Abstract
Rahman is a contemporary Islamic thinker who intensely studies the Qur’an. According to him, the Qur'an appears in the historical horizon and is faced with a socio-historical background, the most appropriate question to get the Qur'an is historical approach. Rahman uses Double Movements’s method in his interpretation, which is a historical investigation that encompasses the text in the past to get its moral ideal which will be contextualized in contemporary society. This method or strategy is its protector and sword. On one hand this method proves how revelation has launched history. On the other hand, he will use the Qur'an as a normative standard to negate local traditions as well as religious practice values that involve norms derived from the Qur'an and sunnah. This study uses descriptive-analytical methods to discuss and further analyze the contextual methods offered by Rahman. The conclusion that can be drawn from this approach is an approach to the Koran by undertsanding its historical situation, both before and during the revelation, then draw the moral-ideal from that revelation, and project it in the present context. In projecting the ideal morals into the present context, the Mufassir must direct his attention to the goal of the Qur'an (moral ideal) as a unified whole, so that it will bring up for a concrete world view (weltanschaung). In essence, the contextualization of the ideal morals will result in the formulation of the ethics of the Qur'an that is able to support and develop the integrity of individuals and collectives in contemporary society.AbstrakRahman merupakan pemikir Islam kontemporer yang intens mengkaji al-Qur’an. Menurutnya, al-Qur’an muncul dalam horizon sejarah dan berhadapan dengan latar belakang sosio-historis, maka pendekatan yang paling tepat untuk memahami al-Qur’an adalah kesejarahan (historical approach). Metode yang digunakan dalam penafsirannya adalah Double Movement, yaitu investigasi sejarah yang melingkupi teks pada lampau untuk mengambil ideal moralnya yang akan dikontekstualisasikan dalam masyarakat kontemporer. Metode ataupun strategi ini merupakan pelindung dan pedangnya. Di satu sisi metode tersebut menunjukkan bagaimana wahyu telah membuka sejarah. Di sisi lain, ia akan menggunakan al-Qur’an sebagai standar normatif untuk meniadakan tradisi-tradisi lokal juga nilai-nilai praktik agama yang mengganggu norma-norma yang diperoleh dari al-Qur’an dan sunnah. Kajian ini menggunakan metode deskriptif-analitis untuk mengeksplorasi dan menganalisa lebih lanjut metode kontekstual yang ditawarkan Rahman. Kesimpulan yang bisa diambil dari pendekatan yang dimaksud adalah suatu pendekatan terhadap al-Qur’an dengan memahami situasi kesejarahan, baik sebelum maupun dimasa pewahyuan, untuk kemudian menarik ideal-moral dari wahyu tersebut, dan memproyeksikannya dalam konteks kekinian. Dalam memproyeksikan ideal moral terhadap konteks kekinian, mufassir harus mengarahkan perhatianya pada tujuan al-Qur’an (ideal-moral) sebagai suatu keseluruhan yang utuh, sehingga akan memunculkan suatu pandangan dunia (weltanschaung) yang konkret. Secara garis besar, kontekstualisasi atas ideal moral tersebut akan menghasilkan suatu rumusan etika al-Qur’an yang mampu melindungi dan mengembangkan integritas para individu dan kolektif dalam masyarakat kontemporer.Kata Kunci: Fazlur Rahman, Kontemporer, Kontekstual, Metode Penafsiran