Abstract
Abstrak Kajian ini bertujuan mendeskripsikan urgensi sinergi program penanggulangan kemiskinan. Disadari, begitu komplek permasalahan penduduk miskin, maka diperlukan sinergi dari para pihak terkait, pusat dan daerah dalam penanganannya. Kajian dilakukan di Desa Pemurus, selama empat hari, bulan April 2018. Jenis dan pendekatan kajian ini deskriptif-kualitatif, dengan teknik pengumpulan data wawancara terhadap keluarga penerima manfaat (KPM) PKH dan Rastra. Untuk memperkaya informasi, dilakukan focus group discusion (FGD) dengan unsur Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD). Hasil kajian menunjukkan, sungguhpun berdasarkan data statistik jumlah penduduk miskin di Kabupaten Banjar rendah (2,96 persen), jauh di bawah angka kemiskinan nasional (9,82 persen), namun kenyataan empirik menunjukkan bahwa warga Desa Pemurus, belum dapat mengakses kebutuhan dasar air bersih. Untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut ―guna keperluan air minum dan menanak nasi― khususnya, dengan cara sederhana, mereka mengendapkan air sungai yang ada di dekat rumahnya, dalam sebuah wadah. Bahwa ketika musim hujan, mereka menjadikan air hujan sebagai alternatif sumber air bersih. Sementara, untuk memenuhi kebutuhan dasar: pendidikan, kesehatan, dan pangan, mereka telah dapat mengakses bantuan sosial melalui PKH dan Rastra, meskipun masih banyak dijumpai exclusion dan inclusion error. Untuk itu, disarankan pentingnya sinergi program penanggulangan kemiskinan, khususnya dalam membantu pemenuhan kebutuhan dasar air bersih dan sanitasi bagi keluarga miskin, dengan terlebih dulu dilakukan koordinasi ―ditingkat pusat, sekurangnya antara Kementerian Sosial (Kemensos) dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)― yang kemudian diikuti di tingkat daerah. KATA KUNCI: sinergi; penanggulangan kemiskinan.