Citra Kepemimpinan Wanita dalam Naskah Hikayat Pandu dan Naskah Dewi Maleka: Kajian Sastra Bandingan

Abstract
Women leaders as one form of emancipation, apparently already existed from the past. It can be found in ancient manuscripts. Ancient manuscripts can be our bridge in communicating with the past. Through the ancient manuscript we can know how life in the past happened. Therefore, ancient manuscripts should be kept and cared for, and preserved their contents in order to be a contribution of insight today. The values contained in the ancient manuscript are varied, one of which is the value of leadership. The value of female leadership is found in Hikayat Pandu and the manuscript of Dewi Maleka that will be the corpus of this study. The value of leadership or the image of leadership that serves as the basis of classification is Astabrata teaching. The aim of this research is to compare the leadership image of the female leaders from the Hikayat Pandu, the goddess Lara Amis and the female leaders of the goddess Malacca script. The method of research used is the comparative literary method. This research resulted in a comparison of leadership imagery between female leader figures derived from the Malay version (Hikayat Pandu) and Javanese version (Dewi Maleka) script. It can therefore be concluded that there are similarities and differences in the image of female leadership between Dewi Lara Amis and Dewi Melaka. Research into the comparison of leadership imagery, especially on female leaders has not been done in Hikayat Pandu and the manuscript goddess Maleka. Thus, this study presents a new discussion that can be an additional knowledge for readers. --- Pemimpin wanita sebagai salah satu bentuk emansipasi, ternyata sudah ada dari masa lalu. Hal tersebut dapat ditemukan dalam naskah kuno. Naskah kuno dapat menjadi jembatan kita dalam berkomunikasi dengan masa lalu. Melalui naskah kuno tersebut kita dapat mengetahui bagaimana kehidupan di masa lalu itu terjadi. Oleh karena itu, naskah kuno sudah seharusnya dijaga dan dirawat, serta dilestarikan isinya supaya dapat menjadi sumbangan wawasan di zaman sekarang. Nilai-nilai yang terkandung dalam naskah kuno beraneka ragam, salah satunya ialah nilai kepemimpinan. Nilai kepemimpinan wanita ditemukan pada naskah Hikayat Pandu dan naskah Dewi Maleka yang akan menjadi korpus pada penelitian ini. Nilai kepemimpinan atau citra kepemimpinan yang dijadikan landasan sebagai dasar klasifikasi yaitu ajaran astabrata. Tujuan penelitian ini adalah melakukan perbandingan citra kepemimpinan dari tokoh pemimpin wanita dari naskah Hikayat Pandu yaitu tokoh Dewi Rara Amis dan pemimpin wanita dari naskah Dewi Maleka yaitu tokoh Dewi Maleka. Metode penelitian yang digunakan ialah metode deskriptif analisis dan teori yang digunakan ialah teori sastra bandingan. Penelitian ini menghasilkan perbandingan citra kepemimpinan antara tokoh pemimpin wanita yang berasal dari naskah versi Melayu (Hikayat Pandu) dan naskah versi Jawa (Dewi Maleka). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat persamaan dan perbedaan citra kepemimpinan wanita antara Dewi Rara Amis dan Dewi Maleka. Persamaan dan perbedaannya, yaitu Dewi Maleka memiliki delapan klasifikasi dalam astabrata, sedangkan Dewi Rara Amis hanya memiliki lima klasifikasi dalam astabrata antara lain ambeging surya, ambeging rembulan, ambeging angin, ambeging banyu, dan ambeging bumi.