunakan pada kapsul lunak menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) kombinasi  Principal Component Analysis (PCA) melalui data komposisi asam amino. Metode HPLC dilakukan dengan derivatisasi prakolom dan fase gerak sistem gradien menggunakan pelarut dapar asetat-fosfat dan acetonitrile. Persen tinggi puncak yang menunjukkan konsentrasi asam amino digunakan sebagai data yang diinput ke dalam software kemometrik dan menu yang dipilih adalah PCA. Hasil komposisi asam amino yang diolah dengan PCA menunjukkan bahwa gelatin babi memiliki nilai PC1 positif dan PC2 negatif sedangkan gelatin sapi memiliki nilai PC1 dan PC2 positif. Kapsul lunak gelatin babi memiliki nilai PC1 negatif dan PC2 positif sedangkan kapsul lunak gelatin sapi memiliki nilai PC1 dan PC2 negatif. Dapat disimpulkan bahwa gelatin babi dan sapi serta kapsul lunak yang terbuat dari gelatin babi dan sapi dapat dibedakan berdasarkan perbedaan profil asam amino. Namun penelitian ini belum dapat mengklasifikasikan gelatin yang ada pada kapsul lunak yang ada di pasaran.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 10, pp 89-99; https://doi.org/10.25077/jsfk.10.1.89-99.2023
Abstract:
Kebutuhan kolagen sebagai bahan baku untuk industri farmasi dan kosmetika pada saat ini sangat tinggi. Hambatan dalam proses produksi kolagen, proses pembuatan sediaan yang mengandung kolagen, dan pada waktu penyimpanan bahan baku serta sediaan yang mengandung kolagen adalah stabilitas kolagen. Kolagen sangat rentan terhadap pengaruh perubahan suhu, diatas suhu ±40°C kolagen akan berubah menjadi gelatin, dimana struktur triple helix kolagen rusak menjadi rantai lurus, sehingga menyebabkan penurunan kualitas, perubahan susunan gugus fungsi, intensitas serapan, viskositas, perubahan suhu transisi kaca, bahkan perubahan suhu denaturasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi suhu dan lama penyimpanan terhadap karakteristik fisikokimia kolagen kulit ikan gabus. Kolagen disimpan dan diamati sebagai serbuk dan dispersi pada kelembaban relatif 80% pada suhu 5, 26 dan 40°C selama 60 hari penyimpanan. Untuk serbuk kolagen, terdapat penurunan suhu transisi gelas dengan suhu terendah setelah penyimpanan adalah 55,05°C. Karakterisasi gugus fungsi serbuk kolagen menunjukkan perubahan hipsokromik pada bilangan gelombang gugus amida A seiring dengan peningkatan suhu penyimpanan. Pada dispersi kolagen, intensitas serapan UV tampak hiperkromik pada panjang gelombang ± 230 nm. Viskositas dispersi kolagen juga menurun seiring dengan peningkatan suhu dan waktu penyimpanan, serta terdapat penurunan suhu denaturasi dispersi kolagen menjadi 28,3°C. Selama penyimpanan, semakin tinggi suhu maka kualitas fisikokimia kolagen semakin rendah. Dari sini dapat disimpulkan bahwa serbuk kolagen disimpan secara optimal pada suhu 5, 26 dan 40°C, sedangkan dispersi kolagen pada suhu 5 dan 26°C.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 10, pp 78-88; https://doi.org/10.25077/jsfk.10.1.78-88.2023
Abstract:
ABSTRAK Rendang merupakan salah satu makanan tradisional Sumatra Barat dari olahan daging sapi. Harga daging sapi yang mahal, mendorong pemalsuan menggunakan daging babi hutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode analisis autentikasi rendang sapi menggunakan spektroskopi FTIR kombinasi kemometrik. Sampel yang digunakan adalah campuran daging sapi dan babi hutan yang dibuat dalam 11 konsentrasi (training data set) serta rendang rumah makan (testing data set). Komponen lemak rendang diekstraksi menggunakan metode Folch dan Bligh Dyer kemudian dianalisis dengan spektroskopi FTIR. Spektra FTIR yang dihasilkan digunakan sebagai variabel pemodelan kemometrik. Untuk kuantifikasi, model PLS di bilangan gelombang 1250-950 cm-1 memberikan model terbaik pada metode Folch dengan nilai R2 kalibrasi 0,9946, R2 prediksi 0,9954, RMSEC 0,0328, RMSEP 0,0402 dan pada metode Bligh Dyer, model PCR di bilangan gelombang 1800-500 cm-1 memberikan model terbaik dengan nilai R2 kalibrasi 0,9940, R2 prediksi 0,9919, RMSEC 0,0345, RMSEP 0,0457. Untuk klasifikasi, model DA di daerah gabungan bilangan gelombang 1800-1600 cm-1 dan 1250-950 cm-1 dengan metode Folch dan bilangan gelombang 1800-650 cm-1 dengan metode Bligh Dyer, berhasil mengelompokkan training data set menjadi beberapa kelas dan mengelompokkan testing data set ke dalam kelas sapi. Dengan demikian disimpulkan bahwa analisis spektroskopi FTIR kombinasi kemometrik merupakan metode screening yang cepat, sederhana dan murah untuk autentikasi rendang sapi dan babi hutan. Kata kunci: autentikasi, rendang sapi, babi hutan, FTIR, kemometrik  ABSTRACT Rendang is one of West Sumatra's traditional foods made from processed beef. The high price of beef encourages counterfeiting using wild boar meat. This study aims to develop a method of authentication analysis of beef rendang using FTIR spectroscopy in combination with chemometrics. The sample used is a mixture of beef and boar meat made in 11 concentrations (training data set) and restaurant rendang (testing data set). The rendang fat component was extracted using the Folch and Bligh Dyer methods and then analyzed by FTIR spectroscopy. The resulting FTIR spectra are used as a chemometric modelling variable. For quantification, the PLS model at wave number 1250-950 cm-1 gives the best model in the Folch method with a calibration R2 value of 0.9946, prediction R2 of 0.9954, RMSEC 0.0328, RMSEP 0.0402 and in the Bligh Dyer method, the model PCR at wavenumber 1800-500 cm-1 gave the best model with a calibration R2 value of 0.9940, prediction R2 of 0.9919, RMSEC 0.0345, RMSEP 0.0457. For classification, the DA model in the combined area of wave numbers 1800-1600 cm-1 and 1250-950 cm-1 with the Folch method and wave numbers 1800-650 cm-1 with the Bligh Dyer method, successfully grouped the training data set into several classes and grouped testing data set into cow class. Thus it was concluded that FTIR spectroscopic analysis combined with chemometrics is a fast, simple, and inexpensive screening method for the authentication of beef rendang and wild boar. Keywords: authentication, beef rendang, wild boar, FTIR, chemometrics Â
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 10, pp 54-61; https://doi.org/10.25077/jsfk.10.1.54-61.2023
Abstract:
This study aims to determine the effective concentration of rice bran oil which can protect against ultraviolet (UV) rays as well as formulate it in compact powder preparation followed by determination of its Sun Protecting Factor (SPF) value. Rice bran samples were extracted using the Soxhlet extraction method with n-hexane: ethanol (1:1) as the solvent. Further identification of the γ-oryzanol in rice bran oil was carried out using TLC silica gel GF254 with eluent of n-hexane:ethyl acetate (3:1). The obtained γ-oryzanol in rice bran oil was used as the ingredient to develop the compact powder which is made into five formulas with 0,05 %-0,25 % concentration. All formulas were characterized, including homogeneity, adhesion and crack test. UV-Visible spectrophotometry was used to determine the SPF value of rice bran oil and its compact powder. The identification results demonstrated a positive presence of the chemical γ-oryzanol in the rice bran oil. At concentrations of 500, 1000, 1500, 2000, and 2500 ppm, rice bran oil may protect against UV rays with SPF values ranging from 1.741 to 11.884. The result showed that all formulas dispersed homogeneously, performed well in terms of compactness, and had no breaks or cracks discovered. Meanwhile, the SPF values of all formulas are found to be 1.390 and 1.274. The results indicate that the SPF values are shallow and are included in the minimal SPF category (2-4) in protecting against UV rays.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 10, pp 137-144; https://doi.org/10.25077/jsfk.10.1.137-144.2023
Abstract:
Soybean is a source of vegetable protein that is rich in nutrients and a source of producing anticancer bioactive peptides. This study aims to determine the optimum conditions for hydrolysis of soybean protein with papain enzyme and their cytotoxicity against the MCF-7 cells. Soybean protein was isolated using an acid precipitation technique. Then, the protein isolate was hydrolyzed using papain enzyme with variations of papain concentration 0,5; 1; and 5% (v/v) and variations of incubation time 0, 1, 2, 3, and 4 hours at 50 °C. The hydrolysates were tested for their degree of hydrolysis (%DH), molecular weight profile using SDS-PAGE, and cytotoxicity against the MCF-7 cells through an in-vitro assay. The most active hydrolysate was fractionated using Sephadex G-15 and characterized by the molecular weight by LCMS/MS. The result showed that the optimum condition for hydrolysis was 1% (v/v) of enzyme concentration and 3 hours of incubation time with a %DH value of 3.01%. Based on the SDS-PAGE result, the hydrolysate had protein bands in a lower range (<25 kDa). That hydrolysate has cytotoxicity with an IC50 value of 1.87 mg/mL, and the molecular weight of its bioactive peptide is 7.70 kDa.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 265-270; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.3.265-270.2022
Abstract:
Lead is harmful when its amounts in food are higher than the optimum. Plants with high levels of lead may trigger the generation of reactive oxygen species and eventually cell death. Our study aimed to assess lead distribution in rice plant leaves planted in Sukawening Village, Jatinangor District, West Bandung Regency, West Java. The rice plant leaves were collected each month until 4 months. The samples were dried and underwent wet destruction. Visible spectrophotometry with the addition of xylenol orange was employed to identify the lead metal in the samples, followed by a standard addition photometric titration method. Our results indicated that lead was identified in the samples since the plant was 1 month old as proven by the Pb-xylenol orange peak at 580 nm. The level of lead in the rice plant leaves were: 1st month (0.4118 mg/kg); 2nd month (0.5232 mg/kg); 3rd month (0.6206 mg/kg); and 4th month (0.5264 mg/kg). We concluded that the lead level in the rice plants is in the range of that required by the Verdict of the Director General of the National Agency of Drug and Food Control No. 03725/B/SK/89 about the Maximum Limit of Heavy Metal Contamination in Food.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 255-264; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.3.255-264.2022
Abstract:
Kanker payudara menjadi salah satu jenis kanker dengan penderita terbanyak baik di dunia maupun di Indonesia, Reseptor Estrogen Alfa (ER-α) menjadi target utama karena dapat mengatur transkripsi gen dan jalur persinyalan interseluler. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis afinitas dan kestabilan ikatan kompleks ligan senyawa turunan furanokumarin dengan reseptor estrogen alfa. Metode yang digunakan secara in silico atau komputasi yaitu penambatan molekuler menggunakan software AutoDock dan simulasi dinamika molekuler menggunakan software Gromacs. Hasil penambatan molekuler senyawa Bergamottin sebagai senyawa uji paling baik dengan nilai ∆G = -8,98 kkal/mol. Sedangkan ligan pembanding 4-Hydroxytamoxifen dengan nilai ∆G = -11,34 kkal/mol. Hal tersebut menunjukkan bahwa afinitas 4-Hydroxytamoxifen masih lebih baik daripada Bergamottin. Kestabilan ikatan ligan-reseptor dikonfirmasi dengan simulasi dinamika molekuler menunjukkan 4-Hydroxytamoxifen lebih stabil berikatan dengan ER-α berdasarkan parameter Root Mean Square Deviation (RMSD), Root Mean Square Fluctuation (RMSF), Radius of Gyration dan ikatan hidrogen. 4-Hydroxytamoxifen memiliki afinitas dan kestabilannya lebih baik dalam berikatan dengan reseptor estrogen alfa (ER-α)
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 271-276; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.3.271-276.2022
Abstract:
ABSTRAK Suppositoria merupakan sediaan obat dengan cara penggunaan khusus, yang mengharuskan pasien memiliki pengetahuan tentang cara penggunaan suppositoria yang benar. Penelitian ini bertujuan melihat perbedaan tingkat pengetahuan penggunaan suppositoria sebelum dan sesudah diberikan edukasi. Penelitian ini merupakan suatu penelitian analitik, pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Sampel penelitian didapatkan dari 43 responden yang merupakan pasien rawat jalan yang menebus resep suppositoria di Depo Farmasi Rawat Jalan RSUP Dr. M. Djamil Padang. Teknik pengambilan data melalui pre-test/post-test design menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya dan edukasi melaui media leaflet. Analisis yang dilakukan menggunakan uji Wilcoxon. Hasil yang didapatkan pada saat pre-test tingkat pengetahuan responden yang dominan terdapat dalam kategori cukup 60,47% dan post-test yang dominan dalam kategori baik 90,70%. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna pada skor pengetahuan responden antara sebelum dan sesudah pemberian edukasi (p= 0,000). Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan skor pengetahuan pasien yang menggunakan suppositoria sebelum dan sesudah diberikan edukasi. Kata kunci: Pengetahuan; Edukasi; Suppositoria; Leaflet; Pre-test; Post-test ABSTRACT Suppositories are drug with a spesial way of use,with required the patients to have knowledge of how to use suppositories correctly. This research aim to study the difference in the level of knowledge in usage of suppositories before and after being given education. An analytical research, by purposive sampling.The research sample was obtained from 43 respondents who were outpatients who bought suppository prescription to Outpatient Pharmacy Depot, at Dr. M. Djamil public hospital in Padang. Data collection techniques through pre-test/post-test design using questionnaires that have been tested for validity and reliability and education through leaflet media (p=0.000). The analysis was carried out using Wilcoxon's test. The results obtained during the pre-test showed that the dominant respondent's level of knowledge was in the sufficient category 60.47% and the post-test dominant in the good category 90.70%. The results showed that there was a significant difference in the level of knowledge of respondents between before and after giving education through leaflet media (p= 0.000). It can be concluded that there are differences in the level of knowledge patients who use suppositories before and after being given education. Keyword: Knowledge; Education; Suppositories; Leaflet; Pre-test; Post-test
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 227-236; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.3.227-236.2022
Abstract:
Meningkatnya kejadian resistansi antibiotik menyebabkan terbatasnya pilihan terapi antibiotik, sehingga berdampak terhadap morbiditas dan mortalitas pasien. Untuk mengendalikan resistansi antibiotik, maka dikeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.8 Tahun 2015 tentang Program Pengendalian Resistansi Antimikroba (PPRA) di rumah sakit yang diharapkan dapat memperbaiki penggunaan antibiotik baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Kajian literatur ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi penggunaan antibitoik secara kualitatif serta hambatan yang terjadi dalam penerapan PPRA pada beberapa rumah sakit di Indonesia. Metode pencarian literatur menggunakan Google Scholar dengan kriteria inklusi menggunakan algoritma Gyssen, merupakan artikel primer, artikel nasional bereputasi terakreditasi SINTA Ristekdikti dengan tahun publikasi 2015-2022. Berdasarkan hasil seleksi artikel, diperoleh 25 artikel yang akan dikaji. Hasil pengkajian menunjukkan 72% rasionalitas penggunaan antibiotik masih berada pada angka ≤60%. Rendahnya rasionalitas penggunaan antibiotik pada beberapa penelitian disebabkan penerapan PPRA yang tidak berjalan dengan baik, sehingga diperlukan sosialisasi dan pelatihan yang intensif serta kebijakan dalam penggunaan antibiotik di setiap rumah sakit.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 277-284; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.3.277-284.2022
Abstract:
Covid-19 (Corona Virus Disease-2019) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus coronavirus 2 yang sangat mudah menular dan menyebabkan infeksi pada sistem pernafasan. Vaksinasi Covid-19 adalah salah satu upaya pencehagan penularan, dimana jenis vaksin yang diberikan kepada masyarakat ditetapkan oleh pemerintah. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh jenis vaksin Covid-19 terhadap kualitas hidup terkait kesehatan (HRQoL) di Kota Padang dan Pariaman. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan dalam jaringan kuisioner generik WHOQOL-BREF yang berisi 26 pertanyaan pada bulan Juli – September 2022. Jenis vaksin merupakan variabel independen sedangkan data sosiodemografi responden yang meliputi jenis kelamin, usia, status perkawinan, pekerjaan, kota domisili, pendidikan terakhir, dan penyakit penyerta sebagai covariat. Kuisioner diolah secara statistik menggunakan SPSS versi 26 dengan analisis univariat. Vaksin Covid-19 yang diterima oleh responden yaitu Sinovac dan Sinopharm (inactivatedvirus), Moderna dan Pfizer (mRNA), serta Astra Zeneca (Non-Replicating Viral Vector). Kuisoner yang diisi secara lengkap oleh 418 responden didapatkan hasil dimana sebanyak 242 dan 81 responden menyatakan kualitas hidup terkait kesehatan mereka berstatus baik dan sangat baik, sedangakan 93 dan 2 repsonden menyatakan biasa dan buruk. Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan (p>0,05) antara jenis vaksin terhadap ke empat domain pada HRQoL. Namun, terdapat pengaruh yang signifikan (p<0,05) pada covariat yaitu status perkawinan, pekerjaan dan pendidikan terakhir terhadap semua domain pada HRQoL.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 285-290; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.3.285-290.2022
Abstract:
Tablet salut enterik Ketoprofen adalah obat yang beredar luas di Indonesia. Digunakan untuk mengatasi nyeri arthiritis tulang, rematik dan demam. Namun, sejauh ini uji disolusinya secara spesifik belum tersedia dalam farmakope manapun. Uji disolusi termasuk parameter yang harus diperhatikan untuk mengetahui kualitas produk obat sediaan padat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan dan memvalidasi metode pegujian disolusi dari tablet salut enterik ketoprofen. Profil disolusi diamati terhadap 3 produk tablet salut enterik ketoprofen yang beredar di kota Padang. Uji disolusi dilakukan dua tahap menggunakan 750 mL larutan HCl 0,1 N ( tahap asam) dan 1000 mL larutan dapar fosfat pH 6,8 dan 7,4 (tahap basa), alat tipe 1 (keranjang) dan tipe 2 (dayung) kecepatan 50 dan 75 rpm. Hasil uji disolusi selanjutnya ditentukan secara spektrofotometri UV. Metoda uji disolusi hyperdiscriminating diperoleh pada uji disolusi menggunakan alat tipe 1, kecepatan rotasi 75 rpm dan media disolusi 1000 mL dapar fosfat pH 6,8 dengan nilai Q45 ≥ 75%. Spesifiitas, linieritas (r = 0,9988), presisi (RSD = 1,12%) dan akurasi (recoveri = 95,7 - 97,6%) memenuhi syarat keberterimaan sesuai pedoman ICH dan USP. Uji disolusi yang dikembangkan dapat digunakan untuk tujuan pengawasan mutu tablet salut enterik ketoprofen .
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 245-254; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.3.245-254.2022
Abstract:
Swamedikasi atau pengobatan sendiri tanpa resep dokter mengalami peningkatan saat pandemi COVID-19. Peningkatan ini mendorong pentingnya mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan (KAP) konsumen swamedikasi terutama yang mengalami gangguan sistem pernapasan saat pandemi COVID-19. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan kuesioner dan melakukan validitas terhadap instrumen yang akan digunakan untuk mengetahui KAP konsumen swamedikasi gangguan sistem pernapasan di apotek Kota Surabaya saat pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif survei yang dilakukan terhadap 201 responden di 15 apotek Kota Surabaya. Kuesioner KAP dikembangkan dengan pendekatan Health Belief Models (HBM) dan divalidasi menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Penelitian ini menghasilkan 18 butir kuesioner (3 faktor masing-masing 6 butir kuesioner) dengan factor loading terbaik. Semua factor loading secara statistik signifikan dan menunjukkan nilai di atas 0.4. Nilai indeks ketepatan model ditunjukkan oleh RMSR = 0.032 , GFI = 0.874, TLI = 0.914 , CFI = 0.93 , dan RMSEA = 0.072. Realibilitas diukur dengan menggunakan rumus Construct Realibility (CR) dengan hasil masing-masing 0.819 (faktor pengetahuan), 0.855 (faktor sikap) dan 0.860 (faktor tindakan). Kuesioner KAP pada penelitian ini merupakan instrumen yang valid dan reliabel untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan konsumen swamedikasi gangguan pernapasan selama pandemi COVID-19.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 221-226; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.3.221-226.2022
Abstract:
Hemophilia is a common hereditary coagulation blood disorder due to the deficiency activity of clotting factors. Hemophilia is divided into two, namely hemophilia A and hemophilia B. Among all treatments, standard half-life (SHL) and extended half-life (EHL) factor replacement products are the most commonly used. This study aimed to review real-world evidence on the comparison of SHL and EHL. A literature search was conducted in PubMed and google scholar published from 2017 to 2021. There were 10 articles that met the criteria. Based on the synthesis results, the total proportion of patients using EHL factor concentrates for both on‐demand and prophylactic factor replacement therapy increased. Recent evidence reveals that EHL may reduce the number of infusions, increase factor trough levels, and substantially decrease the annual bleeding rate. Efficacy-wise, EHLs unquestionably have better performances than SHLs; however, the EHL products seem to be too expensive to be utilized as the primary standard of care for hemophilia. However, the economic aspect of the replacement factor switching still required more in-depth studies.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 291-301; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.3.291-301.2022
Abstract:
Edukasi menggunakan video dan kartu pengingat minum obat merupakan intervensi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan penggobatan menuju keberhasilan terapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi edukasi menggunakan video dan kartu pengingat minum obat terhadap kepatuhan penggunaan antihipertensi pada pasien rawat jalan di Puskesmas Tangerang Selatan-Banten. Penelitian menggunakan rancangan Randomized Controlled Trial (RCT) dengan melibatkan 160 responden, terdiri dari kelompok kontrol (80 responden) dan intervensi (80 responden). Data Kepatuhan penggobatan dan tekanan darah terkontrol dinilai dari pengisian kuesioner Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) dan rekam medik. Tingkat kepatuhan antar kelompok dianalisis menggunakan Uji Mann-Whitney sedangkan pengaruh intervensi dianalisis menggunakan Uji Wilcoxon. Sebelum Intervensi ada perbedaan signifikan antar kelompok mengenai karakteristik demografi responden, karakteristik klinis, dan gaya hidup. Intervesi apoteker melalui video edukasi dan kartu pengingat minum obat berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kepatuhan skor MMAS-8 (p:0.000) dengan kepatuhan dengan tingkat tinggi sebesar 7,5%, kepatuhan sedang sebesar 77,5% dan kepatuhan rendah sebesar 15%. Intervensi ini juga secara signifikan menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik (p:0.000,TDS/TDD=-15,44 mmHg/-5,12 mmHg).
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 237-244; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.3.237-244.2022
Abstract:
Pegagan (Centella asiatica L.) is a herbal plant used in dermatology that has activity in treating skin diseases and skin lesions such as excoriations, burns, hypertrophic scars, antioxidants, anti-aging, skin whitening, and as a cosmetic ingredient. This review aims to collect data regarding the activity of Centella asiatica herb extracts in dermatology in both preclinical and clinical trial identification is done by searching literature through media Science Direct and Google Scholar using the keywords ''Centella asiatica'', ''Gotu kola'', ''dermatology'', ''cosmetics'', and ''whitening''. The search was based on the inclusion and exclusion criteria that had been set. The literature results show that the chemical constituents of Centella asiatica, such as asiaticoside, madecassoside, asiatic acid, and madecassic acid, are phytochemicals that play an essential role in the pharmacological activity of Centella asiatica in dermatology as a treatment and skin care. In both preclinical and clinical tests, it was shown that administration of Centella asiatica was capable of proliferating fibroblasts, activating the Smads pathway, increasing collagen synthesis, reducing metalloproteinase activity by increasing collagen deposition, and reducing melanin content in melanocytes so that it can modulate melanogenesis by inhibiting the expression of tyrosinase mRNA.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 184-189; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.sup.184-189.2022
Abstract:
Penyakit Ginjal Kronis (PGK) ditandai dengan penurunan fungsi ginjal secara ireversibel yang dapat mempengaruhi proses eliminasi obat dari dalam tubuh. Drugs Related Problems (DRPs) merupakan suatu peristiwa terkait pengobatan bersifat aktual ataupun potensial yang dapat mempengaruhi hasil terapi pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase kejadian DRPs dan hubungan antara kejadian DRPs dengan kondisi pulang pasien didiagnosis PGK. Penelitian ini dilakukan secara retrospektif. Pengumpulan data dilakukan melalui rekam medis pasien pada tahun 2021. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan uji korelasi Spearman Rank. Sebanyak 74 pasien memenuhi kriteria inklusi, terdiri dari 44 pasien laki-laki (59,46%) dan 30 pasien perempuan (40,54%). Rentang usia pasien PGK terbanyak adalah 46-55 tahun, yakni 22 pasien (29,73%). Ditemukan kejadian DRPs yakni indikasi tanpa terapi pada 7 pasien (35%), dosis obat kurang pada 1 pasien (5%), dan dosis obat berlebih pada 12 pasien (60%). Pada penelitian ini 67 orang pasien (90,54%) pulang dengan kondisi perbaikan, 5 orang pasien (6,76%) pulang dengan kondisi belum sembuh, dan 2 orang pasien (2,74%) meninggal. Dapat disimpulkan bahwa pada terdapat kejadian DRPs meliputi indikasi tanpa terapi, dosis obat kurang, dan dosis obat berlebih yang ditemukan pada pasien dengan Penyakit Ginjal Kronis (PGK) dalam penelitian ini. Tidak ada hubungan bermakna antara kejadian DRPs dengan kondisi pulang pasien (p>0,05).
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 202-207; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.sup.202-207.2022
Abstract:
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang bersifat progresif dan ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah akibat disfungsi sel pankreas dan resistensi insulin. Penderita diabetes mellitus menjalani terapi farmakologi seumur hidup, oleh karena itu diperlukan biaya yang besar terkait pengobatan tersebut. Estimasi beban ekonomi diabetes melitus di Indonesia pada tahun 2020 yaitu $1,27 M. Sehingga perlu dilakukan analisis efektivitas biaya untuk membuat keputusan mengenai pemilihan obat dengan -efektifitas yang baikdan biaya yang minimal. Penelitian analisis efektivitas biaya ini bertujuan untuk menentukan nilai Rasio Inkremental Efektivitas Biaya (RIEB) terapi antidiabetes kelompok metformin tunggal dan kombinasi metformin-glimepirid pada pasien DM tipe 2 rawat jalan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif menggunakan data rekam medis pasien. Data yang digunakan berjumlah 114 dari 439 populasi. Dari 114 sampel penelitian, diperoleh sebanyak 23 sampel (20,18%) menerima terapi metformin tunggal dan 91 sampel (79,82%) menerima terapi metformin-glimepirid. Nilai RIEB untuk kadar glukosa darah puasa yaitu Rp 1.284,74 setiap penurunan 1 mg/dl. Penggunaan metformin-glimepirid membutuhkan biaya yang lebih besar dibandingkan pemakaian metformin tunggal namun efek yang dihasilkan juga lebih baik.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 160-167; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.sup.160-167.2022
Abstract:
Non-adherence of type 2 diabetes mellitus (T2DM) patients in treatment will impact expected clinical outcomes, risk of complications, and poor quality of life. Home medication review (HMR) is designed to help achieve optimal treatment, such as patient adherence. This study aimed to determine adherence levels and T2DM blood sugar management. This study with a pretest-posttest control group design was carried out at Andalas Public Health Center, Padang City, West Sumatra-Indonesia with 62 randomly selected respondents and then divided into two groups (pillbox and non-pillbox). The adherence levels were assessed by the pill count method. Changes in blood sugar levels are associated with adherence levels. The results showed an increase in the T2DM adherence level of patients using the pillbox at 7.360% and a decrease in blood sugar levels in those who used the pillbox at 61.161 mg/dL. There was a significant difference in the adherence between patients' levels using the pillbox and non-pillbox with a value of 0.011 (p <0.05). Similarly, the patient's blood sugar levels between the two groups showed a significant difference with a value of 0.007 (p<0.05). The application of HMR to patient adherence is considered to have a role in managing T2DM blood sugar.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 190-195; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.sup.190-195.2022
Abstract:
Asthma is characterized by reversible swelling or narrowing of the airways. Low adherence can negatively affect the effectiveness of therapy, increasing asthma morbidity and mortality. The long-term goal of asthma treatment is to achieve and maintain controlled asthma, but this goal is still challenging for most patients. This study examines the relationship between medication adherence and asthma control in patients. This study is observational, with a cross-sectional approach conducted on 40 asthma patients who received treatment at a Public Health Center. Patient medication adherence was measured by Medication Possession Ratio (MPR) method, and the level of control was measured by the Asthma Control Test (ACT) questionnaire. The results showed that most patients based on sociodemographic characteristics were female (80.0%), elderly group ≥60 years (45.0%), high school education (55.0%), and housewives (45.0%). The category of medication adherence was divided into 47.5% adherent patients and 52.5% non-adherent patients. The level of patient control was divided into fully controlled (2.50%), partly controlled (35.0%), and uncontrolled (62.5%). There was a significant relationship between adherence and asthma control (r=0.508; p<0.05). Therefore, improving patient medication adherence can potentially improve asthma control levels.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 175-183; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.sup.175-183.2022
Abstract:
Kondisi preeklampsia dapat berkembang menjadi eklampsia yang beresiko meningkatkan angka kematian bagi ibu dan janin. Obat antihipertensi dapat digunakan untuk pengobatan preeklampsia. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penggunaan obat antihipertensi terhadap nilai tekanan darah dan proteinuria pasien didiagnosis preeklampsia berat. Metode yang digunakan adalah retrospektif cross-sectional. Pengumpulan data dilakukan melalui rekam medis dari Januari sampai Desember 2021. Data disajikan dalam 76 pasien memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 19 pasien (23%) menggunakan monoterapi antihipertensi metildopa atau nifedipin, 30 pasien (39,47%) menggunakan kombinasi metildopa dan nifedipin, dan empat pasien (5,26%) menggunakan kombinasi metildopa, nifedipin dan furosemide. Rata-rata penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik (TDS/TDD) paling besar yaitu 85,25 mmHg dan 29,5 mmHg. Sedangkan rata-rata penurunan nilai proteinuria paling besar yaitu 2. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa terdapat pengaruh signifikan penggunaan obat antihipertensi terhadap TDS (p=0,000), TDD (p=0,000), dan nilai proteinuria (p=0,002). Penurunan nilai tekanan darah dan proteinuria lebih efektif terjadi pada terapi kombinasi dibandingkan dengan monoterapi.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 152-159; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.sup.152-159.2022
Abstract:
Neurodegenerasi adalah penyakit yang mengakibatkan degenerasi progresif dan kematian sel saraf di otak. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap khasiat neuroprotektif ekstrak biji teratai (Nymphaea pubescens Willd) melalui analisis perilaku neurokognitif. Sebanyak 25 ekor mencit jantan dibagi secara acak menjadi 5 perlakuan: kontrol negatif (Na-CMC 0,5%), kontrol positif diinduksi trimetiltin (TMT) 0,6mg/kgBB, dan pemberian ekstrak biji teratai (100, 200, dan 400 mg/kgBB). Induksi degenerasi otak dengan TMT menggunakan dosis tunggal secara intraperitoneal. Ekstrak diberikan tiga hari pasca injeksi TMT secara oral setiap hari selama 28 hari. Pada akhir perlakuan, tes neurobehavioral dilakukan meliputi uji kecerdasan memori dengan Hebb-Williams Maze, uji keingintahuan dengan Hole-Board dan uji interaksi sosial. Selanjutnya dilakukan pengukuran indeks organ otak. Data dianalisis secara statistik dengan One-Way Anova dilanjutkan dengan uji DNMRT (P<0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak biji teratai dosis 200 dan 400 mg/kgBB secara signifikan dapat meningkatkan kecerdasan kognitif (memori, keingintahuan dan interaksi sosial) pada mencit yang diinduksi TMT, namun tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks bobot otak. Temuan penelitian ini mengungkapkan bahwa biji teratai adalah kandidat kuat untuk sumber obat anti-neurodegeneratif.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 196-201; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.sup.196-201.2022
Abstract:
Preeklampsia merupakan salah satu klasifikasi Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) yang dapat menimbulkan efek merugikan bagi ibu dan janin dalam jangka panjang antara lain peningkatan resiko gangguan kardiovaskular seperti gagal jantung, penyakit jantung koroner, dan stroke serta peningkatan morbiditas dan mortalitas. Penggunaan agen antihipertensi ditujukan untuk mencegah komplikasi atau kondisi perburukan yang terjadi serta untuk melihat gambaran antihipertensi yang tepat dan rasional bagi ibu hamil dengan preeklampsia. Penelitian ini menggunakan metode analisis observasional dengan pendekatan retrospektif dengan mengambil lokasi pada RSUD Sleman pada bulan Juni-Agustus 2022. Sumber data penelitian merupakan data sekunder yang berasal dari rekam medis pasien preeklampsia periode Januari-Desember 2021 dengan pengambilan data secara purposive sampling. Sejumlah 54 pasien preeklampsia memenuhi kriteria inklusi pada penelitian ini dengan prevalensi terbanyak usia pada rentang 25-35 tahun (18,50%), kehamilan pada trimester 3 (98,10%), multigravida (77,80%), dan derajat preeklampsia berat (85,20%). Monoterapi nifedipine yang merupakan golongan calcium channel blocker dengan pemberian oral menjadi pilihan pengobatan terbanyak (58,75%) dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil analisis uji Chi-Square menunjukkan tidak ditemukan hubungan antara karakteristik pasien sebagai faktor resiko dengan derajat keparahan preeklampsia (p>0,05) serta tidak ada hubungan antara pola pengobatan dengan luaran klinis berupa ketercapaian target tekanan darah (p>0,05).
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 168-174; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.sup.168-174.2022
Abstract:
Activation of nuclear factor-kB (NF-ĸB) receptors potently enhances pro-inflammatory cytokines production thereby promoting inflammatory reactions. NF-ĸB receptor inhibition is one of the targets in overcoming inflammatory reactions. One of the natural ingredients that have the potential as an anti-inflammatory is velvet bean leaf extract (Mucuna pruriens L. (DC.)) which is used by the local people of West Sumatra. This study aimed to investigate the anti-inflammatory mechanism of the bioactive compounds detected in velvet bean leaf extract against NF-ĸB (1U36) activation pathway using an in silico approach. The phytochemical analysis of the ethanolic extract of velvet bean leaves was performed using GC-MS. Subsequently, their potential bioactivities were explored using PASS online test, preparation of ligands, receptors, and molecular docking. The results showed that the 34 compounds contained in the miang bean leaf extract had anti-inflammatory bioactivity with a probability activity value of >0.7 based on PASS online. The docking results showed that the highest binding affinity value was found in artemin (-7.5 kcal/mol) which was higher than the standard anti-inflammatory drug ketoconazole (-7.2 kcal/mol). Therefore, one of the mechanisms of miang bean leaves as an anti-inflammatory is due to the inhibitory action of artemin on the NF-kB activation pathway.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 146-151; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.sup.146-151.2022
Abstract:
Hipertensi diartikan sebagai kondisi ketika tekanan darah mencapai atau melebihi 140/90mmHg. Dalam keputusan penggunaan obat selalu mempertimbangkan manfaat dan resikonya. Obat antihipertensi dianggap efektif jika dapat mengontrol tekanan darah. Pada penggunaan obat antihipertensi jangka panjang perlu diwaspadai kemungkinan adanya efek samping. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas dan efek samping obat antihipertensi menggunakan data rekam medis pasien rawat inap di RSUP Fatmawati. Penelitian ini bersifat observasional (non eksperimental). Penentuan efektivitas menggunakan desain pre dan post, dan rancangan cross sectional untuk mengidentifikasi efek samping obat dengan pendekatan secara retrospektif. Pengambilan sampel ditentukan secara purposive berdasarkan kriteria tertentu. Data yang diperoleh dianalisis secara univariat dan bivariat dengan pengujian Wilcoxon, uji Spearman dan uji Fisher’s Exact. Studi ini memberikan hasil bahwa mayoritas pasien rawat inap di RSUP Fatmawati berjenis kelamin perempuan, umumnya menderita hipertensi tingkat 2, lebih banyak mendapatkan terapi gabungan. Terdapat perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah pemberian terapi antihipertensi (p<0,05)[A1] [A2] . Kejadian efek samping obat akibat penggunaan antihipertensi ditemukan sebanyak 16%. Tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis terapi antihipertensi dengan kejadian efek samping obat.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 138-145; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.sup.138-145.2022
Abstract:
Aseklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid (OAINS) yang mempunyai efek farmakologi utama sebagai antiinflamasi dan analgesik, turunan asam fenil asetat. Namun, aseklofenak memiliki kelarutan yang rendah sehingga mempengaruhi bioavaibilitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki laju disolusi aseklofenak melalui pembentukan multikomponen kristal dengan metode pembuatan solvent drop grinding dan asam suksinat sebagai koformer. Multikomponen kristal yang terbentuk dikarakterisasi menggunakan instrumen Powder X-ray Diffractor (PXRD), Differential Scanning Calorimeter (DSC), Fourier Transform Infrared (FT-IR) spectrometer, dan Scanning Electron Microscope (SEM). Aseklofenak yang terlarut dan terdisolusi ditentukan dengan spektrofotometer UV-Vis. Hasil karakterisasi dari multikomponen kristal: penurunan intensitas puncak pada difraktogram, penurunan titik lebur dan nilai entalpi peleburan pada termogram, pergeseran yang tidak signifikan pada bilangan gelombang spektrum spektroskopi FT-IR, dan habit kristal baru pada hasil SEM. Hasil uji disolusi aseklofenak murni, campuran fisik dan multikomponen kristal aseklofenak-asam suksinat dalam medium dapar fosfat pH 6,8 dengan sodium lauril sulfat 0,1 % pada menit ke-60 secara berturut-turut adalah 8,43 %, 26,60 % dan 34,14 %. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa multikomponen kristal aseklofenak - asam suksinat yang terbentuk merupakan tipe campuran eutektik dan dapat meningkatkan laju disolusi aseklofenak 4,09 kali dibandingkan aseklofenak murni.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 208-220; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.sup.208-220.2022
Abstract:
Outpatient pharmacy services in a hospital shows the quality of health service to the community. Data from the internal quality assurance report of Hospital ”X” in Padang showed that only 93.76% of non-compounded medication and 94.6% of compounded medication recipes met the waiting time standard. This study aimed to analyze the causes of the long waiting time for outpatient pharmacy services at Hospital “X”. The type of this research was a mix-method sequential type explanatory, conducted from February until May 2022. The quantitative design was a cross-sectional study of 141 for non-concoction and 35 for compounded medication recipes determined by quota sampling. Qualitative research was conducted on seven informants by purposive sampling. Observation, in-depth interviews, and document review collected data. Results showed that the average waiting time was 84.19 (standard ≤30) minutes for non-concoction and 164.58 (standard ≤60) minutes for compounded medication recipes. The causes of the long waiting time were a need for more staff, prescriptions outside the hospital formulary, equipment errors, and medicines delivery delays. There should be a job redesign by rearranging the shift picket for pharmacy staff, regular equipment maintenance, and updating standard operating procedures related to medicines delivery to the patients.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 88-94; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.2.88-94.2022
Abstract:
Gelatin sapi dan babi merupakan bahan utama pembuatan cangkang kapsul keras. Gelatin babi tidak boleh dikonsumsi oleh Muslim sehingga perlu dilakukan analisis pembeda gelatin sapi dan babi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiferensiasi gelatin sapi dan babi pada cangkang kapsul keras menggunakan metode kombinasi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dan Kemometrik menu Principal Komponen Analisis(PCA). Gelatin di ekstraksi dari cangkang kapsul keras dan langsung dihidrolisis menggunakan teknik hidrolisis asam, diinjeksikan ke dalam alat KCKT dan tinggi puncak kromatogram setiap asam amino penyusun gelatin dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam amino penyusun gelatin dapat dipisahkan dengan baik oleh KCKT. Gelatin standar dan gelatin dari cangkang kapsul dengan sumber hewan yang sama memiliki komposisi asam amino yang sama. Dengan demikian, PCA dapat mengklasifikasikan sumber gelatin pada cangkang kapsul simulasi. Namun penelitian ini belum berhasil mengidentifikasi sumber gelatin cangkang kapsul komersial
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 129-137; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.2.129-137.2022
Abstract:
Gamma-oryzanol merupakan senyawa antioksidan alami yang diperoleh dari minyak dedak padi atau yang lebih dikenal dengan rice bran oil (RBO). Gamma-oryzanol diketahui dapat melindungi kulit dari radiasi ultraviolet dan meningkatkan kelembaban kulit, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai antikerut dan pelembab kulit di bidang kosmetik. Terdapat dua komponen penting yang menentukan sifat fisik emulgel, yaitu emulgator dan gelling agent. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh variasi konsentrasi polimer karbopol 940 sebagai gelling agent terhadap sifat fisik emulgel gamma-oryzanol. Konsentrasi karbopol 940 yang digunakan dalam formulasi adalah 0,5% (pada F1), 0,75% (pada F2) dan 1 % (pada F3). Evaluasi sifat dan stabilitas fisik sediaan emulgel dilakukan terhadap beberapa parameter uji, yaitu pengamatan organoleptis, pengukuran diameter globul rata-rata, penentuan pH, penentuan sifat alir dan kekentalan, uji daya sebar dan uji sentrifugasi. Evaluasi stabilitas fisik sediaan emulgel dilakukan dengan menggunakan metode penyimpanan pada suhu 4oC, 26±2oC dan 40oC, uji cycling test dan uji sentrifugasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi konsentrasi karbopol 940 berpengaruh terhadap sifat dan stabilitas fisik sediaan. Peningkatan konsentrasi karbopol 940 menyebabkan terjadinya peningkatan viskositas emulgel dan ukuran diameter globul rata-rata, serta penurunan daya sebar. Uji stabilitas fisik menunjukkan ketiga formula sediaan emulgel gamma-oryzanol mengalami perubahan nilai parameter uji yang tidak bermakna pada sifat organoleptis. Berdasarkan hasil uji sentrifugasi, emulgel yang mengandung Carbopol 0,75% (F2) memiliki stabilitas fisik terbaik.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 71-79; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.2.71-79.2022
Abstract:
Inflamasi dermal, misalnya jerawat (acne vulgaris), secara tradisional, sering diobati menggunakan tanaman, sehingga beberapa riset mengeksplorasi ekstrak tanaman secara in vitro. Namun demikian, penggunaan ekstrak tanaman sebagai obat topikal tetap harus mengikuti Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 32/2019 tentang PERSYARATAN KEAMANAN DAN MUTU OBAT TRADISIONAL, yang meliputi tiga aspek yaitu keamanan (safety), mutu (quality), dan efektif (efficacy). Lebih lanjut lagi, keamanan obat topikal dipastikan melalui Uji Toksisitas Akut Dermal, seperti tercantum di dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 7/2014 tentang PEDOMAN UJI TOKSISITAS NONKLINIK SECARA IN VIVO. Kajian pustaka ini merangkum uji toksisitas akut dermal ekstrak tanaman yang telah dilakukan di berbagai negara. Kajian dilakukan menggunakan kata kunci “Acute”, “Dermal”, “Toxicity”, “Extract” pada basis data PubMed, dan menghasilkan 15 artikel. Hasil kajian pustaka menunjukkan bahwa semua ekstrak tanaman yang diuji di dalam kelimabelas artikel tersebut dinyatakan aman karena tidak menimbulkan gejala toksisitas ataupun kematian pada dosis di atas 2000 mg/kg BB. Dapat disimpulkan bahwa uji toksisitas akut dermal ekstrak tanaman merupakan faktor penting dalam keamanan pengembangan suatu obat herbal terstandar topikal
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 95-104; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.2.95-104.2022
Abstract:
Tanaman Tetracera indica secara etnomedisina memiliki banyak khasiat farmakologi antara lain digunakan untuk pengobatan diabetes, hiperkolesterol, mengatasi demam, asam urat dll. Gejala penyakit bisa disebabkan oleh paparan radikal bebas yang perlu diantisipasi dengan antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah pencarian ekstrak aktif antioksidan dengan metode FRAP dan uji toksisitas terhadap sel RAW 264,7. Ekstraksi dilakukan secara Ultrasonic Assisted Extraction (UAE) dengan pelarut n-heksan, etil asetat dan etanol 96%. Pengukuran kadar fenol total dengan pereaksi Folin-ciocalteu, dan kadar flavonoid dengan metode kolorimetri. Uji Toksisitas dengan MTT assay terhadap sel makrofag RAW 264,7. Kadar total fenol tertinggi terdapat pada ekstrak etanol 96% sebesar 210,229 mg GAE/g. Kadar total flavonoid tertinggi pada ekstrak etil asetat dengan nilai sebesar 63,138 mgQE/g. Aktivitas antioksidan kuersetin didapatkan 13600 FeEAC (mol/g), sedangkan pada sampel uji aktivitas antioksidan potensial pada ekstrak etanol 96% dengan nilai 2227,926 FeEAC (mol/g). Sementara nilai IC50 untuk ekstrak etil asetat ranting Tetracera indica adalah 23.877 µg/mL. Berdasarkan hasil yang diperoleh tanaman Tetracera indica bisa dikembangkan sebagai agen antioksidan dan antikanker
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 105-110; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.2.105-110.2022
Abstract:
Propolis memiliki efek imunostimulan yang tinggi namun tidak larut air dan memiliki bioavailabilitas yang rendah. Formulasi propolis dalam bentuk SNEDDS terbukti mampu meningkatkan aktivitas imunostimulannya, namun juga memberikan potensi ketoksikan dikarenakan kecilnya ukuran partikel nano dan akumulasi nya di dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek ketoksikan akut SNEDDS propolis. Dengan metode standar OECD 425, tikus Wistar jantan digunakan sebagai hewan uji. Pengujian diawali dengan uji batas dosis 2000 mg/kgBB dan dilanjutkan uji utama yang diawali dengan dosis 175 mg/kgBB serta mengikuti faktor 1,3 untuk kenaikan maupun penurunan dosisnya. Pengamatan gejala klinis ketoksikan secara intensif dilakukan 4 jam pertama setelah pemejanan dan dilanjutkan secara periodik mulai 24 jam hingga 14 hari dengan pengukuran berat badan tiap minggunya. Pada akhir penelitian, tikus dikorbankan dan diisolasi hepar maupun ginjalnya untuk pembuatan preparat histopatologis. Hasil uji menunjukkan tidak adanya gejala ketoksikan, berat badan hewan uji meningkat dan nilai LD50 > 2000 mg/kgBB. Pengamatan histopatologis juga tidak menemukan adanya abnormalitas di hepar maupun ginjal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa SNEDDS propolis tidak menimbulkan efek koetoksikan akut pada tikus jantan secara per oralPropolis memiliki efek imunostimulan yang tinggi namun tidak larut air dan memiliki bioavailabilitas yang rendah. Formulasi propolis dalam bentuk SNEDDS terbukti mampu meningkatkan aktivitas imunostimulannya, namun juga memberikan potensi ketoksikan dikarenakan kecilnya ukuran partikel nano dan akumulasi nya di dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek ketoksikan akut SNEDDS propolis. Dengan metode standar OECD 425, tikus Wistar jantan digunakan sebagai hewan uji. Pengujian diawali dengan uji batas dosis 2000 mg/kgBB dan dilanjutkan uji utama yang diawali dengan dosis 175 mg/kgBB serta mengikuti faktor 1,3 untuk kenaikan maupun penurunan dosisnya. Pengamatan gejala klinis ketoksikan secara intensif dilakukan 4 jam pertama setelah pemejanan dan dilanjutkan secara periodik mulai 24 jam hingga 14 hari dengan pengukuran berat badan tiap minggunya. Pada akhir penelitian, tikus dikorbankan dan diisolasi hepar maupun ginjalnya untuk pembuatan preparat histopatologis. Hasil uji menunjukkan tidak adanya gejala ketoksikan, berat badan hewan uji meningkat dan nilai LD50 > 2000 mg/kgBB. Pengamatan histopatologis juga tidak menemukan adanya abnormalitas di hepar maupun ginjal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa SNEDDS propolis tidak menimbulkan efek koetoksikan akut pada tikus jantan secara per oral
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 111-120; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.2.111-120.2022
Abstract:
Otak merupakan pusat syaraf yang sangat berpengaruh terhadap respon anak untuk melihat, mendengar, berpikir, dan melakukan gerakan. Terganggunya fungsi kognitif mengakibatkan terhambatnya perkembangan pertumbuhan dan mempengaruhi kualitas masa depannya khususnya kecerdasannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi terbaik dari kombinasi ekstrak herba pegagan (Centella asiatica) dan ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) dalam meningkatkan fungsi memori dan pembelajaran. Metode yang dilakukan adalah Radial 8-arm maze test yang digunakan untuk mengetahui adanya brain disorder yang berupa defisit pada pembelajaran dan memori serta menggunakan Passive avoidance test untuk mengetahui memori dan fungsi kognitif otak. Histopatologi otak diperiksa dengan menghitung jumlah sel neuron pada CA 1, CA 3 dan DG. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak herba pegagan dan daun kelor perbandingan 1:1 meningkatkan fungsi memori dan pembelajaran. Hasil histopatologi otak menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak aman untuk digunakan
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 121-128; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.2.121-128.2022
Abstract:
L-asparaginase merupakan enzim yang menghidrolisis L-asparagin menjadi L-aspartat dan ammonia yang dapat digunakan dalam terapi pengobatan Leukemia Limfoblastik Akut. Penentuan struktur 3D L-asparaginase dari berbagai sumber dapat memberikan informasi penting dalam memahami sifat dan fungsi biokimia L-asparaginase di level molekuler untuk penelusuran L-asparaginase alternatif sebagai protein teurapetik. Tujuan penelitian ini adalah memprediksi struktur 3D enzim L-asparaginase II dari bakteri laut Vibrio sp. AND4 dengan E.coli L-asparaginase II mutant (T12V) in complex with L-Asn at pH 7.0 [Escherichia coli K-12] (PDB ID: 6PA9) sebagai templat struktur, menggunakan metode pemodelan homologi dengan program SWISS-MODEL. Penelitian ini menghasilkan model struktur 3D dengan Sequence identity 70,55%, memiliki nilai QMEANDisCo 0,86±0,05 dan nilai GMQE sebesar 0,86. Terdapat 93,1% residu berada di daerah the most favored regions dan 0,3% residu berada di daerah disallowed regions pada Ramachandran plot, dengan G-Factors sebesar -0.08 yang memenuhi syarat-syarat kualitas struktur ideal.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 80-87; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.2.80-87.2022
Abstract:
Biji keben (Barringtonia asiatica L. Kurz) merupakan salah satu bagian tumbuhan obat yang secara empiris dimanfaatkan oleh masyarakat Tomini sebagai obat infeksi mata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri fraksi biji keben dengan menggunakan metode difusi agar teknik sumuran serta melakukan identifikasi senyawa antibakteri dari fraksi yang memiliki aktivitas antibakteri tertinggi dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)-bioautografi dan pereaksi warna. Hasil dari pengujian aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa fraksi n-heksana, etil asetat dan air dari biji keben memiliki aktivitas antibakteri dengan diameter hambat tertinggi pada fraksi etil asetat yaitu 21,08±0,72 (mm±SD) pada bakteri Staphylococcus aureus dan 21,53±1,00 (mm±SD) pada bakteri Escherichia coli. Hasil dari KLT-bioautografi fraksi etil asetat terhadap Staphylococcus aureus memberikan dugaan bahwa senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri adalah steroid (Rf 0,75 dan 0,78) dan senyawa terpenoid (Rf 0,3) pada bakteri Escherichia coli. Berdasarkan hasil tersebut fraksi etil asetat biji keben dapat dipertimbangkan sebagai sumber antibakteri bahan alam
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 1-11; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.1.1-11.2022
Abstract:
Hiperlipidemia menjadi suatu kondisi yang perlu diterapi untuk menghindari terbentuknya aterosklerosis dan menjadi penyakit kardiovaskular akut. Salah satu terapinya yaitu obat komplementer berupa poliherbal yang mengandung bawang putih, jahe merah, lemon, cuka apel, dan madu. Kontrol kualitas sediaan herbal menjadi sangat penting dan diperlukan untuk dilakukan agar khasiat bisa dicapai. Studi literatur ini dibuat untuk memberikan informasi mengenai sediaan herbal yang mengandung poliherbal tersebut sebagai antihiperlipidemia serta berbagai pengujian dalam standarisasi sediaannya. Pencarian literatur dilakukan pada jurnal nasional dan internasional dengan mesin telusur Google, Google scholar, Pubmed, NCBI, Sciencedirect dan lainnya menggunakan kata kunci yang terkait. Literatur yang terkumpul dilakukan skrining dengan kriteria inklusi yaitu waktu terbit pada 2007-2021 dan penelusuran lanjutan dengan melihat secara manual pada referensi yang relevan. Berdasarkan kajian literatur yang diperoleh, sediaan campuran poliherbal ini memiliki efek antihiperlipidemia secara in vivo yang setara dengan simvastatin dengan mekanisme yang mirip. Masing-masing bahan memiliki kumpulan senyawa aktif yang berperan dalam efek antihiperlipidemia yang dapat dijadikan senyawa penanda. Informasi karakterisasi senyawa penanda tersebut bisa menjadi acuan dalam mempelajari stabilitasnya baik secara fisika maupun kimia. Maka dari itu, perlu dikaji lebih lanjut mengenai stabilitas campuran poliherbal ini agar dapat stabil lebih lama dan memberikan manfaat yang lebih luas di masyarakat.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 34-41; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.1.34-41.2022
Abstract:
Simvastatin dan atorvastatin merupakan obat golongan statin yang bekerja dengan menghambat enzim HMG CoA reduktase. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi efektivitas klinik simvastatin dan atorvastatin dalam mempengaruhi profil lipid darah pasien dislipidemia di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar. Penelitian ini merupakan studi cross sectional menggunakan data rekam medik pasien dislipidemia yang menggunakan simvastatin 10 mg dan atorvastatin 20 mg selama periode 2017-2020. Efektivitas obat golongan statin dinilai dari perubahan nilai LDL, TC, TG, dan HDL sebelum dan setelah penggunaan obat. Analisis regresi linear digunakan untuk menilai perbedaan efek simvastatin dan atorvastatin terhadap parameter lipid darah. Dibandingkan dengan simvastatin, perbedaan efek atorvastatin terhadap nilai LDL, TC, TG dan HDL, berturut-turut adalah 12,11±20,60 (95% Cl: -28,90-53,21), -11,70±11,30 (95% Cl: -14,84-38,24), -5,02±11,54 (95% Cl: -28,04-18,00) dan 0,42±4,04 (95% Cl: -7,65-8,48). Pasien yang menggunakan atorvastatin memiliki nilai akhir TC, HDL dan TG yang lebih baik dibandingkan simvastatin. Sementara pasien yang menggunakan simvastatin memiliki profil nilai akhir LDL yang lebih baik dibandingkan simvastatin. Hasil analisis statistik menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna yang disebabkan karena terbatasnya jumlah pasien. Oleh karena itu, diperlukan studi dengan sampel yang lebih besar untuk melihat perbandingan efektivitas kedua jenis obat statin pada populasi pasien dislipidemia di Indonesia.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 12-23; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.1.12-23.2022
Abstract:
Kalkon (1,3-diaril-2-propen-1-on) merupakan golongan flavonoid yang memiliki banyak aktivitas salah satunya sebagai antidiabetes. Pada penelitian ini dilakukan sintesis tiga senyawa analog kalkon yaitu 2’-hidroksi-2-metoksi-kalkon (Kalkon1), 2’-hidroksi-3-metoksi-kalkon (Kalkon2) dan 2’-hidroksi-4-metoksi-kalkon (Kalkon3)dan serta dilakukan pengujian karakterisasi nya. Sintesis analog kalkon dilakukan dengan metode irradiasi microwave menggunakan katalis KOH, pelarut etanol dan PEG 400. Struktur setiap produk dikarakterisasi melalui spektroskopi UV-Vis, FTIR dan 1H NMR, menunjukkan bahwa ketiga senyawa analog kalkon hasil sintesis memiliki struktur sesuai dengan yang diharapkan, dengan hasil rendemen yaitu 91,53% (Kalkon1), 79,01% (Kalkon 2) dan 77,48% Kalkon 3. Berdasarkan studi in silico dari parameter nilai energi bebas ikatan didapatkan bahwa senyawa Kalkon 3 memiliki nilai energi bebas ikatan terkecil yaitu sebesar -8,8 kcal/mol dibandingkan senyawa Kalkon1 dan Kalkon2 yaitu sebesar -7,5 kcal/mol, -6,8 kcal/mol. Untuk parameter kecocokan asam amino dengan kontrol positif (akarbose), hanya senyawa Kalkon1 yang memiliki kecocokan dengan kontrol positif (akarbose) sedangkan untuk parameter ikatan hidrogen didapatkan bahwa semua senyawa uji tidak menunjukkan adanya interaksi berupa ikatan hidrogen antara ligand dan reseptor. Hasil ini menunjukkan senyawa Kalkon1, Kalkon 2 dan Kalkon 3 diperkirakan tidak aktif sebagai inhibitor enzim α-glukosidase.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume 9, pp 57-63; https://doi.org/10.25077/jsfk.9.1.57-63.2022
Abstract:
Interleukin-17A (IL-17A) merupakan sitokin pro-inflamasi yang terlibat dalam patogenesis beberapa penyakit, antara lain psoriasis, rheumatoid arthritis, kanker, diabetes dan penyakit ginjal stadium akhir. Peningkatan kadar serum IL-17A memberikan petunjuk adanya keterkaitan antara IL-17A pada kejadian nefropati diabetik. Keterkaitan ini juga diperjelas dengan temuan bahwa penghambatan aktivitas IL-17A dapat menurunkan albuminuria, cedera ginjal dan menunda perkembangan nefropati diabetik. Peranan IL-17A ini menjadikannya sebagai pilihan target potensial terapi nefropati diabetik yang sejauh ini bertumpu pada pengendalian optimal sistem renin angiotensin. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi determinan molekul interaksi STK630921 pada IL-17A. Penelitian dilakukan dengan penambatan molekul STK630921 pada protein IL-17A, dilanjutkan dengan simulasi dinamika molekul selama 15 ns. Identifikasi determinan molekul dilakukan menggunakan bantuan perangkat lunak PyPLIF-HIPPOS terhadap hasil simulasi dinamika molekul. Penelitian ini berhasil mengidentifikasikan asam-asam amino yang berperan penting yaitu His29, Trp67, Asn27, Lys114 dan Glu95 dengan interaksi aromatik dan interaksi hidrogen sebagai jenis interaksi yang berperan pada aktivitas STK630921 pada struktur protein 4HR9.