Transformasi Penghidupan Masyarakat Pasca Program HKm

Abstract
ENGLISHThis study aims to obtain information on farmers livelihood changesafter the HKm program. This research was conducted in four villages in Central Lombok Regency. The data was collected using in-depth interviews, focused discussion, and document studies. This research found that there was an important transformation in the livelihoods of farmers. First, changes of the livelihoods of the people who previously worked as laborers (agricultural and non-agricultural) then switched to cultivating HKm land. Second, land tenure changed from <0.5 ha to around 1 ha. Third, the institutional aspect. The existence of HKm has made forest management institutions transformed from an individual pattern to an organizational one under farmer groups and cooperatives. Even so, the existing institutions (both organization and rules of the game) are not running optimally yet. Fourth, there has been a change in land cultivation where farmers have started to use better tillage and plant cultivation techniques. Fifth, there is an increase in income even though there is fluctuation in the transitional period when the production of the main crops has not reached optimal productivity. Sixth, in terms of crop commodities, after HKm program, farmers were planting more commercial and higher value commodities than before. INDONESIAProgram hutan kemasyarakatan (HKm) memberikan akses kepada masyarakat di sekitar hutan untuk mengelola dan memanfaatkan hutan. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi perubahan penghidupan petani pasca program HKm. Penelitian ini dilaksanakan di empat desa di Kabupaten Lombok Tengah. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam, diskusi terfokus, dan studi dokumen. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa terdapat transformasi yang penting dalam penghidupan petani sekitar hutan pasca introduksi program HKm. Pertama, mata pencaharian masyarakat banyak yang sebelumnya bekerja sebagai buruh (tani dan non pertanian) kemudian beralih menjadi penggarap lahan HKm. Kedua, penguasaan tanah berubah dari 0,5 Ha menjadi sekitar 1 ha . Ketiga, transformasi kelembagaan pengelolaan hutan dari pola individual menjadi organisasional di bawah kelompok tani dan koperasi. meskipun demikian kelembagaan (baik organisasi maupun aturan main) yang ada belum berjalan optimal. Keempat, perubahan dalam pengelolaan lahan dimana petani mulai menggunakan teknik pengolahan lahan dan budidaya tanaman yang lebih baik. Kelima, peningkatan pendapatan meskipun terjadi fluktuasi pada periode peralihan ketika produksi tanaman utama belum mencapai produktivitas optimal. Keenam, komoditas tanama sebelum program HKm dijalankan lebih didominasi tanaman kurang bernilai komersial, namun ketika program HKm berjalan tanaman ditanam yang bernilai komersial tinggi. Sebagian besar tanaman merupakan jenis hasil hutan bukan kayu (HHBK).