Dari padang gurun hingga ke belantara posmodernisme: Refleksi perjalanan spiritualitas gereja

Abstract
In the Old Testament, the metaphor of the "desert" is quite central in the spiritual image of God's people. In the ancient world, the reality of the wilderness was a pivotal point in Israel's encounter with God. Associated with the life of the church today, the reality of postmodernism becomes a new challenge that causes distortion and fragmentation between orthodoxy, orthopathy, and orthopraxy in church life. This essay aims to examine how desert spirituality can be integrated into the contemporary Christian life. This study uses a qualitative approach with socio-theological analysis. The results of this study are expected to develop a critical awareness of the church about the complex social meaning of desert spirituality practices that can be integrated into postmodern social reality as a transformational practice of personal life, service, and society.   Abstrak Dalam Perjanjian Lama metafora “padang Gurun” cukup sentral dalam imajinasi spiritualitas umat Allah. Di dunia kuno realitas padang gurun merupakan titik penting perjumpaan Israel dengan Allah. Dikaitkan dengan kehidupan gereja di masa kini, realitas postmodernisme menjadi tantangan baru yang menimbulkan distorsi dan fragmentasi antara ortodoksi, ortopati dan ortopraksis dalam kehidupan menggereja. Esai ini bertujuan mengkaji bagaimana spiritualitas padang gurun dapat diintegrasikan ke dalam kehidupan kekristenan kontemporer. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis sosio-teologis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kesadaran kritis gereja tentang makna sosial yang kompleks dari praktik spiritualitas padang gurun yang dapat diintegrasikan dalam realitas sosial postmodern sebagai praktik transformasional kehidupan pribadi, pelayanan dan masyarakat.