Biaya Pengurangan Marginal Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Pertanian

Abstract
English Greenhouse gases (GHG) concentration in the atmosphere significantly increases with the annual average increase on the past decade (2005-2014) is 2.1 ppm. Today’s concentration is 403 ppm, while the upper safety limit for atmospheric CO2 is 350 ppm. This rising concentration mainly affects global warming and climate change. This study aims to analyze mitigation options in paddy field management that may be conducted through a marginal abatement (MAC) approach by selecting mitigation actions with low cost and high potential emission decrease. This analysis was carried out using the Net Present Value (NPV). Locations were selected purposively in Grobogan Regency, Central Java Province, and East Tanjung Jabung Regency, Jambi Province, in 2013. Data collected consisted of GHG emissions baseline estimate, costs of production and total revenue. Baseline emission was computed using the appropriate approach of 2006 IPCC Guidelines. Data were analyzed using both quantitative and qualitative descriptive methods. The results showed that abatement cost to reduce 1 tCO2e in Grobogan Regency from the lowest to highest were low methane rice variety with the cost of Rp106/tCO2e, intermittent irrigation (Rp124/tCO2e), direct seeded rice (Rp657/tCO2e) and shifting between urea granules with urea tablets (Rp3,582/tCO2e). Meanwhile in East Tanjung Jabung Regency, the lowest to highest costs were compost for amelioration (Rp163/tCO2e), farmyard manure for amelioration (Rp456/tCO2e), direct seeded (Rp504/tCO2e) and interaction between no tillage+direct seeded rice (Rp608/tCO2e). These costs did not include tax, transport and other social costs. Indonesian Konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer saat ini mengalami peningkatan dengan kenaikan rata-rata tahunan sebesar 2,1 ppm selama sepuluh tahun terakhir. Saat ini konsentrasinya mencapai nilai 403 ppm, sementara batas atas konsentrasi CO2 aman bagi atmosfer bumi adalah 350 ppm. Peningkatan ini menyebabkan adanya pemanasan bumi secara global dan perubahan iklim. Penelitian ini bertujuan menganalisis opsi-opsi mitigasi pada pengelolaan lahan sawah yang mungkin dilakukan dengan menggunakan pendekatan marginal abatement cost atau biaya pengurangan emisi yang berprinsip pada pemilihan teknologi mitigasi dengan biaya rendah dan potensi penurunan emisi yang besar. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan net present value (NPV). Lokasi penelitian dipilih secara purposive, yaitu di Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah; dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi, pada tahun 2013. Data yang dikumpulkan, yaitu data aktivitas untuk perhitungan baseline emisi GRK serta data usaha tani yang meliputi semua biaya produksi dan penerimaan. Baseline emisi dihitung dengan menggunakan pendekatan sesuai IPCC Guideline 2006. Hasil penelitian menunjukkan biaya tambahan yang diperlukan untuk menurunkan emisi 1 tCO2e di Kabupaten Grobogan dari yang terendah sampai tertinggi, yaitu teknologi varietas rendah emisi sebesar Rp106/tCO2e, teknologi pengairan berselang sebesar Rp124/tCO2e, teknologi tanam benih langsung sebesar Rp657/tCO2e, dan penggantian urea prill dengan urea tablet sebesar Rp3.582/tCO2e. Sementara, di Kabupaten Tanjung Jabung Timur biaya tambahan terendah sampai tertinggi, yaitu teknologi ameliorasi dengan kompos sebesar Rp163/tCO2e; ameliorasi dengan pupuk kandang sebesar Rp456/tCO2e; teknologi tanam benih langsung sebesar Rp504/tCO2e; dan interaksi antara tanpa olah tanah+tanam benih langsung sebesar Rp608/tCO2e. Biaya ini tidak termasuk pajak, biaya transpor, dan biaya-biaya sosial.