Pembelajaran Berbasis Nilai Karakter dalam Satua Bali

Abstract
“Satua Bali” atau cerita rakyat Bali sering digunakan oleh para orang tua beberapa puluh tahun yang lalu. “Satua Bali” biasanya diceritakan sebagai pengantar putra-putrinya menjelang tidur. Selain diceritakan orang tuanya, “Satua Bali” biasanya diberikan oleh guru-guru di sekolah. Akan tetapi, semenjak 10 tahun terakhir, orang tua tidak lagi memberikan “Satua Bali” kepada anak-anaknya dan guru-guru di sekolah juga tidak pernah lagi memperkenalkan kepada siswa. Hal ini menyebabkan keberadaan “Satua Bali” menjadi tidak dikenal oleh siswa. Sebagian besar siswa di Bali tidak mengenal “Satua Bali”. Padahal, banyak sekali nilai-nilai karakter yang bisa diajarkan kepada anak-anak melalui “Satua Bali”. Sebagai contoh “Satua Bali” yaitu “I Buta teken I Lumpuh” dalam Bahasa Indonesia berjudul “Si Buta dan Si Lumpuh”. Dalam cerita ini, meskipun mereka berdua mengalami kekurangan yaitu buta dan lumpuh, tetapi dengan kerjasama, toleransi, dan penuh semangat mereka selalu mempunyai cara agar bisa makan untuk kebutuhan sehari-hari. “Satua Bali” tidak saja mengandung nilai-nilai karakter, akan tetapi juga mengandung materi yang sesuai dengan kurikulum yang digunakan di sekolah dasar. Dalam cerita “I Buta teken I Lumpuh”, materi yang dapat dibahas adalah alat indera, sistem rangka, dan cara memelihara alat indera dan sistem rangka. “Satua Bali” sangat sesuai diterapkan dalam pembelajaran di sekolah dasar, apalagi di sekolah yang menerapkan kurikulum 2013. Dalam pembelajaran, “Satua Bali” dapat dimasukkan di kegiatan inti pada tahap eksplorasi. Pada tahap ini, siswa diberikan “Satua Bali”, kemudian siswa diminta untuk membacakan sekaligus menghayatinya. Selain itu, guru juga dapat membacakannya dan siswa menyimaknya. Pada tahap elaborasi, siswa diminta untuk mendiskusikan secara berkelompok mengenai nilai karakter setiap tokoh yang ada dalam cerita dan mendiskusikan materi pelajaran yang ada. Pada tahap konfirmasi, guru mempertegas nilai-nilai karakter yang ada dalam “Satua Bali”, meminta siswa untuk menceritakannya di depan kelas, dan mengkonfirmasi materi pelajaran dalam “Satua Bali”, dan menambahkan materi sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Dengan demikian, penerapan “Satua Bali” dalam pembelajaran dapat melestarikan kebudayaan lokal, menumbuhkan nilai-nilai karakter siswa, dan sangat berkaitan dengan materi yang ada di kurikulum. Disamping itu, dengan “Satua Bali”, maka dapat melatih kemampuan membaca dan kemampuan menyimak siswa.