PASANG-SURUT RELASI TIONGHOA-JAWA DI SURAKARTA: STUDI KASUS ETNIS TIONGHOA DI KAMPUNG BALONG

Abstract
Demografi multikultural membuat Surakarta rapuh secara sosial dan juga rentan terhadap konflik etnis, terutama di antara orang Tionghoa dan Jawa. Sebagian besar konflik disebabkan oleh persaingan ekonomi yang mengakibatkan kekecewaan dan kecemburuan sosial di antara kelompok etnis Jawa terhadap etnis Tionghoa. Berdasarkan permasalahan tersebut, pertanyaan penelitian yang diajukan adalah model interelasi multi-etnis apa yang dapat mengakhiri konflik? Untuk menjawab pertanyaan, penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian dan Pengembangan (R&D) dengan tiga langkah, yaitu studi pendahuluan, pengembangan model dan evaluasi model. Studi pendahuluan dilakukan untuk mengumpulkan informasi komprehensif terhadap konflik etnis dengan menggunakan metode wawancara mendalam. Tahap pengembangan model dilakukan dengan menyusun model interelasi multi-etnis. Tahap terakhir adalah evaluasi. Hasil dari penelitian ini membuktikkan model interelasi multietnis dengan pendekatan budaya dan hubungan yang harmonis antara Tionghoa dan Jawa mendukung kegiatan ekonomi di Surakarta, khususnya bidang industri dan perdagangan. Due to its multicultural demographics, Surakarta is socially fragile and also vulnerable to ethnic conflict, especially between Chinese and Javanese. Economic competition results in most conflicts that lead to a situation of social disappointment and social jealousy among the Javanese ethnic groups towards the Chinese. Based on these problems, the research question raised is what multi-ethnic interaction model can conclude the conflict? To answer the question, this research employs a Research and Development (R&D) approach with three steps, namely a preliminary study, model development and model evaluation. The preliminary study was conducted to gather comprehensive information on ethnic conflicts using in-depth interviews. The model development stage was carried out by developing a multi-ethnic interaction model. The last step is evaluation. The results of this study proved that the multi-ethnic interaction model with a cultural approach and harmonious relations between the Chinese and Javanese could support economic activities in Surakarta, especially in the fields of industry and trade.