Abstract
ABSTRAK Konsep Aja Wera telah sejak dulu dikenal masyarakat Bali dan dianggap sebagai bentuk “larangan” mempelajari, mendalami atau menguasai pengetahuan/ajaran agama Hindu. Itulah sebabnya mengapa umat Hindu untuk urusan belajar agama, dengan segala konsep ajaran, atau kandungan makna tattwanya nyaris tidak begitu dipedulikan. Berbeda dengan urusan aktivitas ritual yadnya, umat Hindu begitu semangat dan bergairah menjalankannya, meski tidak ditunjang pengetahuan yang melandasi pelaksanaan ritual yadnya tersebut. Pegangannya adalah adagium gugon tuwon bin anak mulo keto, dengan prinsip melaksanakan kewajiban ritual yadnya dengan patuh tanpa perlu tahu apa makna tattwa dibaliknya. ABSTRACT The concept of Aja Wera has long been known to the people of Bali and is considered as a form of "prohibition" to learn, explore or master the knowledge / teachings of Hinduism. That is why Hindus for religious learning affairs, with all the concepts of teaching, or the content of the meaning of tattwa are hardly cared for. In contrast to the affairs of the yad ritual activities, Hindus are so passionate and passionate about carrying out them, even though they are not supported by the knowledge underlying the yadnya ritual. The handle is adagium gugon tuwon bin anak mulo keto, with the principle of carrying out the ritual obligations of the yad in obedience without needing to know what the tattwa means behind it.