Proliferasi Kalus dan Induksi Embriogenesis Somatik Tanaman Sagu (Metroxylon saguRottb.) Menggunakan Tiga Metode Kultur: Sistem Perendaman Sesaat, Suspensi dan Media Padat

Abstract
Proliferasi Kalus dan Induksi Embriogenesis Somatik Tanaman Sagu (Metroxylon saguRottb.) Menggunakan Tiga Metode Kultur: Sistem Perendaman Sesaat, Suspensi dan Media Padat. Imron Riyadi, Djoko Santoso, Bambang S. Purwoko dan Darda Efendi. Metode kultur in vitro yang tepat akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi pada proses penggandaan kalus maupun induksi embriogenesis somatik. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh metode kultur dan konsentrasi 2,4-D dalam proses penggandaan kalus maupun induksi embryogenesis somatic. Bahan tanam atau eksplan awal yang digunakan adalah kalus remah hasil induksi dari kultur meristem pucuk tunas anakan sagu. Kalus tersebut dikulturkan pada media Murashige dan Skoog modifikasi dengan penambahan 2,4-D 5,0 – 15,0 mg/L dikombinasikan dengan kinetin 0,1 mg/L yang menggunakan tiga metode kultur yaitu kultur suspensi, sistem perendaman sesaat (SPS) dan media padat, sehingga terdapat 12 kombinasi perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot segar kalus tertinggi sebesar 12,0 g/bejana yang dicapai pada perlakuan S D15K0,1 (kultur suspensi dengan konsentrasi ZPT berupa 2,4-D 15,0 mg/L dikombinasikan dengan kinetin 0,1 g/L). Perolehan jumlah embrio somatic tertinggi dicapai pada perlakuan S D5K0,1 (kultur suspensi dengan konsentrasi ZPT berupa 2,4-D 5,0 mg/L dikombinasikan dengan kinetin 0,1 g/L) sebesar 384,7 buah/bejana. Daya hidup kultur sagu terbaik dan tertinggi diperoleh pada metode kultur suspensi pada semua perlakuan konsentrasi 2,4-D yang mencapai 100%. Selama proses induksi embrio somatic, terjadi perubahan warna kalus dari sebagian besar kekuningan menjadi krem dan putih-kekuningan.