Dimensi Tasawuf dalam Ilmu Nahwu

Abstract
Ilmu tasawuf adalah ilmu yang membahas tentang gagasan batin atau spiritualitas, sedangkan ilmu nahwu merupakan ilmu yang membahas tentang bagaimana cara untuk bisa berkomunikasi verbal dengan baik. Kedua aspek tersebut harus seimbang dan sejalan pada diri manusia. Salah satu tokoh yang membahas hal ini adalah Ibn ‘Ajibah dalam karya nya yang berjudul al-Futuhat al-Quddusiyyah. Artikel ini berusaha mengungkap dimensi tasawuf dari makna-makna simbolik yang tertuang dalam ilmu Nahwu. Makna simbolik yang terdapat pada kaidah-kaidah nahwu di kitab al-Futuhat al-Quddusiyyah dari perspektif tasawuf adalah bahwa dalam pengajaran nahwu menurut Ibn ‘Ajibah memiliki makna yang dalam kaitannya dengan tasawuf. nahwu yang bersifat ilmu lahir sebenarnya juga memiliki makna batin, seyogyanya manusia memahami dua hal tersebut sehingga tidak terjadi ketimpangan dalam kehidupan. Pandangan tasawuf yang ada pada kitab ini mengerucut menjadi tiga tahapan yaitu takhalli, tahalli dan tajalli. Takhalli adalah makna simbolik fiil (kerja) sebagai sesuatu yang progresif, usaha keras untuk menghilangkan segala hambatan yang menghalangi untuk bisa mencapai makrifat kepada Allah. Tahalli adalah makna simbolik dari jazm, bermakna teguh, sabar dan konsisten menjalani mujahadah dan melawan rintangan. Makna tajalli muncul dari simbol i’rab rafa’ yang berarti tinggi derajat yang akan dicapai oleh mereka yang sudah memiliki nun al-ananiyah atau keakuan sebagai tanda i’rab rafa’.