Pembelajaran Masa Pandemi pada Anak Masyarakat Petani Pedalaman di Aceh Selatan

Abstract
This study aims to determine the community's response to the pandemic and learning practices during the pandemic for the children of rural farmers in South Aceh. This study uses a qualitative approach with a descriptive model. Data obtained from observations, interviews, and relevant literature studies, then analyzed the data, researchers will use interactive analysis techniques. The results of this study indicate that 1) The public's perception of risk for a pandemic is low, but the community continues to respond well to this pandemic, namely complying with health protocols by using masks when going out to public places. 2) Learning activities for children from rural farming communities in Kluet Tengah continued as usual. Like other schools that adhere to the education bureaucracy, schools in rural areas also implement health protocols and shorten teaching and learning time in class, even though the community in the school environment considers pandemics to be a natural reality. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons masyarakat terhadap pandemi dan praktik pembelajaran masa pandemi pada anak petani pedalaman Aceh Selatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan model deskriptif. Data diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan studi literatur yang relevan, kemudian dianalisis data, peneliti akan menggunakan teknik analisis interaktif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Persepsi risiko masyarakat terhadap pandemi tergolong rendah, namun masyarakat tetap merespons pandemi ini dengan baik yaitu mematuhi protokol kesehatan dengan menggunakan masker ketika keluar menuju ke tempat-tempat umum. 2) Kegiatan pembelajaran anak-anak masyarakat petani pedalaman yang ada di Kluet Tengah berlangsung seperti biasa. Sebagaimana sekolah lainnya yang patuh pada birokrasi pendidikan, maka sekolah di pedalaman juga menerapkan protokol kesehatan dan mempersingkat waktu belajar mengajar di dalam kelas, meskipun masyarakat dilingkungan sekolah tersebut menganggap pandemi sebagai realitas yang biasa.