Strategi Eksistensi Pencak Silat Bandrong di tengah Industri Kebudayaan

Abstract
Abstrak   Tujuan penelitian ini untuk menginformasikan strategi eksistensi pencak silat bandrong di tengah industri kebudayaan. Ini dilakukan dengan mencaritahu bagaimana pencak silat bandrong dapat menjadi representasi budaya lokal dan menjalani reproduksi sosial di masyarakat, dinamika perkembangan bandrong hingga akhirnya eksistensi bandrong di dalam masyarakat Banten modern. Penelitian ini menggunakan mix methods, dengan teknik embedded konkuren. Metode kuantitatif dilekatkan atau disarangkan ke dalam metode yang lebih dominan (metode kualitatif). Kriteria pemilihan informan terbagi menjadi 3: (1) penggiat Pencak Silat Bandrong dan memiliki jabatan di organisasi; (2) penggiat pencak silat yang tidak memiliki jabatan organisasi,dan ; (3) bukan penggiat pencak silat dan bukan dari organisasi independen. Strategi Eksistensi Pencak Silat Bandrong di tengah industri kebudayaan dapat ditemukan pada hal-hal berikut. Pertama, sejarah dan nilai nilai berupa keagamaan atau religiusitas, nilai kebudayaan, dan nilai sosial atau kepedulian terhadap masyarakat menjadi cerminan keterlekatan Bandrong dengan perkembangan masyarakat lokal. Kondisi ini menjadikan Bandrong dapat dilihat sebagai representasi budaya lokal Banten. Kedua, dalam dinamika perkembangan bandrong terbentuk organisasi formal pencak silat bandrong struktural yang mendukung eksistensi dan juga ekspansi bandrong di masyarakat. Ketiga, terdapat dua jenis bandrong; struktural dan kultural, dimana kedua nya saling bersinergi yang mendukung perkembangan pencak silat bandronbg. Keempat, bandrong dapat bertahan dan tidak sepenuhnya masuk dalam arus industri kebudayaan namun tetap memperkuat eksistensinya di masyarakat. Seperti dengan reproduksi sosial bandrong melalui pendidikan formal, informal, non formal maupun melalui lembaga pemerintahan. Kata-kata Kunci: pencak silat bandrong; kultural; struktural; industri budaya. Abstract   The purpose of this study is to inform the strategy of the existence of pencak silat bandrong in the midst of the cultural industry. This is done by finding out how pencak silat bandrong can be a representation of local culture and undergoing social reproduction in the community, the dynamics of bandrong development until finally the existence of bandrong in modern Banten society. This research uses mix methods, with concurrent embedded techniques. Quantitative methods are embedded or nested into more dominant methods (qualitative methods). Criteria for selecting informants is divided into 3: (1) activists of Pencak Silat Bandrong and have positions in the organization; (2) pencak silat activists who do not have organizational positions, and; (3) not a pencak silat activist and not from an independent organization. The Existence Strategy of Pencak Silat Bandrong in the middle of the culture industry can be found in the following matters. First, history and values in the form of religion or religiosity, cultural values, and social values or concern for the community are a reflection of Bandrong's attachment to the development of local communities. This condition makes Bandrong can be seen as a representation of the local culture of Banten. Secondly, in the dynamics of bandrong development a formal organization of structural bandrong pencak silat was formed that supported the existence and expansion of the bandrong in society. Third, there are two types of bandrong; structural and cultural, where the two work together to support the development of pencak silat bandronbg. Fourth, bandrong can survive and not fully enter the flow of the culture industry but still strengthen its existence in society. As with bandrong social reproduction through formal, informal, non-formal education or through government institutions. Keywords: pencak silat bandrong, cultural, structural, cultural industry.