Abstract
Abstrak   Permasalahan paling krusial yang membutuhkan perhatian serius pada subsektor perkebunan adalah rendahnya produktivitas dan kualitas komoditas yang dihasilkan oleh petani. Produktivitas rata-ratakakao Sulawesi Tengah turun dari 908 kilogram per hektar ditahun 2014 menjadi 893 kilogram per hektar ditahun 2016 (Ditjenbun, 2016). Penyebab penurunan produksididuga karenaumur tanaman yang telah tua dan serangan hama dan penyakit tanaman. Program peremajaan tanaman kakao sudah dilaksanakan dibeberapa sentra kakao namun belum sepenuhnya mengembalikan produktivitas kakao Sulawesi Tengah. Kondisi pertanaman kakao saat ini serta kelayakan finansial usahatani kakao perlu diketahui untuk menentukan kebijakan produksi kakao kedepannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi pertanaman kakao saat ini, mengetahui kelayakan finansial usaha tani kakao, serta umur optimum recoverypertanaman kakao di Sulawesi Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah survai pada usahatani kakao di lima kabupaten di Sulawesi Tengah yaitu Kabupaten Sigi, Donggala, Parigi Moutong, Poso, serta Banggai. Data kemudian dianalisis secara deskriptif dan ekonomi menggunakan NPV, IRR,RC Ratio, dan Payback Period. Hasil survai menunjukkan bahwa terjadi kerusakan tanaman kakao hampir merata di Sulawesi Tengah (76.81-92.58 persen), persentase kerusakan berturut-turut terjadi di Kabupaten Sigi, Banggai, Parigi, Donggala, dan Poso. Rata-rata umur peremajaan di Sulawesi Tengah adalah18tahun. Secara ekonomi, usahatani kakao Sulawesi Tengah memiliki NPV yang positif untuk semua kabupaten. Berdasarkan nilai IRR maka usahatani kakao layak di semua kabupaten pada tingkat suku bunga 5.5%,dengan nilai IRR tertinggi terdapat pada Kab. Parimo sedangkan yang terendah pada Kab. Banggai. ABSTRACT The most crucial problem that requires serious attention to the plantation subsector is the low productivity and quality of commodities produced by farmers. Productivity of cocoa in Central Sulawesi has decreased from 908 kilograms per hectare in 2014 to 893 klograms per hectare in 2016 (Ditjenbun, 2016). The age of plants that are old and pest plant diseases attachment were assumed as the reasons.The cocoa plant renewal program has been implemented in several cocoa centers but has not fully restored the productivity of Central Sulawesi cocoa.Financial feasibility of cocoa farming was needed to be known in order to determine the policy of rejuvenating cocoa farmers to increase cocoa productivity. This study aims to determine the condition of cocoa farming these days,to know the financial feasibility and optimum recovery ageof cocoa faming in Central Sulawesi. Data was taken by survey and analyzed descriptrively and economically using NPV, IRR, RC Ratio, and Payback Period. The result shows that percentage of damage of cocoa plants was almost distributed through Central Sulawesi (76.81-92.58). The most successive damaged occurred in Sigi, Banggai, Parigi Moutong, Donggala, and Poso districts. The optimum recovery age is 18 years. Central Sulawesi cocoa farming has positive NPV for all district based on IRR Based on IRR, all districts are feasible at an interest of 5.5% whichhighest IRR value found in Parigi Moutong and lowest in Banggai.Keywords: Feasibility analysis, cocoa farming, recovery